.: 05 :. 다섯 [lima]

686 88 4
                                    

10 tahun yang lalu...

Seorang gadis kecil berambut panjang tengah memperhatikan teman-teman sebayanya yang sedang bermain sepak bola. Dari atas bukit, dia bisa melihat dengan jelas dibawah sana seorang anak laki-laki bertubuh kurus dan berambut cokelat tengah menggiring bola melewati temannya yang lain dengan sangat lincah.

Dress berwarna kuning selutut yang dipakainya mungkin sedikit kotor saat ini karena dia duduk di rerumputan basah sehabis hujan.

Melihat aksi anak laki-laki itu saja sudah membuatnya tersenyum senang dan terkagum-kagum. Dibawah langit sore dan angin yang beriring sejuk, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Pipi gadis itu memanas, dan wajahnya mulai menunduk.

Dia tersenyum dalam kesendiriannya, dia berharap bisa bertemu lagi dengan laki-laki itu. Di tempat ini, di waktu seperti ini, dengan cuaca dan juga perasaan yang sama. Perasaan penasaran.

Tentu saja dia tidak kenal laki-laki itu barang sebuah nama pun tidak. Namun, sepertinya nasib baik tengah bersamanya. Karena kini sebuah bola menggelinding kearahnya, bola yang dipakai segerombolan anak laki-laki yang dia perhatikan kini berhenti persis disampingnya.

Lagi dan lagi degup jantung anak perempuan ini berdetak tak karuan. Tentu saja, karena ekor matanya menangkap sosok laki-laki yang sedari tadi terus menjadi perhatiannya tengah berlari menghampirinya sembari tersenyum.

Manis, sangat manis.

"Oh, ada orang rupanya..."

Suara itu berasal dari anak laki-laki yang menarik perhatiannya itu. Anak tersebut sudah berdiri dihadapannya dengan tatapan heran. "Annyeong, aku ingin mengambil bolaku itu."

Perkataan selanjutnya baru menyadarkan si anak perempuan dari imajinasinya. Alhasil, gadis kecil itu mengambil bola milik si anak laki-laki lalu berdiri dan memberikannya. "Igeo..." (ini).

"Terima kasih." Ujar si anak laki-laki. "Ngomong-ngomong apa yang kau lakukan disini?" Tanpa lawan bicaranya sadari, anak itu mengamati si gadis sejenak dan merasa janggal dengan gaun kuning gadis tersebut yang kotor.

"A... aku memperhatikanmu bermain bola. Aku senang melihat kalian bermain bola." Gadis itu tersenyum dan membuat anak laki-laki dihadapannya tertular.

"Kalau begitu lebih baik kau menonton kami dari dekat saja, kajja."

Tanpa diduga oleh si gadis kecil , anak laki-laki yang menarik perhatiannya itu menarik tangannya dan berlari menuju lapangan luas tersebut menuju teman-temannya yang menunggu.

Tangan kanan anak laki-laki tersebut memegang bola dan yang satu lagi menggandeng tangan si anak perempuan.

Senyum dan semburat merah terus menghiasi wajah gadis itu. Sungguh dia sangat senang. Dan satu hal yang pasti, dia menyukai laki-laki yang menggandeng tangannya ini, dia menyukai semua yang terjadi saat ini.

Dia jatuh cinta.

.

























.


























.




















Saat ini...

"Kau kenapa ada disini?"
"Kau kenapa ada disini?"

Keduanya mengatakan hal yang sama bersamaan. Yuna yang sedang duduk dan beralih pandangan dari file dan juga laki-laki yang berdiri disampingnya dengan kedua tangan berada dalam kantung celana.

"Apa kau mau mendaftar ke tim sepakbola?" Tanya laki-laki itu dengan wajah heran.

"Ani. Seharusnya aku yang bertanya seperti itu padamu Seokmin-ssi." Jawaban Yuna langsung terserap dalam otak Seokmin. Mana mungkin seorang gadis masuk dalam tim sepak bola?

Mata laki-laki tampan itu tampaknya sedang membaca kondisi seorang Choi Yuna. Gadis itu tengah memangku banyak file dan dia bisa melihat disalah satu file yang terbuka, dia menemukan gambar diri seorang yang sangat familiar. Itu foto Wu Yifan, guru olahraga yang baru saja dilihat Yuna.

"Kau.... manager tim sepakbola?"

Pertanyaan itu hanya dijawab anggukan oleh Yuna. "Duduklah, mana formulirmu?"

Setelah Seokmin duduk, dia lantas membuka tas ranselnya dan memberikan secarik kertas pada gadis itu.

"Ini." Dia memperhatikan Yuna yang mulai menutup file berisikan profile tim sepak bola dan membuka file lain berwarna hijau dengan tulisan besar di depannya "Pendaftaran". Gadis itu mulai menulis data yang sudah Seokmin isi dalam formulir tersebut.

"Apa baru aku saja yang mendaftar?" Tanya Seokmin.

"Tidak. Sudah ada tiga orang sebelumnya.". "Lalu dimana orang-orang itu?". "Mereka sudah pulang, Yifan seongsaenim bilang kalian para member baru harus datang pada pelatihan di hari sabtu "

Laki-laki itu hanya mengangguk dan melanjutkan aktifitasnya memperhatikan tulisan Yuna. Hal itu membuat Yuna sedikit tidak nyaman, dia merasa tegang jika bersama dengan orang asing dalam keadaan seperti ini.

Tapi, bukankah Seokmin itu adalah teman sekelasnya? Dia bukan orang asing lagi. Walaupun memang mereka tidak dekat.

"Kau bergabung dalam group chat kelas di Line kan?"

"Hmm.."

"Kalau begitu, aku akan menghubungimu jika ingin menanyakan banyak hal terkait tim sepakbola. Kau kan manager..."

Kata seperti apa yang harus Yuna balas pada Seokmin? Laki-laki itu baru saja bicara padanya dengan nada meledek. "Kau juga bisa menghubungi Yifan seongsaenim."

Seokmin menaikan sebelah alisnya.

"Ma.. maksudku, aku takut tidak bisa membalas pesanmu dengan cepat. Pelajaran di sekolah dan tanggung jawab tim adalah pekerjaanku sekaligus. Lagipula Yifan seongsaenim sudah menuliskan contact personnya bukan saat perkenalan diri?"

"Ah... begitu." Seokmin menyandarkan punggungnya pada kursi di tribun dan memejamkan matanya sejenak. "Kau tahu Choi Yuna...."

Gadis itu menoleh kearah Seokmin. Dalam hatinya Yuna yakin kalau sebentar lagi Seokmin akan mengatakan kalau dia ingin tidur disini dan menyuruhnya untuk membangunkan laki-laki ini saat dia akan beranjak pulang.

"Ekspresi tegangmu itu sangat lucu.... santai saja denganku. Kita ini teman bukan?"

Jantung Yuna berdegup tidak karuan saat ini. Apa yang Seokmin katakan bukanlah ungkapan perasaan jatuh cinta, hanya ungkapan memuji saja tapi kenapa hal itu membuat jantung seorang Yuna ingin copot?

Seokmin bangkit dari posisi santainya dan menatap Yuna dengan sebuah senyuman di bibirnya. "Mulai sekarang, Choi Yuna adalah teman dari Lee Seokmin. Berjanjilah."

Bibir Yuna tak mampu bergerak dan hanya membuat sebuah lekukan yang disebut senyuman. Yuna melayangkan tangannya kearah dada kirinya tepat di jantung dan mengacungkan jari telunjuk serta jari tengahnya. "Ne. Aku berjanji."

Keduanya tersenyum.

Sore itu, dikala angin tengah menari-nari keduanya saling membagi senyuman dan janji. Yuna berharap, Seokmin bersungguh-sungguh ingin menjadi temannya. Bukan hanya sebuah permainan belaka.


















To be continued.

[DokJu]  내 사랑 (My Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang