16. Hari Biasa

13 1 0
                                        

Tak terasa libur pun sudah aku tinggalkan, libur itu adalah liburan yang sangat tidak akan aku lupakan karena aku tau siapa ibuku yang sebenarnya. Ternyata kekuatan cinta dan kasih sayang Ibu tidak pernah ruksak oleh waktu bakan jarakt, i love you mamah.

" Pagi Oliv, tumben udah ada dikelas?" Sahut Sindi sambil menyimpan tas lucu warna merah mudanya

" Semangat dong ini kan awal masuk sekolah" Jawabku

" Terus besok - besok?"

" Gimana besok hehe" 

Sindi membuka tas enya dan mengeluarkan buku yang berjilid gambar panda dengan bambu dan setangkai daunya, dan mengeluarkan tempat pensilnya yang hanya bergambar motif yang abstrak.

" Ngomong - ngomong lo sudah ketemu Denies belum?" 

" Apaan sih Sindi, emng kenapa harus ketemu gitu?" 

Tidak lama Ririn datang 

" Eh gue tadi lihat kak Denies sama orang tuanya masuk ke kantor guru, gak tau ngapaian tapi kata yang lain dia akan pindah" 

" Pindah kemana?" Tanyaku dengan sepontan, tapi Sindi hanya senyum - senyum, " Loh kok kamu senyum?"

" Haha, Khawatir ya, takut kak Denies jauh?" Sindir Sindi

" Eh tapi mereka masih belum pergi kayanya" Kata Ririn sambil duduk di bangkunya ( duduknya di sebelah belakang Sindi.

" Sin kalau diabsen aku ke toilet dulu yaa, gak kuat nih" 

" mmmm kebiasaan, iya iya "

Sebenarnya saat itu aku berpura - pura ke toilet karena aku penasaran apa yang Denies dan orang tuanya lakukan di kantor itu.

Di lorong kantor aku berjalan lambat layaknya seekor  siput yang lagi berjalan di tembok, sambil melirik ke dalam dan bener mereka sedang disana. Tapi aku tehenti saking penasaranya dan langsung mendekati jendela yang di tertutup  gorden dan sedikit ada yang tebuka. 

" Ngomongin apa sih gak kedengeran " Sahut dalam hatiku sambil mencoba untuk mendengar.

" Oliv sudah , Oliv " Seseorang di belakang sambil memegang pundakku

" Iya pak nanti saya ke kelas, mau ketoilet dulu nih " Jawabku masih dengan penasaran melihat ke dalam

" Ke toliet kok malah disini" Sahutnya lagi

" Iya pak bentar penasaran nih "

" Emang ada apa ?"

" Itu pak kenapa Denies sama orang tuanya ke kantor?" Tanyaku yang masih penasaran 

" Emang Deniesnya ada di dalam?" 

" Mmmm nggak ada sih, ehh kemana ya pak?" Dengan bingung dan aku langsung menengok kebelakang, aku langsung tekejut karena yang dari tadi mengobrol dengan ku adalah Denies sendiri. " Eh pak, pak Denies" Kataku lagi dengan sedikit gugup.

" Kamu jahat Oliv !"  

" Loh kok Kenapa jahat?" Tanyaku dengan bingung lagi

" Kamu kira suaraku kaya pak guru?"

" Ouh hehe maaf" 

" Ikut sini yuk!" 

" Kemana?"

" Sini aja ikut! banyak nanya kamu"

" Tapi ...."

Denies langsung memegang tanganku dan langsung mengajaknya ketaman sekolah, tidak tau mau apa tapi dia sangat memaksa, padahal kelasku sebentar lagi mau dimulai, " Gimana sih Denies, tapi gak apa - apa mungkin ada hal yang penting yang ingin dia sampaikan, tapi kenapa aku takut ?" Batinku mulai bercampur aduk memikirkan hal yang akan Denies bicarakan kepadaku.

Tidak lama Denies yang memegang tanganku melepaskannya dan berhenti, lalu Denies menengok kesebelahku sambil ternsenyum dan tentunya dia akan mengatakan sesuatu.

" Aku mau pergi dari sekolah ini " Ucapnya dengan muka biasa tidak ada exspresi apapun

" Ya udah kalau mau pergi " Dalam hati " Hmm mukanya dibiasain ah biar sama"

" Oliv? Kok gak ada expresi sedih dari muka kamu?" Geregetnya lagi

" Tapikan kamu juga biasa aja tuh,," Balasku dengan sedikit muka Ngegemesin

" So soan di gemes gemesin kau, hehe ok ya udah ulang lagi" Dengan sedikit gagah Denies membusungkan dadanya dan seperti lelaki maco dia berkata " Gak bisa Oliv pengap tau!" Lemes .

" Ya udah iya lagian ngapain kamu hmmmm " Yang aku suka dia selalu bikin aku ketawa walau agak sedikit ilfil sih,

" Oliv? Sebenarnya aku akan di rekomendasiin sekolah ke Singapura, ya itulah kenapa orang tua ku ada di sekolah" Ceritanya dengan mulut tersenyum

" Terus berapa lama kamu disana?" Tanyaku sambil tersenyum namun pura - pura

" Katanya  1 semester, tapi katanya ada perpanjangan waktu kalau aku terus berprestasi disana " Jawabnya yang terlihat bahagia

" Wah, bagus itu jangan kalah sama orang orang disana ya Denies" Semangatku mungkin akan merubah segalanya, tapi tidak aku tidak tau harus bagaimana

"Oliv aku mau ..."

" Eh, Aku kelamaan diluar nih, aku aku masuk dulu ya nanti absenku alpa,, sampai jumpa Denies semoga baik - baik saja " 

Aku tak tau apa apa, pergi begitu saja , aku salah , kenapa aku tidak mengucapkan sesuatu yang lebih mungkin akan Denies ingat ketika belajar disana, atau mungkin apa dia tidak akan ada lagi untuk bersamaku?, sebaikanya aku harus mendoakannya mungkin lagi tuhan berkata lain , semoga dia bisa mencapai cita - citanya. Ya sudah jangan di pikirkan lagi toh aku juga harus belajar.

" Ketahuan lo Oliv , lo gak ke toiletkan?" Sahut Sindi yang keluar dari lorong menuju toilet

" Haduhhhh, kenapa kamu keluar lagian kan mau belajar?" Tanyaku

" Hehe tadi ada pak Endang cuma ngasih tugas, katanya guru biologinya ada hal yang penting jadi gak masuk "

" Ouhh iya iya, eh Denies?!" Aku ingat dia ingin mengatakan sesuatu, bodohnya aku!. Tidak lama aku berlari ke arah Denies yang sedang bicara denganku.

" Denies?? Denies!" Aku berteriak dengan kerasnya, tapi Denies sudah tidak ada. Aku mencari ke sekeliling sekolah, bertanya - tanya kepada siapa saja tapi katanya Denies sudah pergi dengan orang tuanya tidak lama setelah aku tinggalkan.

Di gerbang sekolah aku kecapean aku duduk di teras pos satpam, aku terus begumam dalam hatiku kenapa bodohnya aku?, 

" Oliv kenapa ?" Dari kejauhan Sindi berteriak dan berlari

" Aku bodoh Sin, Denies sudah pergi " Jawabku dengan berlinangnya air mata.

" Jangan disini Oliv, yuk kita pulang aja, lagian jadwal sekarang belum optimal "

Terkadang sesuatu yang tidak disangka akan mendekat dengan enaknya masuk kedalam kehidupan kita, atau sesuatu yang akan di sangka kita tinggalkan dengan pahitnya keluar dari kehidup kita, tapi apa boleh buat hidup adalah kuas ilahi tidak ada yang tau, namun kita sebagai manusia harus merasakan itu dan menahannya agar semua bisa enak untuk kita jalani.


Cahaya OliveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang