Lailatul Qadar

891 2 0
                                    

Udara dan angin sekitar terasa tenang. Malam yang penuh kelembutan, cerah, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin.
Para malaikat pada malam itu lebih banyak turun ke bumi daripada jumlah pepasiran.
Matahari terbit pada pagi harinya cerah tanpa sinar.

Cerita Nenek tentang malam yang lebih baik dari seribu bulan, malam Lailatul Qadar. Suaranya yang serak-serak bergetar masih teringat terus olehku. Takkan pernah terlupa. Sewaktu aku kecil, tiap malam sebelum tidur. Aku pasti memintanya untuk menceritakan malam yang lebih baik dari seribu bulan yang hanya ada pada saat bulan Ramadhan.

Seperti sekarang, saat ini bulan Ramadhan. Walau pun sudah tua renta, Nenek tetap memaksakan diri hendak melakukan puasa dan tarawih berjamaah di masjid. Aku sudah melarangnya. Tapi, Nenek tetap bersikeras atas kehendaknya.

Bahkan, aku juga sudah mengunjungi ustadz untuk memberi saran pada Nenek. Tapi, Nenek memang orang yang keras kepala. Aku hanya khawatir padanya.

Kata Nenek, ia ingin melihat malam Lailatul Qadar. Sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, Nenek lebih giat beribadah kepada Allah. Bahkan, ia tahan duduk berjam-jam di atas sajadahnya.

Saat tengah malam, aku terbangun. Aku melihat Nenek sedang duduk di sajadahnya dengan memutar bola-bola tasbih di tangannya, mulutnya berkomat-kamit terus menyebut asma Allah, matanya sembab. Sepertinya, Nenek habis menangis.
Ia menoleh ke arahku lalu tersenyum.

"Nek, ayo kita tidur. Nenek sudah berjam-jam duduk di sajadah. Nanti Nenek sakit," nasehatku.

"Tidak, kau tidurlah duluan. Nenek akan menyusul," balas Nenek dengan suara serak dan bergetar.

Sewaktu aku bangun hendak menyiapkan sahur, aku masih melihat Nenek duduk di sajadahnya. Sama seperti tengah malam tadi. Apa Nenek tidak tidur semalaman?

Malam esoknya, aku ikut shalat tahajjud bersama Nenek. Aku bermaksud untuk menemaninya.

Kami berdua shalat berjamaah, hingga membaca Al-qur'an. Dan menyebut asma Allah tak henti-henti. Hingga mataku mulai berat, dan akhirnya aku tertidur di atas sajadah.

Aku mulai membuka mataku. Menyesuaikan cahaya yang masuk ke mataku. Ku edarkan pandangan. Di mana Nenek? Aku pasti sudah tertidur cukup lama. Aku melangkahkan kaki untuk mencari Nenek.

"Nek, Nenek! Nenek di mana?" teriakku

Akhirnya aku sampai di pintu utama.

"Astagfirullah. Nenek!"

Aku melihat Nenek bersujud di teras rumah dengan pintu yang terbuka lebar. Alam masih sunyi, gelap. Hanya berterangkan rembulan.

Aku menghampiri Nenek. Masya Allah. Saat kusentuh, tubuhnya menggigil, lidahnya kelu, matanya seperti menyaksikan sesuatu yang sangat luar biasa.

Kala itu, aku teringat cerita Nenek tentang malam Lailatul Qadar.

Orang yang mendapatkan Lailatul Qadar akan melihat semua dengan terang dikegelapan malam. Hal ini tidak semua hamba bisa melakukan hal serupa jika bukan yang dipilih-Nya. Kebanyakan manusia tidak akan bisa melihat dengan jelas apalagi terang saat di gelapnya malam. Dan atas kuasa-Nya, seorang hamba pilihan-Nya seolah tak melihat kegelapan malam, karna semuanya serba terang. Ia seolah dapat melihat seluruh benda dan mahluk di bumi bersujud kepada Allah. Tanpa kita sadari sebenarnya semesta ini bersujud dan bertasbih kepada Allah. Namun, manusia tak begitu saja bisa melihatnya secara kasat mata. Dan orang yang beruntung mendapatkan anugrah Lailatul Qadar ini akan bisa melihat semesta alam dan isinya bersujud pada Allah. Bisa mendengar suara malaikat dan tutur katanya.

Begitulah cerita Nenek. Aku tersadar dari lamunanku dan segera menelpon ambulans, lalu membawa Nenek ke rumah sakit.

~~~

Udara dan angin sekitar terasa tenang. Sebagaimana dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda.

"Lailatul Qadar adalah malam yang penuh kelembutan, cerah, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin. Pada pagi hari matahari bersinar lemah dan nampak kemerah-merahan."
(HR. Ath Thoyalisi. Haytsami mengatakan periwayatannya adalah tsiqoh/terpercaya)

"Sesungguhnya malaikat pada malam itu lebih banyak turun ke bumi daripada jumlah pepasiran."
(HR. Ibnu Khuzaimah yang sanadnya dihasankan oleh Al Bani)

"Tandanya adalah matahari terbit pada pagi harinya cerah tanpa sinar." (HR. Muslim)

Semoga kita bertemu dengan malam Lailatul Qadar.
Aamiin.

Assalammualaikum reader's tercinta. Author post satu cerpen lagi nih. Cerpen ini sebenarnya udah lama sih. Udah pas waktu bulan Ramadhan lalu😂

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang