(Mingyu and Seokmin on multimedia)
"Kau tahu, dari dulu semuanya tetap sama."
Kalimat itu berasal dari Seokmin. Jam istirahat adalah waktu yang tepat untuk mengisi perut. Oleh karena itu Seokmin mengajak Mingyu -teman baiknya itu pergi ke kantin. Sepanjang perjalanan mereka dari kelas menuju kantin gerombolan siswi mengikuti mereka. Seokmin tahu kalau siswi-siswi tersebut mengikuti Mingyu, seperti biasa setiap harinya di sekolah yang dulu Mingyu dibanjiri banyak penggemar. Dan sepertinya hal itu terulang lagi di sekolah mereka yang baru ini.
"Jangan hiraukan mereka. Biarkan saja" ujar Mingyu disela-sela aktifitasnya makan ramen. "Kau tahu, seharusnya kau memberikan sedikit perhatian pada mereka."
Mingyu meletakkan sumpitnya diatas meja, mulutnya masih sibuk mengunyah jadi dia menunjuk kearah Seokmin untuk menunggunya menyelesaikan kunyahan terakhirnya itu sebelum membalas perkataan lelaki berhidung mancung itu.
"Itulah alasan aku hanya diam saja selama ini. Jika aku memberikan perhatianku barang sedikit saja, mereka akan makin mengejarku." Memang benar. Sekali saja Mingyu tersenyum pada para siswi yang dicap sebagai penggemarnya, maka orang-orang itu tidak berhenti untuk mengejar-ngejar Mingyu.
"Lalu kau pikir bersikap diam seperti ini adalah solusi? Perempuan jaman sekarang lebih menyukai laki-laki yang pendiam bukan?" . "Aku bersikap diam semata-mata untuk membuat mereka menjauhiku. Aku tak pernah berpikir kalau mereka malah berlaku sebaliknya."
"Seharusnya laki-laki periang dan juga aktif sepertimulah yang harus dikejar-kejar Seokmin-ah..."
Perkataan Mingyu membuat senyuman tipis Seokmin berkembang. Dia tidak pernah berpikir untuk menjadi seorang flower boy layaknya Mingyu. Walaupun sebenarnya dulu ada beberapa gadis mengaku menyukai Seokmin dan mengirimkan beberapa hadiah untuk laki-laki itu tetapi Seokmin tidak pernah merasa semua perasan dan hadiah itu spesial.
Menurut Seokmin, perasaan suka kepada seseorang bukanlah ukuran spesifik untuk menandai diri sebagai pengagum. Setiap orang berhak menyukai orang lain, baik itu suka sebagai teman ataupun artian lainnya. Dan hadiah, rasa spesialnya terukur karena orang yang memberikan hadiah tersebut menaruh banyak usaha dan harapan agar si penerima menyukainya. Tidak ada hal lain.
Setiap aspek dalam hidup ini memiliki ukuran menurut Seokmin.
"Apakah begitu menurutmu?"
"Tentu. Aku yakin cepat atau lambat kau akan memiliki banyak penggemar disini."
"Aku tidak yakin."
.
.
.
.
.
Yuna berjalan terburu-buru menuju kantin dibuntuti oleh Eunbi. Sejak pertemuannya dengan Jung Jaehyun di lapangan basket indoor itu, ada banyak hal yang dipikirkan olehnya. Apakah dia harus menjadi manager tim atau tidak, pikiran itu terus berubah-ubah seiring langkah kaki dan juga hembusan nafasnya yang gusar.Di tangan Yuna ada sebuah kertas yang bertuliskan nama dan nomor telepon dari pembina basket. Jaehyun yang memberinya untuk informasi lebih lanjut tentang posisi manager tim basket.
Senyuman Jaehyun dan juga perkataan Eunbi juga hadir dalam pikirannya.
Namun hatinya masih gusar. Pikiran dan batinnya begitu bertolak belakang. Ia tidak bisa menghubungkannya. "Masih memikirkannya?" Tanya Eunbi yang tahu-tahu muncul disamping Yuna. Gadis berambut panjang itu menoleh lalu menunduk kembali.
"Hubungi saja, mumpung manager yang lama mengundurkan diri. Sedini mungkin kau mendaftarkan diri, besar kemungkinan kau terpilih tanpa saingan."
Bujukan Eunbi malah menambah beban pikiran Yuna. Sepertinya Yuna membutuhkan istirahat sesaat, "aku ingin membeli minum dulu." Ujar Yuna.
KAMU SEDANG MEMBACA
[DokJu] 내 사랑 (My Love)
Fanfiction> COMPLETED < Aku hanya memandangmu dari kejauhan, karena aku yakin kaulah cintaku. Semua cinta sama saja, perasaan egois ada di dalamnya seolah dia adalah bagian dari cinta. The first book of DokJu fanfiction on my wattpad account. You will...