Keikhlasan

698 6 2
                                    

Terkadang, yang setia kalah dengan yang selalu ada.

To: Suharni

Teriakan bahagia para siswa kelas 12 yang menerima surat kelulusan. Kini kami tertawa bahagia dengan mencoret-coret baju satu sama lain. Seperti sekarang, aku sedang mencoret baju pacarku dengan tulisan I Love You di bagian dada sebelah kiri dan di bawahnya tertulis rapi namaku, Suharni.

Dengan berlinang air mata, aku memeluknya erat. Aku senang bisa lulus SMA dan aku sedih karena aku akan di daftarkan di sebuah pesantren oleh Ibu dan Ayahku. Aku sudah menolak mentah-mentah permintaan orang tuaku. Tapi, keputusan mereka tidak bisa diganggu gugat. Aku melepas pelukanku. Ia tersenyum dan mengusap air mataku.

"Pergilah, ikuti kemauan orang tuamu," ucapnya

"Tapi.."

"Ini demi kebaikanmu, Har," ucapnya lagi

Aku mengangguk.

~~~

Sudah hampir 1 tahun aku tinggal di asrama pesantren. Sudah hampir satu tahun juga aku LDRan dengan Leo. Selama LDRan, aku dan Leo tidak pernah berkirim pesan, atau hanya sekedar bertanya kabar. Entahlah, mungkin dia sudah melupakanku.

Selama di pesantren, aku mendapat banyak pelajaran yang belum kuketahui. Sungguh! Selama ini aku telah salah melangkah, seharusnya aku menghindari yang namanya pacaran. Karna ternyata pacaran adalah jalan menuju zina. Astagfirullah.. ampuni hamba-Mu yang dulu. Seharusnya cinta itu menguatkan, bukan melemahkan.

Aku menyesal telah pernah menjalani ikatan semu yang bernama pacaran. Aku juga menyesal telah bersentuhan dengan yang bukan muhrim. Sungguh banyak dosaku. Di dalam Islam, istilah pacaran memang tidak ada. Yang ada, hanya ta'aruf.

Selama di pesantren juga, aku menjalin ta'aruf dengan anak Kiai. Anak dari guruku. Bahkan, Kiai pun sudah mengetahuinya.

3 tahun berlalu, aku kembali ke kediamanku bersama calon suamiku dan calon mertua sekaligus guruku, Muhammad Riansyah. Walau pun kami adalah calon suami-istri. Tapi, kami selalu menjaga jarak sebelum terikat tali pernikahan.

Alhamdulillah, sekarang aku sudah berstatus Makhtubah. Yaitu wanita yang telah di khitbah/dilamar. Satu bulan lagi kami akan melangsungkan pernikahan.

Ketika aku berjalan-jalan. Aku tak sengaja bertemu dengan Leo, mantan kekasihku. Aku takut, ia marah padaku karna aku sudah menghianatinya. Tapi, sebaliknya. Leo senang melihat diriku yang sekarang, karna sekarang aku berniqab.

"Assalamualaikum," salamku

"Wa'alaikum salam," jawab Leo tersenyum ikhlas

"Selamat ya, Har. Kamu sudah mempunyai calon suami yang sholeh," tuturnya. Di matanya tersirat sebuah kekecewaan.

Apa aku bersalah sudah menyakiti hati ikhwan?

"Alhamdulillah," ucapku tersenyum dibalik niqab

"Aku ikhlas kamu bahagia bersamanya. Aku ikhlas dalam menerimanya. Bagiku, apa yang Allah berikan untukmu, adalah yang terbaik untukku. Aku pernah membaca surah An-nur ayat 26. Yaitu, wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik. Dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang baik untuk lelaki yang baik. Dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik. Mungkin, aku kurang baik untukmu, Har. Sekali lagi selamat ya," Masya Allah, Leo sungguh pengertian.

"Terimakasih, Leo. Kamu sudah mengerti," ucapku tulus.

Alhamdulillah. Tibalah acara pernikahan. Hari yang sangat bahagia bagiku. Karna setelah ini tidak ada lagi kata zina diantara aku dan Riansyah. Karna kami sudah terikat dengan ikatan ilahi. Ikatan suci, pernikahan.

~~~

Ikhlas adalah rangkaian enam huruf yang sering dan mudah kita ucapkan. Namun, tidak mudah untuk kita lakukan. Bahkan mungkin diri kita pun tidak bisa mengukur seberapa kadar keikhlasan dalam mengerjakan, menerima, menjalani sesuatu. Iklhas berarti bersih, suci dari niat buruk di dalam hati. Ikhlas berarti hanya mengharap ridho Allah semata. Baginya, apa yang dia lakukan adalah untuk mempersembahkan yang terbaik bagi Allah.

Semoga kita tergolong orang-orang yang ikhlas.

Ini permintaan Kak Harni. Jangan lupa vomen ya.. terutama buat Kak Harni.

Syukron katsiira☺

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang