Tema : Esok kan bahagia
Judul : Pudarnya pesona pernikahan
Oleh : Melinda AgustinLangit bersih tak tersaput awan. Burung-burung berkicauan menyambut mentari yang keluar dari persemayaman. Daun-daun masih basah karna embun belum juga enyah. Hari ini, kehidupan baru dimulai. Sebentar lagi aku sah bergelar suami dari gadis yang kucintai saat mengucap kata-kata sakral nanti.
"Saya terima nikahnya dan kawinnya Ina Alikah binti Darman Santoso dengan maskawin yang tersebut dibayar tunai."
"SAH!" ucap semua para undangan yang hadir
Sekali ucap, Ina sudah sah jadi istriku. Perlu keberanian untuk mengucapkan kata-kata sakral itu. Tanganku gemetar, keringat dingin menetes dikening membasahi peci yang kupakai. Hati bergetar karna akan mengemban tanggung jawab besar. Ina mencium tanganku lalu tersenyum. Bergantian aku mencium keningnya. Ibu mertua meneteskan air mata, ayah mertua menatap kami dengan sayu. Karna harus melepas anak perempuan mereka. Acara resepsi berlangsung meriah. Sanak saudara melontarkan ucapan-ucapan doa. Teman-teman serta mantanku pun turut hadir.
Nissa, mantan yang tak pernah bisa move on ikut bersalaman dibarisan orang-orang lainnya
"Selamat ya. Aku turut senang, semoga pernikahan kalian bahagia," ucapnya
"Iya, terima kasih Nissa."
Syukurlah, Nissa sepertinya sudah move on. Mungkin sulit baginya. Tapi inilah takdir, aku tak berjodoh dengannya.
Duduk di pelaminan adalah dambaan semua orang. Termasuk aku. Ina terlihat lelah, duduk lalu berdiri menyalami tamu undangan. Hari sudah siang, hampir dzuhur. Pasti gerah dengan gaun pengantin yang membalut tubuhnya, ditambah ia memakai jilbab.
"Ina, kamu kalau capek ke kamar saja. Biar Mas yang di sini."
"Aneh Mas ini. Masa cuma ada pengantin lelaki di pelaminan," ucapnya sambil tergelak kecil
"Ina, mulai besok kamu bercadar ya."
"Hah?! Kenapa?" dia tampak terkejut. Lucu juga istriku ini
"Aku gak suka wajah cantik kamu dipandang oleh lelaki lain. Ini perintah! Jangan melawan sama suami!" tegasku
"Ish... mentang-mentang ada hak veto. Iya my husband. Aduh cemburuan banget." dia mencubit pipiku gemas.
Adzan berkumandang, tanda Sang Pencipta memanggil. Aku ragu, apakah pergi sholat atau tetap duduk di sini.
"Mas, udah adzan. Ayo sholat. Ibu, kami izin sholat dzhur sebentar." MasyaAllah, sholehah sekali. Terima kasih Ya Allah telah mengaruniakan istri seperti Ina.
"Loh? Kan kamu baru make up, Ina. Nanti luntur, bakal lama nanti kalau make up lagi," tutur Ibu mertua
"Ibu, sholat itu kewajiban. Gak apa-apa kok gak pakai make up lagi. Kami permisi, Bu," pamitnya
Aku hanya tersenyum pada ibu mertua lalu pergi menggandeng tangan Ina. Ini pertama kali menjadi imam buatnya. Kami melaksanakan dengan khusuk.
"Assalammu'alaikum warahmatullah." salam terakhir kuucapkan. Menoleh ke belakang, menatap wajahnya. Ina memang cantik tanpa make up. Hidung kecil yang mancung, bibir merah muda mungil, mata yang teduh. Terlalu sempurna untukku. Wajahnya sekarang lebih berseri-seri dibanding sebelumnya.
"Mas, lama banget menatap Ina." tersadar dari lamunan, aku hanya tersenyum manis.
"Mas, berapa nilai keridhoan Mas sama Ina?" tanyanya tiba-tiba. Aneh sekali
"Hmm.. seratus?"
"Kok seperti gak meyakinkan begitu jawabannya." ucapnya cemberut
"Iya, serius, seratus. Bahkan lebih."
"Terima kasih, Mas." tersenyum lalu mencium tanganku lama
"Astagfirullah, Ina!"
Tubuhnya lunglai, aku menangkapnya. Kudekap erat. Tak ada suara detak jantungnya. Saat itu, baruku tahu. Bahwa Ina telah menghembuskan nafas terakhir. Butiran-butiran hangat mulai meluncur bebas. Meninggalkan jejak di sana. Mengapa kau pergi meninggalkan seseorang yang tulus mencintaimu di sini? Baru saja aku merasakan bahagia bersamamu. Tapi kau pergi dalam sekejap. Takdir begitu kejam. Tapi, inilah takdir. Aku berjodoh dengannya hanya sampai di sini. Baru aku sadar ikhlas itu sangat berat. Dada serasa dihimpir batu besar, sesak. Aku ikhlas, aku ridho. Semoga aku bisa menjalani hari-hariku tanpamu. Pergilah dengan tenang istriku sayang. Esok di Jannah-Nya kita akan bahagia. Tunggulah aku sayang.
Pangkalan Bun, 29 Agustus 18
Ini tu cerita yang saya buat tahun 2018 dalam event Audisi Cerpenis Indonesia, salah satu cerita dari beberapa babak. So ... baca aja 😂
Sampai jumpa di cerita berikutnya 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen
Historia CortaKumpulan Cerpen, diisi dengan cerita-cerita pendek atau cermin (cerita mini). Dengan genre yang bercampur disetiap ceritanya. Entah itu religi atau fantasi, pokoknya campur aduk layaknya perasaan 😂