Masak

379 0 0
                                    

Sepotong cerita kehidupan author 😂

Hari ini hari minggu, hari di mana semua oknum-oknum libur bekerja kecuali yang bekerja di warung makan, toko baju, mall dan sejenisnya.

Gue tinggal berdua bersama teman gue di rumah yang lumayan lah untuk ditinggali dua orang. Jam 07:30 tadi teman serumah gue udah berangkat kerja sip pagi, dia kerja di salah satu rumah makan di kota ini. Biasa lah, pengejar rupiah. Soalnya tadi gue liat status alaynya di fb yang bertuliskan

Pagi-pagi golek rupiah sek.
Semoga dipermudah, Aamiin

Sesudah dia berangkat kerja, gue juga ikutan ngacir ke pasar. Nyari bahan-bahan buat masak kari ayam. Tadi gue liat di ig @resepbunda masak kari ayam keliatannya enak pake banget. Jadi apa salahnya gue yang gak bisa masak ini mencoba, kan? Awalnya sih gue mau cari laki koki aja biar gue gak repot-repot masak. Tapi, ya kali cewek tulen gak bisa masak.

Akhirnya tiba lah saatnya gue memasak kari ayam. Tunggu, gue nanya dulu sama Mbah Google gimana cara masak kari ayam. Mata gue liar melihat cara-cara Mbah Google, adeeh ... ribet amat! Yaudah, gue putuskan pacar. Eh, bukan! Maksudnya putuskan buat cara sendiri.

Beberapa tahun kemudian, eh? Kelamaan, beberapa menit kemudian akhirnya jadilah kari ayam ala gue. Bahagia lah ya akhirnya jadi. Dengan antusias gue mencicipinya.

"Uueweek ... rasa apaan nih?! Rasa sepatu Sasuke!" gue memuntahkan kari ayam yang menurut gue rasa sepatu Sasuke.

"Assalammualaikum."

Suara Tiara? Loh? Harusnya kan dia pulang jam tiga sore. Mampus gue kalau dia liat masakan rasa sepatu ini! Bisa-bisa gue diolokin dua hari tiga malam.

"Woy! Salam dijawab!" teriak Tiara di depan pintu dapur dengan bersedekap dada.

"Eh emak kau beruk!" gue emang latah

"Emak gue bukan beruk, Ivy!"

"Lagian lo sih ngagetin, waalaikumussalam."

"Tumben berangkat pagi, pulang pagi lagi ke sana kemari cari rezeki."

Tiara mengembuskan nafas kasar. Ya ampuun ... baunya sampe ke sini, sudah berapa bulan dia gak gosok gigi?

"Gak usah nyanyi juga kali. Bos gue istrinya melahirkan, jadi kami mendadak libur."

Lalu dia melangkah mendekati gue yang masih berdiri dengan memegang panci kari ayam luknut ini. Tiara duduk di meja makan lalu menatap gue dengan bahagia.

"Lo masak? Tumben, sini gue mau makan. Kan tadi pagi gue langsung ngacir," ucap mahluk itu antusias

"Ini masakan basi, kalau mau makan itu yang di dalam lemari. Gue baru beli tadi." mahluk rempong ini gak boleh makan kari ayam luknut ini.

Dia memutar bola mata jengah.
"Lo kalo mau bohong, pinteran dikit napa? Jelas-jelas masih berasap gitu, sini! Gue mau makan!"

Ya ampun gue kok bego amat ya. #tepokjidat

"Jangan! Kari ayam ini rasa sepatu. Mending dibuang aja deh," ucap gue

"Jangan buang-buang makanan, mubanjir."

"MUBAJIR, WOY!"

"Gak perlu ngegas juga kali. Iye, maksudnya mubajir. Sini, ah buruan. Gue laper!"

"Tapi jangan salahin gue kalau lo mati gegara makan nih kari rasa sepatu." gue udah wanti-wanti

"Iye iye."

Akhirnya gue menaruh panci berisi kari ayam rasa sepatu Sasuke itu di atas meja. Tiara dengan bersemangat menciduk nasi, lalu menuangkan kuah kari ayam ke dalam piringnya. Dia muai menyuapkan sesendok makanan luknut itu ke dalam mulutnya. Alis tipis mahluk itu saling bertaut, matanya terpejam, mulutnya mengunyah dengan lamban.

"Kan udah gue bilang, rasa sepatu." gue mencela duluan sebelum dia bicara.

"Rasa sepatu mana ada, rasa kaos kaki baru ada," ucapnya di sela-sela makan.

"Lo pernah makan kaos kaki, Ti?" tanya gue terkejoed

"Ini lagi makan," jawabnya santai

Kurang ajar mahluk satu ini! Sabar, sabar hidup indah pada watunya. Sabar, sabar roda nasib berputar. Kaya lagu

"Bangke, lo! Kan tadi gue udah bilang. Buang aja!" gue kesel ini, jahad (bacanya pake kolkolah ya)

"Jangan! Gue bakal ngabisin semuanya."

Gila si Tiara, gue aja yang makan satu sendok udah puyeng-punyeng manja. Apalagi ngabisin satu panci, luar binasa. Ini laper atau doyan?

"Lo tau? Masakan lo ini lebih baik dari punya gue, gue pernah masukin satu bungkus garam ke dalamnya. Asinnya level Dewa, sampe pahit kaya muka lo!"

Menghina? Iya sudah.

"Pahitan mana sama kehidupan lo yang ditinggal kawin sama dia?" gue tersenyum sinis. Mamam tuh DIA!

"Uhuuk ... uhuuk!"

"Lo mau mati? Yah ... jangan dong!" gue panik segera memberi segelas air putih. Tiara meneguknya rakus

"Gila, lo! Sekarang lupain dia yang brengsek itu! Besok kita belajar masak sama Emak gue. Biar masakan lo gak rasa kaos kaki."

Akhirnya Tiara menghabiskan satu panci penuh kari ayam rasa sepatu itu. Biar rasa sepatu Sasuke atau kaos kaki, habis juga sama dia, kan. Kami pun mulai belajar masak sama Emaknya Tiara besok dan seterusnya. Perlu perjuangan, Bro. Kagak mudah menurut gue yang emang lemot. Berkat Emaknya Tiara, kami berhasil ngirit duit dan gak pernah lagi beli makan di luar selagi kagak malas masak
Dan gue, gak perlu susi susah nyari laki koki.

Selesai.

Pangkalan Bun, 15 Juli 18

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang