Hanya Mimpi

521 15 15
                                    

Enjoy it~

Langit sebelah barat menunjukan cahaya jingganya. Memanjakan mata siapa pun yang melihatnya. Sayup sayup matahari mulai bersembunyi dibalik gunung-gunung. Hari pun mulai petang.

"Allahu akbar.. Allahu akbar.."

Kumandang adzan mulai terdengar bersahut-sahutan dari masjid.

"Aisyah, sudah maghrib. Cepat pergi ke masjid, sembahyang, mengaji."

Oh iya, namaku Aisyah Alfiroh

"Iya, Mi."

Aku bergegas mengambil air wudhu. Setelah berpamitan pada Umi, aku berangkat ke masjid. Dengan membawa mukenah tentunya. Aku pergi bersama teman-temanku. Sebelumnya, perkenalkan teman-temanku.

Ainun, Delisa dan Sarah. Sepanjang jalan, kami hanya bersenda gurau. Sampai tak sadar. Akhirnya, sampai juga ke masjid.

"Ayo masuk," ajakku

"Jangan lupa, baca doa," ujar Sarah

"Doa apa?" tanya Ainun, dengan wajah polos

"Doa masuk WC...!! Ya, doa masuk masjid lah," desis Delisa geram

"Hahaha..." kami tertawa bersamaan

"Eh eh, ayo. Cepat masuk, malah gurau disini, sudah waktunya shalat ini." suara lembut, tetapi tegas. Yap, itu Ibu ustadzah

"Iya, Bu," ucap kami

Kami melangkah masuk, melaksanakan shalat maghrib berjamaah, dan juga mengaji.

"Allahu akbar.. Allahu akbar..."

Tak terasa, waktu berjalan sangat cepat. Muadzin pun mengumandangkan adzan. Kami melaksanakan shalat isya berjamaah. Setelah shalat, semua jamaah bersalam-salaman sambil melantunkan

"Allahumma shalliala muhammad ya rabbi shallialaihi wasallim." dan seterusnya sampai selesai

"Bu, Aisyah pamit pulang. Assalammu alaikum." seraya mencium punggung tangan ustadzah
yang diikuti oleh teman-temanku juga.

"Wa'alaikum salam. Hati-hati, dijalan ya."

"Iya. Bu," ucap kami bersamaan.

~~~

Aku berjalan sambil memandang langit yang berhamburan bintang-bintang. Tanpa sadar, aku menabrak Ainun yang berjalan di depanku

"Aduuh... Aisyah, hati hati dong. Untung aja gak jatuh!" umpatnya dengan muka masam

"Hehe.. iya iya, maaf. Gak sengaja kok," ujarku sambil cengengesan

"Kamu liatin apaan, Syah? Sampai nabrak Ainun," tanya Delisa

"Enggak, aku liat bintang yang berhamburan di langit," jawabku

"Oh," ujar Delisa yang hanya ber 'OH' ria

"BTW, tumben si Sarah diem aja. Dari tadi?" kini giliran Ainun yang angkat bicara dengan suara cemprengnya.

"Iya, nih. Tumben kamu Rah," timpalku lagi.

Gimana gak aneh coba. Kan biasanya si Sarah yang paling berisik diantara kami, eeh.. ini malah diem dari tadi.

"Apa kalian, gak merasa aneh?" pertakaan Sarah membuat kami berhenti. Dan menoleh ke arahnya

"Aneh gimana Rah?" Tanya kami bersamaan dengan 1000 tanda tanya. Suasana hening, angin berhembus kencang. Dingin tiba tiba menusuk ke dalam tulang

"Anehnya... Tumben, desa kita baru jam segini, sudah sepi. Biasanya masih rame, kan?" ujar Sarah kemudian

"Iya, tumben tumbenan ya? Baru kali ini," lanjutku. Sebenarnya aku juga merasa aneh dari tadi, tapi aku mencoba menepis anggapan itu.

"Apa jangan jangan..." ucap Delisa yang menggantung kata-katanya itu.

Kami semua melirik satu sama lain. Sekarang rasa takut mulai menguasai diriku, mungkin rasa ini juga dirasakan oleh teman-temanku.

Greseeeek...

"Itu, suara apaan Rah?" Tanya Ainun pada Sarah, sambil memegang tangan kanan Sarah

"Kamu nanya aku, aku nanya siapa Nun?" jawab Sarah dengan pelan dan hampir berbisik. Tapi, aku mendengarnya

Aku dan Delisa hanya diam seribu bahasa.

Greseek... greseek...

Suara itu terdengar lagi. Sepertinya, sumber suara itu dari semak semak belukar disamping kami

"Ayo kita liat sama-sama," ujarku, tetapi dihati kecilku seakan berkata 'jangan'

"Tapi... ok baiklah" Delisa ragu-ragu

Akhirnya, kami sepakat untuk melihat bersama sama. Kami mendekati semak-semak itu perlahan lahan. Suara itu, semakin jelas, semakin jelas

Greseek... greseek...

Angin kencang tak henti-hentinya bertiup menambah suasana semakin mencengkam. Kini kami telah sampai di depan semak-semak itu, suara itu semakin jelas dan jelas.

"1, 2, 3," ucap kami bersamaan

Dan........

"Aaaaaaaaaaa....."

~~~

"Aisyah, Aisyah bangun. Aisyah,"

Seseorang menggoyang-goyangkan tubuhku. Aku mengenerjapkan mataku, menyesuaikan cahaya yang masuk ke mataku.

"Umi, Aisyah di mana? Mana teman-teman Aisyah? Ainun? Delisa? dan Sarah?" ujarku panik

PLETAAK!

Umi menjitak kepalaku, apa yang salah? Oh ayolah ini aneh.

"Kamu ini, ngomong apa sih Aisyah? Makanya. Jangan tidur sore-sore, sekarang. Cepat, ambil air wudhu shalat asar sana. Sudah masuk waktunya ini," geram Umi kesal

"Iya Umi, huft..! Untung itu hanya mimpi" ucapku sambil berjalan menuju tempat wudhu. Lalu aku menjalankan shalat Asar

 Lalu aku menjalankan shalat Asar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



TAMAT

Tidur sore hari dapat meningkatkan perubahan yng negatif pada hormon. Bagian tubuh akan menerima beban stress pada proses bangun di sore hari. Ada pula penelitian bahwa mimpi buruk disebabkan oleh tidur sore.

Haaai... ini cerpen pertamaku. Maaf kalo masih banyak kesalahan, dan makasih yang udah nyempatin diri buat baca cerpen abal-abal ini.
Mohon kritik+sarannya, dan juga mohon tinggalkan jejak setelah membaca 😉
Semoga bermanfaat.

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang