Waktu

134 2 0
                                    

Renungkanlah kawan.

Dengan membawa sebotol air setan, lelaki itu memasuki rumahnya dengan langkah gontai. Ia berjalan menuju kamarnya dan akhirnya tertidur. Lelaki ini adalah seorang bajingan di desanya. Ia selalu membuat ulah dan membuat resah penduduk desa. Hingga seluruh penduduk desa membencinya. Sudah banyak dosa yang tak terhitung karna perbuatannya.

"Subhanallah."

"Subhanallah."

"Subhanallah."

Lelaki itu terbangun dari tidurnya ketika mendengar lantunan dzikir yang merdu. Tapi, suara dzikir itu seperti siksaan baginya. Ia kembali menajamkan pendengaran telinganya.

"Subhanallah."

"Subhanallah."

"Subhanallah."

Ia sekarang tidak sedang mabuk. Ini nyata, bukan sekedar ilusinya. Suara lantunan dzikir itu nyata jelas terdengar di telinganya. Ia melangkahkan kaki meninggalkan kamarnya, bermaksud mengambil air setan di lemari persediaannya.

Lelaki itu segera meneguk air setan yang baru saja di ambilnya.

"Subhanallah."

"Subhanallah."

"Subhanallah."

Lagi-lagi, lantunan dzikir itu terdengar di telinganya. Ia segera mengedarkan pandangan ke sekelilingnya, guna mencari Sumber suara tersebut.

"Subhanallah."

"Subhanallah."

"Subhanallah."

Botol-botol air setan yang di lemari pun ikut melantunkan dzikir tersebut. Betapa terkejutnya lelaki itu. Ia mulai frustasi sambil menutup telinganya rapat-rapat dengan menggunakan kedua tangannya.

Kini, botol yang di genggamnya pun ikut melantunkan dzikir tersebut. Ia spontan menjatuhkannya ke lantai hingga botol tersebut pecah.

"Subhanallah."

"Subhanallah."

"Subhanallah."

Bahkan, seluruh perabotan rumahnya kini ikut melantunkan dzikir tersebut. Lelaki tersebut berteriak-teriak seperti orang gila sambil menutup kedua telinganya rapat-rapat. Lantunan dzikir itu bagai siksaan baginya. Hingga sebuah suara terdengar.

"Hai Pulan, waktumu sudah habis. Ajalmu tiba, tengah malam nanti kau akan mati. Waktu yang diberikan Tuhanmu hanya kau gunakan sia-sia untuk berbuat maksiat."

Suara tersebut pun menghilang, suara lantunan dzikir tadi pun ikut lenyap bersama hilangnya suara tersebut. Hanya ada keheningan dan deru nafas lelaki tersebut.

Ia segera berlari meninggalkan rumahnya, lalu menuju rumah-rumah para penduduk untuk meminta maaf atas kesalahan yang ia lakukan sebelumnya. Orang-orang telah beranggapan bahwa ia sudah tidak waras. Ia juga tak lupa mengunjungi rumah Kiai yang ada di desanya, meminta dibacakan Yassin sebelum ia mati.

Kiai dan para penduduk pun mengunjungi rumahnya. Ia telah berbaring telentang di ranjang dengan wajah pucat dan keringat dingin yang telah bercucuran hingga membasahi pakaiannya.

"Mengapa kau ingin dibacakan Yassin?" tanya Kiai tersebut.

"Karna aku akan mati tengah malam nanti," jawab lelaki tersebut.

"Darimana kau tau? Kematian seseorang hanya Tuhan yang tau," balas Kiai itu lagi.

"Aku mendengar sebuah suara, bahwa aku akan mati tengah malam nanti," perjelas lelaki tersebut.

Akhirnya, Kiai dan beberapa penduduk membacakannya Yassin sampai tengah malam.

"Sudah tengah malam. Tapi, kau masih hidup," ucap Kiai tersebut.

"Benarkah? Aku tidak mati? Syukurlah," teriak girang lelaki tersebut, "Terima kasih Kiai, terima kasih," ucap lelaki tersebut berterima kasih.

"Itu artinya, kau diberi kesempatan untuk bertobat oleh Tuhan," ucap Kiai.

Setelah itu, Kiai dan para penduduk pun pulang ke rumah masing-masing. Meninggalkan lelaki itu yang sedang kegirangan bahwa dirinya tidak jadi mati.

"Hahahaha... aku masih hidup! Aku tidak jadi mati! Aku masih hidup!" teriak lelaki itu kegirangan.

Ia segera berlari ke kamarnya, mengambil air setan yang di sembunyikannya selama bertahun-tahun, yang waktu itu diberi oleh kawannya sebagai hadiah ulang tahunnya.

"HAHAHAH..."

Lalu ia segera meneguk air setan itu hingga tersisa setengah dari botol.

Matanya tiba-tiba melotot, tubuhnya kaku, lidahnya kelu. Ia sudah diambang kematian. Sebelum nyawanya benar-benar keluar dari raganya. Telinganya sempat mendengar sebuah suara.

"Kau telah menyia-nyiakan waktu yang diberikan Tuhan untuk bertobat. Sekarang, nikmatilah ajalmu, wahai Pulan."

Setelah itu, lelaki tersebut benar-benar mati.

SELESAI.

"Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali yang beriman. Mengerjakan kebaikan. Dan saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran."
(Al 'Ashar)

Jangan menyia-nyiakan waktumu untuk hal yang tidak berfaedah. Waktu tidak akan pernah bisa terulang kembali. Jangan menyalahkan waktu, karna waktu hanya berjalan menjalankan tugasnya. Salahkanlah dirimu yang telah menyia-nyiakan waktu yang diberikan Tuhan.
Kita hidup di dunia hanya sementara, kawan. Gunakanlah waktu yang diberikan Tuhan dengan banyak-banyak beribadah.

Semoga kita termasuk orang-orang yang beruntung.

Byee.. sampai jumpa di cerpen saya selanjutnya.

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang