.: 08 :. 여 덟 [delapan]

669 76 3
                                    

Senyumnya merekah ketika kakinya menuruni mobil di depan gerbang Kodaran High School. Berbeda dengan seorang laki-laki berseragam yang sama -Kodaran High School yang kini mengucapkan selamat tinggal pada si pengemudi mobil lalu berjalan masuk ke dalam kawasan sekolah.

"Donghae oppa aku pergi dulu ne!" Ujar perempuan itu lalu menyusul si laki-laki yang sudah mendahuluinya.

Baru saja ingin menghampiri Seokmin, langkah Jiyeon malah terhenti ketika melihat seorang perempuan yang tidak dikenalnya dihampiri oleh Seokmin dengan senyuman manis dari laki-laki yang dia cintai itu.

Senyuman yang sama seperti sepuluh tahun yang lalu, saat mereka masih anak-anak. Senyuman yang membuatnya langsung jatuh cinta pada sosok Seokmin.

Jiyeon berhenti di tempat memandang Seokmin dan gadis berambut panjang yang membelakanginya itu. Keduanya terlihat sangat akrab. Seokmin tersenyum karena gadis itu dan begitu pula sebaliknya.

Apakah Seokmin sudah melupakannya? Apakah Seokmin melupakan janjinya untuk terus berada disisi Jiyeon?

Dengan segera Jiyeon menghapus bayangan buruk itu dari benaknya. Tidak. Seokmin tidak boleh melupakannya. Seokmin harus menepati janjinya. Seokmin hanya miliknya.

"Ya, Seokmin adalah milikku." Tegasnya sebelum melanjutkan perjalanannya kearah yang berbeda dengan Seokmin. Dia masih murid baru, jadi dia harus menemui guru piket dan menanyakan dimana kelasnya.

.









.



















.



















.
























"Kau tidak mau ke kantin dulu? Bel masuk masih lama." Tawar Seokmin pada lawan bicaranya.

Choi Yuna sebagai seorang siswa yang mengutamakan piket pagi -tujuan utamanya datang pagi sejujurnya ingin menolak ajakan Seokmin, tapi...

Ini pertamanya ada seorang teman selain Eunbi yang datang ke sekolah bersama dengannya meskipun itu hanya berjalan bersama dari gerbang sekolah. Jaehyun memilih berjalan duluan dengan Chaeyeon karena ada sesuatu yang harus dibicarakan, dan tertinggalah Yuna di belakang mereka. Yuna merasa hari ini adalah hari keberuntungannya karena Seokmin tiba-tiba datang menghampirinya.

Entah kenapa dia sangat antusias saat Seokmin menghampirinya dan mengajak pergi ke kelas bersama.

"Aku ada piket." Jawab Yuna.

"Ck." Seokmin mendecak lalu melihat kearah jam tangannya. "Masih cukup waktu jika kita ke kantin dulu, paling tidak hanya lima sampai sepuluh menit." Seokmin tidak memberikan Yuna waktu untuk membalas perkataannya malah dia langsung mengambil lengan Yuna dan berlari kearah kantin. Bukan kelas.

Entah kenapa hati Yuna berdetak lebih cepat saat Seokmin melakukan kontak fisik dengannya. Walaupun hanya sebuah genggaman seperti ini, sudah membuat semburat merah bersemi di kedua sisi pipinya. Alhasil, Yuna memilih mengikuti langkah Seokmin sembari menunduk. Dengan posisi seperti ini, helai demi helai rambutnya yang panjang akan terjatuh disamping wajahnya. Dan semburat merah itu akan tertutup.

Langkah keduanya terhenti di depan sebuah mesin minuman kaleng otomatis. Ah, ini tempat pertama kalinya Yuna dan Seokmin bertemu. Lebih tepatnya saling berbicara.

Seokmin mengeluarkan selembar uang dan memasukkannya ke dalam mesin tersebut. Dia menekan tombol sesuai dengan yang menunjukkan pilihan minuman kesukaannya.

[DokJu]  내 사랑 (My Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang