Part 22

1.2K 125 18
                                    


Joong Ki's POV

Kubuka mataku perlahan. Menatapnya wajahnya yang dipenuhi keringat. Matanya masih terpejam dan nafasnya masih tersengal. Kubelai keningnya yang dibanjiri peluh. Ia nampak sangat kelelahan usai peraduan kami ini, dan aku sedikit merasa bersalah karenanya.

Kuhadiahkan senyuman terhangatku padanya saat ia mulai membuka matanya. Perlahan, kukecup dahi, kedua matanya, dan terakhir bibir merahnya. Kulihat ia tersenyum lembut. Kurengkuh ia ke dalam dekapanku. Kubisikkan kata cinta di telinganya yang membuatnya terkekeh. Ia kemudian meraih tangan kananku. Menautkan jemarinya di antara jemariku. Membuat cincin kami bergesekan. Cincin yang kusematkan di jari manisnya beberapa jam yang lalu.

"Joong Ki-ssi" bisiknya pelan memanggilku.

"Hhmm?"

"Apakah ini semua sepadan?" tanyanya dengan suaranya yang terlampau merdu.

Alisku bertaut. "Maksudmu?"

"Kita... kebahagiaan kita, kehidupan kita saat ini,"

Ia memfokuskan pandangannya kepadaku sebelum melanjutkan ucapannya. "Untuk orang-orang yang meninggal dan terluka karena kita."

Aku tersenyum menenangkannya. Membelai pelan kepalanya dan menyelipkan beberapa helai rambutnya ke belakang telinganya. "Tentu saja. Itu adalah tugas kita untuk membuatnya sepadan."

"bagaimana?"

Kurengkuh lagi tubuhnya dalam pelukanku. "Dengan bahagia selama-lamanya. Kita harus membuat pengorbanan mereka terbayarkan dengan bahagia."

Kurasakan ia mengeratkan pelukannya di pinggangku. Sementara wajahnya ia selipkan di ceruk leherku. Kuusap punggung polosnya dan kukecup bahunya. Wangi tubuhnya yang menguar dari tengkuknya membuatku tenang.

"Kau tahu, akhir-akhir ini aku suka membayangkan bagaimana akhir dari kisah kita," ucapnya pelan.

"Aku tidak suka mendengar kata akhir,"

"Setiap kisah selalu memiliki akhir bukan?"

Aku mendengus kesal. Ia telah berhasil merusak mood-ku. "Jenapa kau selalu memikirkan hal-hal buruk. Berhentilah menonton film-film mellow kesukaanmu itu. Sesekali tontonlah film bergenre romantis." Ucapku seraya menekan pelan ujung hidungnya.

"Seingatku aku tak pernah menyukai film mellow. Aku menyukai film bergenre action dan fantasy, tuan Song."

"Kebanyakan film action berakhir menyedihkan bagi tokoh pasangan kekasih di dalamnya."

Ia tersenyum mengejek. Tapi ia membulatkan matanya sedetik kemudian. "Ah.. aku ingat. Aku pernah menonton film romatis sekali. Dan film itu menjadi film bergnre romance satu-satunya yang kusukai."

"Apa itu?" tanyaku penasaran.

"A Walk to Remember. Kau tahu film itu?" tanyanya padaku.

Aku mengangguk. Film romantic itu pun juga berakhir menyedihkan setelah kuingat-ingat. Sang gadis akhirnya meninggal karena penyakit yang dideritanya. "Yah... film itu juga berakhir menyedihkan. Kenapa kau menyukainya?"

"Menurutku akhirnya bahagia. Sang pria menikahi wanita pujaannya. Meskipun akhirnya sang gadis tak bisa bertahan hidup, namun ia berhasil merubah hidup prianya menjadi lebih baik."

Aku meraih tengkuknya. Membenturkan dahiku dengan dahinya pelan. "Heizz kau ini. Memang penyuka hal-hal menyedihkan seperti itu."

Ia tersenyum sebelum melanjutkan ucapannya. "Aku harap akhir kita juga seperti itu. Jika pada akhirnya kita terpisah, satu diantara kita yang tertinggal akan menjadi orang yang lebih baik dan melanjutkan hidupnya dengan baik."

The X FilesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang