2

130K 8K 83
                                    

***

Flora tengah termenung di meja belajar kamarnya. Besok. Besok. Rasanya Flo ingin memberhentikan waktu sampai disini saja, tidak akan ada hari esok tapi itu mustahil bukan?

Tok! Tok! Tok!

Sebuah ketukan pintu dari luar kamarnya membuat Flo tersadar. Dengan malas ia bangkit untuk membukakan pintu.

Ceklek

"Kenapa lo, Flo?" tanya Arsha yang sudah berdiri dihadapan Flo begitu pintu terbuka.

"Kenapa apanya?" tanya Flo cuek. Ia berbalik badan dan berjalan menuju tempat tidurnya.

"Masalah kenalan sama Dira, besok?" tebak Arsha. Ia memasuki kamar Flo, menutup pintu dan berjalan menghampiri Flo.

"Menurut lo?" ujar Flo malas. Ia benar-benar kesal dengan kakak sepupunya ini, bisa-bisanya kemarin malam ia bersikap seperti itu pada dirinya.

"Lo pikir aja sih kak, gue baru kelas 2 SMA dan Om, Tante mau nikahin gue? Sama cowok yang udah tua juga lagi," lanjut Flo. Suaranya terdengar parau. Flo mendongakan kepalanya menatap langit kamar, menahan airmatanya yang akan meluncur.

"Sorry, Flo."

"Udah lah gue males bahas itu, mending lo keluar kak. Gue lagi pengen sendiri!" usir Flo. Arsha tidak bisa apa-apa, akhirnya ia keluar dari kamar Flora dan menutup pintunya kembali.

"Gue masih gak ngerti, kenapa harus gue yang dinikahin sama lelaki itu? Kenapa bukan kak Arsha? Bukannya kalo kak Arsha yang nikah, berarti ekonomi keluarga Om Ari terpenuhi? Pria bernama Dira itu kaya raya, kan?" gumam Flo sendirian. Memang masih banyak yang belum Flo mengerti tentang niat Om dan Tante nya yang akan menikahkan dirinya.

***

Makan malam sebuah keluarga kecil ini berjalan dengan tenang. Hanya suara sendok yang beradu dengan piring hingga akhirnya Ari, sang kepala keluarga memulai sebuah topik pembicaraan.

"Flo," panggil Ari. Flo menatap sang Om dengan malas. Rasanya ia benar-benar muak melihat wajah Ari.

"Besok siang, kita akan bertemu dengan Nak Dira, kamu udah siap kan?" tanya Ari. Flo menghela nafas berat.

"Kalo Om tanya, Flo udah siap atau belum, jawabannya belum. Flo gak akan siap buat ketemu sama laki-laki itu, bahkan Flo juga gak akan pernah siap buat nikah sama dia," papar Flo. Ari menghela nafas.

"Maafin Om, Flo. Gak ada cara lain selain Om nikahin kamu dengan nak Dira, hutang Om dengan orangtua Nak Dira sudah terlalu banyak, perusahaan Om juga sekarang sudah bangkrut kan, Flo," ujar Ari menjelaskan. Satu yang sudah Flora mengerti alasan sang Om yang berencana menikahi dirinya, tapi kenapa harus Flo?

"Tapi kenapa harus Flo? Flo masih gak ngerti, Om?" tanya Flo.

"Tante dan Om udah gak sanggup biayain sekolah kamu Flo. Perusahaan Om kamu sudah bangkrut dan maaf makanya lebih baik kami menyerahkan kamu pada Nak Dira." Arini angkat bicara.

"Kenapa bukan kak Arsha?" Lagi-lagi Flora kembali menanyakan hal itu.

"Bukannya kak Arsha anak Om dan Tante? Kak Arsha akan bisa membantu keuangan Om kan? Kalo urusan sekolah, Flo bisa cari beasiswa disekolah, Tan," lanjut Flo.

"Tante belum bisa ngasih Arsha ke orang lain. Lagi pula Nak Dira itu baik, Flo. Kamu gak usah khawatir," jawab Arini. Mendengar jawaban Arini, hati Flo sakit. Menurutnya dari semua penjelasan Om dan Tantenya, bukan kah secara tidak langsung mereka menjual dirinya? Menikahkan Flo untuk melunasi hutang.

Flo mengerti sekarang. Memang orangtua mana yang akan rela menjual anaknya untuk melunasi hutang orangtuanya?

Baiklah secara terpaksa Flo memang harus menerima keputusan Om dan Tantenya, Flo tahu diri, seperti kata Om nya kemarin malam, hitung-hitung balas budi karena semenjak kedua orangtua Flo meninggal 10 tahun lalu, mereka lah yang merawat Flo, mereka sudah terlalu baik pada Flo. Tapi memang benarkah cara balas budinya harus seperti ini? Flo belum sepenuhnya ikhlas.

"Ya baik lah Om, besok Flo akan bertemu dengan Dira, Dira itu. Jam berapa dan di mana?" tanya Flo akhirnya. Arsha yang mendengar pernyataan Flo, membolakan matanya tak percaya.

"Lo serius?" tanya Arsha yang diangguki oleh Flo sebagai jawaban.

"Kamu gak mau Om antar?" tanya Arini. Flo tersenyum tipis. Ia berusaha sok tegar, padahal bencana akan segera menimpah dirinya.

"Gak usah. Biar nanti sepulang sekolah besok, Flo langsung nemuin dia," jelas Flo. Flo menghela nafasnya.

"Kalo gitu Flo ke kamar dulu yah Om, Tan, besok ada ulangan lisan, Flo harus belajar," pamit Flora. Ia meraih piring dan gelas bekas dirinya untuk ditaruh diwastafel.

"Piring kotornya Flo cuci nanti yah Tan," ujar Flo sebelum ia melenggang pergi dari dapur.

"Gak usah Flo, biar gue yang nyuci piring!" teriak Arsha. Tak ada jawaban dari Flo, gadis itu sudah masuk kedalam kamarnya.

***

Bel waktu jam pelajaran sudah terdengar di seluruh sudut sekolah. Seluruh murid mulai berjalan keluar kelas. Berada setengah hari di sekolah membuat para murid lelah dan ingin segera sampai di rumah begitu juga dengan Flo, tetapi dirinya tidak bisa langsung pulang. Ia harus menemui Dira lebih dulu.

"Flo, ke mall yuk!" ajak Andine. Ia beserta Fika dan Anggi mensejajarkan langkah Flo. Flo menengok menatap ketiga sahabatnya.

"Next time yah, hari ini gue ada keperluan," tolak Flo halus. Teman-temannya saling pandang kemudian menatap parkiran sekolah, disana sudah ada Ilham berdiri disamping motor besar kesayangannya.

"Oh, mau pergi sama Ilham?" tanya Anggi, tak perlu menunggu lama untuk Flo menggelengkan kepalanya.

"Bukan," sergah Flo.

"Udah lah Flo, ngaku aja sih. Kalo lo emang mau pergi sama Ilham yaudah gak apa-apa, kalo gitu kita duluan yah!" sahut Fika yang disusul cekikikan oleh Andine dan Anggi.

"Ih bu----"

"Flo!" teriak Ilham. Ia melambaikan tangannya kepada Flora.

"Tuh udah dipanggil Ilham. Sana gih. Hahaha," ledek Andine.

"Udah Dine, ayo pergi! Nanti lo malah sakit lagi liat orang pacaran," ajak Anggi.

"Iya bener, duh," gumam Andine.

"Yaudah, kita duluan, Flo. Bye!" lanjut Andine. Mereka bertiga pun mulai melenggang pergi meninggalkan Flo yang bersiap untuk menghampiri Ilham.

"Ham," sapa Flo begitu sampai di hadapan Ilham. Senyumnya tersungging lebar di bibirnya.

"Balik bareng yuk!" ajak Ilham. Flo menggeleng kecil.

"Maaf. Bukannya gak mau, tapi gue ada urusan lain Ham. Next time yah?" ujar Flo sopan. Ilham tersenyum.

"Emang mau kemana? Biar gue anter," ujar Ilham menawarkan diri. Lagi-lagi Flo menggeleng dan menolak tawaran Ilham.

"Gak usah Ham, gue udah pesen go-jek duluan," jelas Flo.

"Beneran?" tanya Ilham memastikan. Flo mengangguk sebagai jawaban.

"Yaudah, kalo gitu gue duluan yah? Hati-hati!" pesan Ilham. Flo mengangguk lagi. Kemudian Ilham menaiki motornya dan menggunakan helmnya sebelum menghidupkan mesin motornya.

"Hati-hati yah!" pesan Flo yang dibalas dengan jempol oleh Ilham. Setelah itu motor Ilham mulai meninggalkan sekolah. Flo. Ia berjalan ke gerbang sekolah untuk menunggu go-jek yang sudah ia pesan begitu keluar dari kelas.



---
Author note yang lama sudah kudelete wkwk :')

Love,
Agnes

FLORA (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang