"Apa yang kau lakukan di sini?" tanyamu lalu duduk di sampingku yang masih betah menatap danau tanpa menoleh.
"Meratapi nasib," jawabku seadanya, kamu tertawa. Ya, kamu memang selalu terlihat bahagia tanpa ada luka.
"Yang benar saja?" timpalmu mengejek.
"Kau tau? Sepertinya masa depanku suram." Aku berdiri lalu melempar kerikil-kerikil kecil ke danau, membuat riak di sana.
"Lalu, kau akan mengakhiri hidupmu dengan cara melompat ke danau ini? Atau ingin mati mengenaskan dengan minum racun? Begitu?" cecarmu.
"Jangan konyol, aku tidak sebodoh itu," sangkalku sembari mengambil satu kerikil lagi, lalu melemparnya sejauh mungkin.
"Lalu apa yang kau lakukan dengan prediksi masa depanmu?" tanyamu menoleh ke arahku.
"Menjalaninya seperti biasa, tanpa melawan atau mengubah takdir. Seperti menikmati secangkir kopi pahit disetiap pagi." aku menaikan bahu acuh. Kamu menghirup oksigen sebanyak-banyaknya sambil memejamkan mata, lalu menghembuskannya perlahan. Menikmati suasana asri yang belum terjamah tangan manusia. Suhu sedikit dingin, angin berhembus pelan, danau cukup tenang, rumput yang kita duduki juga masih basah. Matahari belum menunjukan keseluruhan dirinya, namun sinarnya sudah menyebar keseluruh cakrawala.
Kamu melirik. Lalu berdiri, menggenggam sebuah kerikil.
"Dan kau terpaksa meminum kopi pahit itu?" tanyamu, "harusnya masalahmu itu dibuang jauh seperti ini." Lanjutmu melempar kerikil itu jauh, lebih jauh dari lemparanku sebelumnya. Kamu kembali duduk dan tersenyum.
"Inginnya begitu ...," lirihku. Namun, masalah terus membelenggu, hingga membuatku tak mampu.
"Ada satu pertanyaan yang memenu-"
"Apa?" selamu seolah tau apa yang ingin ditanyakan.
"Kenapa manusia hidup kalau unjung-ujungnya harus mati?" pertanyaan itu terlontar begitu saja.
"Kenapa manusia makan kalau ujung-ujungnya harus lapar lagi?" bukannya menjawab, kamu malah balik bertanya.
"Kau!" aku mencubit pinggang kekar itu dengan gemas
"Aaw! Itu sakit!" pekikmu sembari mengelus pinggang.
Kita diam sesaat, lalu tertawa bersama, menyadari pertanyaan kita yang konyol dan aneh. Hal paling menyenangkan dalam hidupku adalah tertawa bersamamu. Sayangnya, kamu hanya teman khayalan yang selalu datang saat teman-teman nyataku hilang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen
סיפור קצרKumpulan Cerpen, diisi dengan cerita-cerita pendek atau cermin (cerita mini). Dengan genre yang bercampur disetiap ceritanya. Entah itu religi atau fantasi, pokoknya campur aduk layaknya perasaan 😂