Aryan Amir Malik

183K 16K 1.7K
                                    


Yena menghela nafas. Mencoba menyabarkan diri. Gadis berperawakan mungil dengan rambut bob itu memandang si ganteng Jeka yang menyeringai manis di sampingnya.

"Jei," Yena menarik nafas, "kemaren lo baru aja minta tolong gue untuk nyomblangin elo sama Fanya."

Jeka tersenyum manis, "dengar dulu Riena," katanya dengan serius. "Fanya kayaknya nggak ada tanda. Jadi, alangkah baiknya gue punya back up."

Gadis berambut lurus panjang yang duduk di samping Yena langsung tersedak bubble tea mendengar ucapan tanpa dosa Jeka itu. Ia terbatuk-batuk, sementara Y ena menghela nafas merasa lelah sendiri.

"Kenapa sih Ju? Santuy euy santuy, minum yang bener," kata Jeka tanpa merasa bersalah.

"Elo tuh tau buaya nggak?" tanya gadis berponi rata tersebut melebarkan mata, "lo kemaren bilang serius sama Deya mau digas diperjuangin apalah, terus sama Fanya. Sekarang nambah Hanin," katanya tak percaya.

"Elah jealous amat Juy," celetuk pemuda jangkung kurus yang memain-mainkan korek api gas di atas meja. Yogi namanya.

Gadis itu menghela nafas keras. "Kalian tau? I'm done with you all. Ini nih, alasan kenapa gue jomblo dan nggak bisa percaya sama kaum kalian!" katanya menunjuk dua pemuda itu.

"Halah, lo mah jomblo karena itu tuh ngurusin Sims lo dah beranak banyak," balas Yogi tak mau kalah.

"Aisss udah udah!" lerai Yena segera, karena tau akan ada perkelahian di meja kafe itu.

"Ujuy nih!"

"Lah gue? Elo juga!"

"Aduh bentar bentar, ini gue lagi cari tahu tentang Hanin lo semua mingkem dulu napa sih?" protes Jeka sebal melotot pada keduanya.

Jeje, atau juga Juyu, Ujuy, Juju, atau lainnya itu menghela nafas keras. Gadis kurus tersebut memang lebih sewotan di banding Yena. Juvanka Ayuna harus rela berpisah dari Yena yang masuk IPA sedangkan ia di kelas IPS dan kembali sekelas pada squad mereka ketika kelas satu dulu (kecuali si mata kecil Hoshi yang hari ini sedang ada kerja kelompok bersama IPS 3 sementara mereka adalah IPS 1).

"Berisik Njir, bikin malu." Suara serak seseorang membuat mereka menoleh. Melihat si sawo matang Aryan dan si Jepang Yuta mendekat dari membeli chickenpop di meja order.

Kafe takeaway ini bernama Mixme yang memang jadi langganan mereka.

"Cih, datang lagi buaya lainnya," kata Jeje memutar bola mata sebal. Kadang Jeje juga bingung dari sekian banyak manusia kenapa orang-orang berprikebadian 4D ini yang jadi sahabat dekatnya.

"Apaan sih, Je. Gue baru datang juga," protes Yuta tak terima. "Aming tuh, baru keluar dari rawa."

Aryan yang baru duduk dan langsung ditunjuk langsung mengangkat alis. "Apa?" tanyanya singkat, menaruh chicken pop ke atas meja dan berganti menarik korek api gasnya yang dimain-mainkan Yogi dari tadi.

"Udah, udah. Diem. Gue mau nanya Riena," kata Jeka kembali ke awal topik. "Na, gimana?"

"Nggak," jawab Yena tenang. Jeka langsung mendelik. "Siapapun, masih oke. Tapi Hayung? No."

"Hayung siapa?" tanya Aryan nimbrung begitu saja, "yang buat lindungin dari ujan?"

"Nggak, bego," jawab Yogi mengumpat, "yang buat mandi."

"Ini nih kalau kecilnya dikasih air micin bukan air susu," kata Yuta geleng-geleng kecil. "Hayung tuh parfum."

"Ha?" Semua langsung tenganga bingung.

2A3: Attention ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang