.: 14 :. 열 넷 [empat belas]

538 60 2
                                    

Jiyeon menghentak-hentakan kakinya. Ia berusaha untuk menarik perhatian Seokmin agar laki-laki itu beralih padanya dan meninggalkan Yuna. Namun setelah sekian kali ia menghitung detik demi detik yang ia lalui dengan semua hentakan kaki tersebut, Seokmin tak kunjung melepaskan genggaman serta pandangannya dari Yuna.

Hal itu membuat gadis bertubuh mungil berwajah kesal itu menggumam sendiri tanpa ada orang yang tahu apa yang ia katakan. "Lihat saja Choi Yuna, kau akan merasakan sesuatu yang lebih sakit dari apa yang kurasa."

Pagi ini Jiyeon sangat senang karena Seokmin tidak merasa terganggu dengan kehadirannya. Sejak sore itu dimana mereka pergi ke salah satu pusat perbelanjaan, Seokmin terus berinteraksi dengan Jiyeon meskipun hanya jawaban singkat. Jiyeon tahu kalau hubungan Seokmin dan Yuna tengah merenggang akibat insiden Jaehyun dan Chaeyeon yang meresmikan diri sebagai sepasang kekasih.

Tentu saja Jiyeon mengambil keuntungan dari cideranya hubungan antara Seokmin dan Yuna. Itu artinya ada kesempatan baginya untuk menyingkirkan Yuna dari miliknya. Ya, Lee Seokmin adalah miliknya.

Bagaimanapun caranya, tidak ada yang boleh merebut Seokmin dari tangan seorang Kim Jiyeon. Bagi Jiyeon perjuangannya selama ini tidak ada nilainya untuk Seokmin karena laki-laki itu tidak pernah mau memandang kearahnya. Seharusnya Seokmin dapat memanggilnya dengan sebutan Jadu, ya sebutan yang Seokmin gunakan untuk memanggil gadis manis yang menjadi cinta masa kecilnya.

Sayangnya kata tersebut tak pernah terucap lagi dari bibir Seokmin.

Mata Jiyeon masih melekat pada pemandangan dimana kini Seokmin dan Yuna yang akan beranjak pergi. Ingin sekali Jiyeon mengejar langkah mereka lalu menarik rambut cokelat milik Yuna untuk menyingkir dari Seokmin, sayangnya Jiyeon masih memiliki harga diri. Ia tidak akan melakukan hal rendahan seperti tokoh antagonis yang tidak memiliki kesabaran.

Seorang Kim Jiyeon masih bisa menunggu, toh ia mempunyai kaki tangan terpercaya. Apapun yang ia inginkan dapat ia dapatkan. Karena Jung Chaeyeon si kaki tangannya itu akan melakukan apa saja yang Jiyeon perintahkan.

Termasuk untuk menghilangkan nyawa.
.













.












.
















"Kulihat kau semakin dekat dengan Jeon Jungkook"

Haruskah Yuna menanggapi perkataan Seokmin? Ia tak bisa memikirkan satu katapun untuk menjawabnya meskipun hanya kata 'iya' atau 'begitulah'

Dan Seokmin, ia mengatakan hal tersebut dengan berat hati. Sejak pertama kali ia melihat kedekatan Yuna dengan Jungkook, ia ingin menanyakannya langsung tetapi ia tak sanggup melakukan hal tersebut yang berakhir membuatnya penasaran.

"Bukankah bagus memiliki banyak teman?" Kata Seokmin sambil menatap Yuna.

Ia ingat akan sifat gadis ini yang sangat friendly dan mudah dekat dengan orang meskipun sedikit pemilih. Sedangkan dalam benak Yuna, ia senang jika Seokmin hanya menanggapi hubungan antara ia dan Jungkook tak lebih dari teman yang saling menolong.

Sekali lagi, ia tak ingin Seokmin salah paham.

"Jadi bagaimana persiapanmu?"

Yuna menoleh kearah Seokmin yang duduk disampingnya.

Mereka berada di kantin sekolah. Karena bel masuk masih lama, Seokmin memilih kantin sebagai tempat rehat dan berbicara dengan Yuna. Dua kaleng minuman ringan masih berada di tangannya dan tak kunjung beralih ke tangan Yuna.

[DokJu]  내 사랑 (My Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang