4

64.6K 3.6K 25
                                    

Di dalam mobil menuju rumah Om dan Tante nya Flora, tidak ada percakapan antara Dira dan Flo. Menurut Flo tidak ada yang harus ia bicarakan dengan Dira, Dira pun begitu, semua sudah ia ceritakan saat di cafe tetapi ada satu pertanyaan yang melintas di otak Dira hingga ia mengeluarkan suaranya.

"Flo?" panggil Dira. Sang punya nama hanya menoleh pria di sampingnya sekilas.

"Kamu tinggal sama Om Ari?" tanya Dira. Flo mengangguk.

"Orangtua kamu?"

"Orangtua gue udah meninggal sejak umur gue 7 tahun. Mereka kecelakaan pesawat pas mau ke Jepang buat honeymoon gitu," jelas Flo. Mendengar jawaban Flo, Dira sedikit tidak enak. Ia kembali membuka luka lama Flora.

"Maaf. Saya gak tau," ujar Dira. Flo tersenyum miris.

"Iya."

Setelah itu tidak ada lagi percakapan antara mereka. Mereka hanyut dalam pikirannya masing-masing.


***

Flo beserta ketiga temannya tengah beristirahat di Warung Bakso pakde Ujang. Teman-temannya asyik membahas kejadian yang mereka temui saat di mall pada Flo, tapi justru Flo tidak menanggapi ocehan-ocehan ketiga temannya.

Pikiran gadis itu melayang jauh. Obrolan Dira dengan Om dan Tante nya kemarin--saat Dira mengantar Flo pulang--kembali berputar diotaknya.

"Nak Dira yang nganter Flo pulang yah," sapa Ari saat Flo dan Dira keluar dari dalam mobil.

"Gimana Flora nya, nak?"

"Flora. Dia gadis yang baik kok, Tan."

"Kalo begitu, nak Dira setuju yah dinikahkan dengan Flo?"

Dengan malu-malu, Dira tersenyum tipis. "Terserah. Tapi kalo saya pribadi sih gak keberatan Om."

"Kalo gitu secepatnya kami membicarakan ini yah nak."

"Iya, Om."

"Sial!" gerutu Flora seraya menggebrak kecil meja dihadapannya.

"Flo? Apa yang sial?" tanya Andine panik. Flo tersadar pada keadaannya sekarang. Ia tidak ingin teman-temannya mengetahui masalahnya.

"Ah gak kok. Tadi gue naik angkot terus pas gue mau minta kembaliannya eh mamang nya udah kabur duluan jadi gue masih kesel aja sih," dusta Flo. Ia memamerkan cengirannya untuk lebih meyakinkan ketiga sahabatnya.

"Gue kira kenapa, tapi lo denger kan yang kita ceritain?" tanya Anggi. Flo kikuk. Ia sedikit menggaruk lehernya sambil cengar-cengir tak jelas.

"Sudah kuduga lo gak peduli! Heuh!" gerutu Fika gemas.

"Ahaha ya maaf, gue juga lagi pusing mikirin tugas sih, mana bentar lagi deadline kan?" jelas Flo lagi. Padahal ia bohong, tugas memang menumpuk tapi bukan itu yang Flo pikirkan. Tugas sih cuma dua jam duduk di meja belajar juga bisa dia selesaikan semua dengan baik.

"Astaga iya! Mana gue tugas Pak Bambang belum lagi, lo sih ngingetin tugas segala," gerutu Anggi.

"Diingetin bukannya makasih eh malah ngedumel," sahut Fika.

"Bukannya gitu, ya secara gue kan orangnya santai gak mikirin tugas tapi kalo diingetin gini sih gue juga jadi kelabakan tau," jelas Anggi, ia mengerucutkan bibirnya sebal.

"Makanya gak usah pacaran mulu biar gak kelabakan mikirin tugas atau pacar," sambung Andine.

"Jomblo bersabda. Kalo jomblo yaudah terima aja sih ahaha," tawa Fika pecah. Seluruh pengunjung kantin pun memusatkan perhatiannya pada meja Flo beserta tiga temannya.

"Sorry," teriak Anggi saat ia menyadari dirinya dan ketiga temannya menjadi pusat perhatian seluruh pengunjung kantin.

Sedetik kemudian, mereka semua mengalihkan pandangannya dari meja Flo dan teman-temannya.

"Udah ah, gue ke kelas duluan yah?" pamit Flora. Ia bangkit dari duduknya.

"Bayarin makanan gue dulu yah, Fik. Duit gue di kelas hehe," pinta Flora sebelum ia benar-benar beranjak pergi menuju kelas.

"Si Flo kenapa sih? Dari kemarin-kemarin aneh banget dia?" tanya Andine kemudian setelah Flo sudah hilang ditikungan kantin.

"Aneh kenapa? Biasa aja sih. Mungkin dia masih kurang enak badan, Dine. Udah kali gak usah kepo!" sahut Anggi disela-sela aktifitasnya mengunyah bakso.

"Iya. Gak semua masalahnya Flo, harus diceritain ke kita, Dine. Flo masih punya privasi," sambung Fika. Andine hanya membalas dengan anggukan kepala paham.

"Eh! Kemarin kan si Flo abis jalan sama Ilham tuh! Kenapa tadi gak ditanyain coba? Aseli kalo yang ini gue kepo akut banget!" seru Andine heboh.

"Oh iya yah. Kita harus tanya ini!" sahut Fika tak kalah heboh.

"Buruan makan bakso nya Nggi! Kita harus tanya soal ngedate-nya Flo sama Ilham kemarin!" suruh Fika. Ia membantu menyendoki Anggi melahap bakso nya.

"Uhuk!"

"Ah anjir lo! Kampret!" seru Anggi setelah menyedot es teh manis miliknya.

"Hampir gue mati keselek gara-gara lo Fik!" gerutu Anggi. Bagaimana tidak? Ia berasa ingin mati hanya karena keselek kuah pedas bakso nya gara-gara Fika.

"Iya maaf Nggi, gak sengaja," jawab Fika cengengesan.

"Kesel gue!"

"Nih! Nih!" seru Andine. Ia memasukan bakwan kemulut Anggi saat temannya itu masih terus menerus menggerutu.

"Ahahaha," tawa Fika.

"Tos!" seru Fika. Ia dan Andine ber-toss ria saat berhasil mengerjai Anggi

Anggi melahap habis bakwan dimulutnya kemudian menghabiskan es teh manisnya.

"Udah udah! Buruan ke kelas. Bentar lagi masuk, nanti gak keburu nanya ke Flo!" ajak Anggi. Mereka pun beranjak menuju kelas setelah meletakan selembar uang limapuluh ribuan diatas meja pakde Ujang.

***

Di dalam kelas. Flo melipat kedua tangannya di atas meja, wajahnya ia sembunyikan di atas tangannya. Flo mengantuk. Flo tidak ingin terlalu mengambil pusing soal beban hidupnya belakangan ini.

"Flora!" teriak Andine, Anggi dan Fika bersamaan begitu memasuki kelas.

"Flo, lo nangis?" tanya Fika. Ia berlari menuju meja Flora.

"Flo! Flo! Flo!" seru Fika seraya menggoyahkan tubuh Flora.

"Flo pingsan!" seru Fika heboh. Andine dan Anggi kompak membolakan matanya kemudian berjalan menuju meja Flora.

"Flo! Flo!" panggil Anggi.

"Flo!" seru Andine tak mau kalah. Flo mulai terusik. Ia mengangkat kepalanya, menatap ketiga temannya bergantian.

"Udah ada guru yah?" tanya Flo seraya mengucek matanya. Matanya masih terasa lengket. Ternyata tidur di dalam kelas juga nyaman.

"Lo tidur?" tanya Andine yang hanya diangguki oleh Flo. Nyawanya belum sepenuhnya terkumpul.

"Yaelah," dengus Anggi.

"Gue kira lo pingsan," gumam Fika. Flo terkekeh kecil.

"Makanya gak usah lebay!" seru Flo. Ia menoyor kepala Fika pelan, sang empunya kepalanya hanya memanyunkan bibirnya sebal.





---
Masih flat banget yah? Maaf yah, soalnya baru awal juga kan. Tapi kalo udah jauh juga diriku gak bisa jamin sih kalo ceritanya bakal W.O.W :')



Love,
Agnes

FLORA (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang