.: 12 :. 열 둘 [dua belas]

536 68 7
                                    

Mingyu menatap temannya yang baru saja kembali. Seokmin berjalan menaiki tribune dengan tanpa ekspresi di wajahnya.

Pasti sesuatu sudah terjadi -pikir Mingyu. Dia mengenal Seokmin dengan baik. Lelaki itu selalu mudah ditebak suasana hatinya hanya dengan melihat ekspresi apa yang ia tunjukan. Tapi kini? Mingyu yakin sebuah kejadian menghasilkan buah seperti ini.

"Ada apa?" Tanya Mingyu saat Seokmin sudah meletakkan tulang duduknya disamping Mingyu. Mata Seokmin terarah pada tim basket yang sedang berlatih.

"Tidak ada apa-apa." Jawab singkat Seokmin.

Sebenarnya Mingyu tidak tahu persis kenapa Seokmin tiba-tiba saja berlari keluar aula. Karena jika ia ingin pergi ke kamar kecil ataupun hal lainnya pasti Seokmin akan mengatakannya dulu pada Mingyu. Bahkan lelaki itu tidak bertanya pada temannya yang juga anggota basket ini kenapa ia tidak ikut berlatih dengan timnya dan malah duduk di kursi tribune memperhatikan yang lainnya.

Belakangan ini meskipun Mingyu bukanlah orang yang peduli pada masalah orang lain tetapi dia memperhatikan kedekatan Seokmin dengan Yuna. Meskipun Seokmin tak pernah menceritakan kedekatannya dengan gadis tersebut tetapi ia tahu kalau Seokmin senang bisa berada dan memiliki Yuna disisinya sebagai seorang teman. Mingyu dapat memahami kalau semakin kesini ia semakin merasakan perubahaan perasaan yang Seokmin miliki. Lelaki itu memang menyukai Yuna. Entah itu sebatas teman atau memiliki arti lain.

"Kau tahu? Jika kau membutuhkanku, kau bisa bersandar padaku." Kata Mingyu sambil menepuk pundak Seokmin. "Bukankah kita teman? Jika aku berada diposisimu aku akan melakukan hal itu juga. Di waktu yang tepat tentunya."

Ia tidak ingin memaksaan sahabatnya itu bercerita padanya tentang apa yang membuat perubahan suasana hati yang dialami oleh Seokmin. Tetapi jika suatu saat nanti lelaki itu ingin membuka hatinya maka Mingyu akan menjadi seorang pendengar meskipun bukan yang baik.

Bukankah itu fungsi dari seorang teman?

Tetapi Seokmin lebih suka jika Yuna yang mengatakannya, seperti yang gadis itu katakan kemarin malam.

"Aku ingin sekali mengungkapkan rasa terimakasihku, tapi aku memendamnya dari tadi. Jika suatu saat nanti ada hal buruk yang tidak diinginkan oleh Seokmin, aku berjanji akan selalu ada disisi Seokmin...."



.


















"Ini minumlah..." ujar Jungkook sembari menodongkan sekaleng kopi pada Yuna. Gadis itu masih diam setelah menangis selama setengah jam dalam pelukan Jungkook dan membuat lelaki itu melepaskan blazernya yang dibasahi airmata Yuna.

Kini mereka berada diatap gedung Kodaran High School tempat dimana banyak siswa memilih untuk membolos dari jam pelajaran yang mereka tak sukai hanya untuk tidur ataupun merokok. Tempat ini satu-satunya tempat bebas merokok di Kodaran High School hanya untuk mereka yang sudah memiliki kartu identitas. Jika tidak maka mereka terkena sanksi.

Aneh bukan?

Bahkan di tempat ini ada seorang pengawas yang duduk dibalik meja layaknya resepsionis layaknya penjaga perpustakaan.

Kembali pada Jungkook yang kini meletakkan kaleng minuman itu di depan Yuna dan duduk disamping gadis itu yang tidak meresponnya. "Apa yang membuat kau menangis?" Tanya Jungkook sembari memandang kearah lain setelah meneguk kaleng kopinya sendiri.

"Apa kau punya masalah di rumah?"

Kepala Yuna menggeleng.

"Di sekolah?"

Lagi-lagi Yuna menggeleng.

Pertanyaan demi pertanyaan yang Jungkook ajukan hanya dibalas gelengan oleh Yuna dan pada akhirnya gelengan Yuna terhenti saat Jungkook bertanya "Atau, kau patah hati?"

[DokJu]  내 사랑 (My Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang