1.Awal Berjalan

62 7 11
                                    

  Sudah lama ketika ayah dan ibuku tidak ada saat aku berumur 5 tahun dan sekrang aku berumur 16 tahu selama ini aku tidak lagi mempunyai kasih sayang dari orang tua, didalam sepi aku merenung melihat ketakutanku, Disana aku tidak pernah tertawa karena seakan akan kebahagiaan ku sudah tidak ada. Waktu terus berlalu sampai akhirnya aku terbangun dalam tidur. Ketika mataku terbuka banyak sekali hidangan makanan yang tertata disebelah tempat tidurku, suara seseorang yang sedang adu mulut terdengar jelas, tapi itu aku acuhkan karena semuanya sudah biasa ku dengar. Saat itu aku keluar kamar dan melihat lihat rumah yang aku tempati ini luas sekali bahkan aku merasa lelah berjalan untuk melihat ruangan yang ada dirumah ini, atau mungkin aku lelah karena baru bangun tidur , ah sudahlah.

                                                                                             ==========

Pagi yang cerah menemaniku dan juga awal dari hidupku yang tidak tahu apa yang akan terjadi.  Selesai mandi  aku keluar dari kamar, ibu dan ayahku sudah menungguku ditempat makan dengan pakaian yang rapih, dan mereka menyapa dengan senyuman yang indah.

"Pagi Olivia, semoga nanti hari pertama sekolahmu menyenangkan ya ", ujar kedua orang tuaku sambil tersenyum.

namun aku hanya menganguk dengan malu karena  aku mempunyai orangtua tiri sebaik ini. Disana aku langsung duduk di meja makan, aku duduk diseblah ibu tiriku. Dia sangat baik membawakanku makan walau saat itu aku masih malu untuk berbicara apapun. Selesai makan aku berpamitan kepada orang tua tiriku.

" Ibu ayah Olivia berangkat sekolah dulu ya", kataku sambil menunduk dan berjabat tangan

melihat mereka berdua yang sangat bahagia aku pun tersenyum , saat itu kebhagiaan seakan-akan muncul kembali untuk hidup bersamaku lagi.

"Nanti pak supir akan membawamu kesekolah barumu nak, ini handphone untukmu apapun yang terjadi kamu bisa menelepon ibu yahhh. hati hati Olivia, semangat!" , kata ibu tiriku sambil memberikan handphone kepadaku.

"Iya buu, terimakasaihh",

Ketika dijalan aku membuka handphone itu, didalam handphone ada kontak ibu dan ayah tiriku dan juga semua pembantu yang ada dirumah. Menjelang beberapa menit mobilnya behenti, ternyata bannya bocor. Saat aku menunggu mobil ban itu diganti, aku duduk didekat sebuah warung yang ramai namun ada yang ganjil disana ada seseorang anak laki laki yang usianya sekitar 10 tahunan, dia berjalan sendiri tak tahu apa dia sedang bermain atau dia hidup sendiri tapi dia memakai baju amat kotor. Didalam perasaanku aku menyukuri hidup ku ini karena aku sudah mempunyai orangtua yang baik. Anak itu berjalan mendekatiku dan aku berdiri dan menghentikannya,

"Adek sedang apa sendiri disini?" kataku sambil memegang pundak anak itu,

"Mencari makan kak, " dia menatapku dengan muka yang sedih

"kenapa kamu cari makan sendiri, apa kamu tidak mempunyai ayah dan ibu?", tanyaku

"Nggak kak aku hidup dijalan,  tidur dibawah jembatan,  sering ngamen dan minta minta, apa aja aku lakukan untuk bisa bertahan hidup" katanya dengan tetesan air mata,

Didalam hati yang paling dalam aku merasa sedih karena banyak sekali orang yang lebih sakit dariku dan itu lebih dari apa yangku rasakan. Setelah itu aku memberinya urang 10 ribu berian dari ibuku tapi itu hanya separuh dari uang jajan yang ibu berikan. Tidak lama kemudian bapa supir pun memanggilku untuk melanjutkan kesekolah.

"Non kita sudah sampai, ikuti bapa ya kita masuk kesekolah" kata bapa supir sambil mematikan mobilnya.

Aku berjalan kesekola, katanya ini sekolah yang bagus dikota ini sebab itu aku sangat merinding karna aku takut kalau aku tidak seperti siswa lain yang sudah terbiasa dengan kemewahan. Saat aku sedang berjalan seorang laki laki menabrak, tak tahu mengapa dan ada perasaan apa saat itu juga aku tidak bisa apa apa

Cahaya OliveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang