Tak lama. Keadaan kelas mulai ramai. Beberapa anak mulai kembali dari kantin. 5 Menit lagi bel tanda istirahat berakhir akan berbunyi.
"Halo ayang nya Edo!" seru Edo. Ia yang baru memasuki kelas segera menghampiri Flo dan ketiga temannya.
"Ayangnya Edo kenapa?" tanya Edo pada Andine, tangannya dengan lancang menyentuh wajah Andine.
"Anjir. Siapa suruh sih lo pegang-pegang gue, Do? Eowh please deh yakali gue harus mandi kembang 8 rupa di sekolah," dumel Andine tak jelas. Ketiga temannya hanya terkekeh geli.
"Ih ayang Andine suka gitu, emang bebep Edo najis mugholazah kayak anjing gitu?" ujar Edo. Tak ada sahutan dari Andine.
"Berantem mulu, lama-lama juga jadian ahaha," ledek Fika diakhiri tawanya yang menggelegar.
"Aamiin!" seru Edo. Kedua tangannya yang tadi ia sempat telungkupkan kemudian ia usap diwajahnya.
"Najis!" dumel Andine. Ia beranjak dari kursi tempatnya duduk, berniat pergi keluar kelas.
"Dih Dine, mau ke mana? Miss Dian, ijin gak masuk tapi dia nitipin tugas ke guru piket. Jadi? Masuk!" tegur Fajar yang baru kembali dari kantor, ia meraih ujung kerah seragam Andine dan membawa Andine masuk kembali kedalam kelas.
"Jar, apaan sih? Kenapa ayang gue lo bawa begitu, dipikir ayang Andine gue, sampah?" gerutu Edo tak terima, ia menghampiri Fajar dan Andine yang ada di depan kelas, melepas tangan Fajar dari kerah seragam Andine dengan paksa.
"Makasih!" seru Andine pada Edo sebelum akhirnya ia kembali duduk di depan Flo.
"Astaga? Ayang Andine bilang makasih ke gue? Jar, gue gak mimpi kan?" seru Edo heboh. Ia menggoyah-goyahkan tubuh sang ketua kelas dengan heboh.
"Najis!" seru Fajar. Kemudian ia berjalan menuju meja Flo, sekertaris kelas untuk menulis tugas dari Miss Dian dipapan tulis.
***
Jam 5 sore Flo baru sampai di rumah. Jabatannya sebagai sekertaris di Organisasi Siswa Intra Sekolah memaksanya untuk siap mengikuti rapat kapan saja. Kecuali memang ada keadaan yang lebih penting baru Flo akan memilih ijin untuk tidak mengikuti rapat.
"Assalamualaikum," ujar Flo begitu memasuki rumah. Dilihatnya Om dan Tantenya tengah duduk di ruang tamu sembari menikmati secangkir teh beserta beberapa cemilan.
"Waalaikumsalam Flo, baru pulang sesore ini?" tanya Arini berbasa-basi. Flo menganggukan kepala malas.
"Abis rapat OSIS, Tan. Kalo gitu, Flo ijin ke kamar yah, Om, Tan?" jawab Flo sekaligus meminta ijin. Sang Om, Ari tersenyum sejenak.
"Jangan dulu, duduk sini dulu, Flo. Ada yang mau om bicarakan," cegah Ari. Flo menghelas nafasnya berat, ia sudah sangat bisa menebak apa topik pembicaraannya. Dengan malas ia duduk disamping sang Tante.
"Ada apa, Om?" tanya Flo. Ia berusaha menyuguhkan senyum semampunya.
"Jadi tadi Om habis ketemu sama Pak Alex, Papa nya nak Dira, Om cerita kalo nak Dira gak keberatan dinikahin sama kamu jadi Pak Alex minta agar pernikahan kalian segera dilaksanakan," jelas Ari panjang lebar. Flo. Lagi-lagi ia merasakan bahwa jantungnya berhenti bekerja, nafasnya berhenti dikerongkongan. Hancur. Hidupnya akan hancur.
"Apa gak bisa nunggu Flo lulus sekolah dulu Om?" tanya Flo ragu. Ia yakin itu bakal ditolak mentah-mentah.
"Bukannya kalo rencana baik gak boleh ditunda, Flo? Apalagi rencana pernikahan loh, lebih cepat lebih baik," sambung Arini. Flo menatap Arini malas. Apa-apaan ini? Kenapa Tante nya jadi semenyebalkan ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
FLORA (SUDAH TERBIT)
Romance[SUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU] [PART SUDAH TIDAK LENGKAP] Ketahu diriannya tentang balas budi membuat Flo harus menerima perjodohan yang dilakukan Om dan Tantenya yang sudah merawatnya sejak kecil. Kebayang gak sih gimana hidup kalian saat kalian tib...