0.9 - Agen Riena

142K 15.9K 3.8K
                                    


"Boong dia mah. Mobilnya masih dipake Omnya, soalnya keluarganya tuh lagi liburan disini. Jadi mobilnya dia yang dipake jalan-jalan gitu," kata Bobi memakan kripik kentang yang dibelikan Aryan.


Padahal Bobi tuh anak orang kaya tapi tetap aja kurang ajar. Kerjaannya malakin temen atau ngutang kas.

"Berarti bisa gue anter?" tanya Aryan yang sedari tadi memandangi Bobi antusias.

"Kita susun skenario dulu, Ming," kata Bobi memakan keripik, menepuk tangan Junaid yang ingin masuk ke dalam bungkus keripik kentang.

"Elo tuh emang temen apa sih, Bob? Kemaren pas gue ke Rosi juga lo palakin sekarang Aming. Untung Hoshi pinter nggak lewat elo buat Jiyo," kata Junaid menggerutu sebal tak bisa meminta keripik kentang Bobi.

"Halah bentar lagi juga dia nanya ke gue karena Yena pasti melindungi temen-temen ceweknya dari buaya buaya macem lo," kata Bobi menunjuk Junaid, Aryan, dan Jeka dengan keripik di tangan. "Kalau gue kan baik hatinya, gue mau ngebantu kalian."

"Ya ya terserah, terus gimana gue?" tanya Aryan tak peduli.

"Lo bisa tau diri nggak sih? Udah jelas Hanin tuh nggak mau sama lo!" kata Jeka sewot.

"Diem lo," kata Aryan melirik tajam. "Tadi pas di UKS dia blushing lo nggak liat, kan? HA!"

"Blushing ndasmu! Itu lagi panas ege!"

"Panas apa anjir ini tuh lagi musim hujan, otak udang!"

"Elo otak cumi-cumi!"

"Sesama nggak punya otak berisik banget," kata Junaid datar.

Junaid menegakkan tubuh, "Tuh, mereka," katanya menggerakkan dagu membuat ketiga cowok lain menolehkan kepala.

Para murid 2A3 keluar menuju parkiran. Mereka tadi memang menyusun kelas sesaat karena sedang festival. Sementara Bobi memang sudah kabur lebih dulu karena Aryan menjanjikannya makanan.

Jeka melengos memerhatikan para cewek 2A3. "Yang cakep cakep dah disikat abis. Emang cowok-cowok EHS tuh buaya semua," katanya mengomel. "Tau aja yang cakep di IPA 3, dan sekarang udah pada soldout. Edan."

Jeka jadi mengumpat melihat Junaid, Aryan, dan Bobi menegak beranjak pergi sama sekali tak mendengar omelannya.

"JUNE!!!!!!!!" pekik Rosi riang, melompat-lompat kecil menghampiri Junaid dengan senyum lebar.

Walau ia jadi mengernyit melihat ada sosok Aryan. "Buset Ming, lo beneran nggak ada rem ya? Hayungnya ampe ditungguin," kata Rosi tanpa saring.

Hanin yang namanya disebut menoleh. Ia mengangkat alis, tapi tak peduli dan berjalan lebih cepat pamit pada teman-temannya segera pergi dari parkiran.

"Tuh kan. Emang bacot lo tuh," omel Aryan menyalahkan Rosi yang jadi melotot, lalu segera berlari menyusul Hanin.


Para murid yang menyesaki parkiran dan kawasan luar sekolah jadi menoleh, entah kenapa. Mereka melebarkan mata, melihat si tampan Aryan berlari mengejar Hanin yang berjalan cepat di depannya.

Aryan. Ngejar. Hanin.

Cowok penguasanya sekolah. Aryan Amir Malik. Tanpa ragu mengejar Hanin.

Para cewek jadi mupeng.



"Bukannya lo tadi abis jatoh ya? Cepet banget jalannya kayak kebelet," protes Aryan segera ke depan Hanin, menghentikan langkah cewek itu. "Tungguin."

2A3: Attention ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang