"Gue sedih banget!!!" kata Yogi tak santai, "masa pemeran rangers merah yang jadi idola masa kecil gue masuk penjara gara-gara nusuk temennya pake pedang!!! Gue merasa terkhianati!!!"
Jeje memutar bola mata, tak peduli. Yuta melengos, sudah biasa.
"Dulu dia pake pedangnya buat nyelamatin dunia sekarang malah buat bunuh temen! Gue ngerasa patah hati!!!"
"Diem, Njir," sahut Aryan sewot, yang sedari tadi malas-malasan memainkan sendok di bubur ayamnya jadi tersentil dan menoleh. "Lebih pedih mana sama patah hati gue!?"
Hoshi mengemili keripik kentang dengan tenang, bahkan berbagi bersama Yuta. Duduk di depan tempat tidur UKS di depan Aryan memandangi mereka. Jeka sedang absen, bermain basket bersama Junaid di lapangan dengan anak basket lainnya. Yogi tak ikut mereka karena sedang patah hati membaca berita online.
"Bego sih," sahut Yena yang juga di sana. "Yan, elo tuh kalau ngomong dipikir dulu nggak bisa? Atau seenggaknya difilter dulu kali," sambungnya mengomel.
"Ya dia gitu, Na," balas Aryan tak terima. "Nggak hargain gue banget. Gue udah ngejar malah dibilang ngincer kakaknya. Ya gimana gue nggak sakit hati?"
"Udah, udah, sabar," kata Jeje mendekat, meraih krupuk di sisi piring bubur ayam Aryan, mencocolnya dan memakannya tenang. "Jurus lo yang kemaren gagal?"
Aryan mencibir, teringat itu. "Hm. Awalnya tuh gue gas banget, terus gue lepas. Ehhh malah di luar ekspetasi ada cowok bule sialan."
"Cowok bule tampan," ralat Jeje segera, kini mengambil suwiran ayam dengan kerupuk.
"Eh siapa sih? Si Banu?" tanya Yuta kepo.
"Kalau Banu mah gue tau, langsung gue datangin kemaren," balas Aryan kesal.
"Rumah orang bege," ucap Jeje menoyor kepala Aryan, masih sambil mengunyah santai.
"Kok gue nggak tau ya?" tanya Yena duduk di sisi tempat tidur dengan kening berkerut. "Yang gue tau kan Hanin tuh sama Kak Nino."
"Berat, Ming, berat. Abis Nino terbitlah cowok bule, serbuk arang kayak lo bisa apa," celetuk Yuta dengan nada putus asa yang dibuat-buat.
"Woi, bentar, ini power rangers gue gima—"
"DIEM NGGAK," potong Yena segera, membuat Yogi langsung menciut dan memanyunkan bibir.
"Sssshhh di UKS," tegur Hoshi santai, mengemili keripik kentangnya. "Elo mah nggak ada usahanya Ming," katanya membuat Aryan mengernyit. "Bukan elo gas langsung doang, tapi juga cari tau lah sendiri."
"Ha? Gimana? Gimana?" tanya Jeje tak mengerti, masih menyemili bubur ayam Aryan dengan kerupuk.
"Ya stalk instagramnya kek, tanya ke Erin, atau usaha apa gitu," jawab Hoshi santai.
"Eh, iya juga!" kata Yuta tersadar. Ia langsung berdiri, "IG-nya Ming! IG-nya!"
"Kayaknya nggak ada apa-apa deh," kata Yena merogoh hape, mengorbankan diri membuka aplikasi instagram.
Semua langsung berdiri, berkerubun di tempat tidur Aryan. Yogi kini bergabung bersama Jeje mengemili bubur ayam, bahkan meraih sendok yang dilepaskan Aryan dengan pasrah. Lalu sambil makan memandangi layar hape Yena.
"Tuh kan, nggak ada apa-apa," kata Yena menscroll profil instagram Hanin. Ia kemudian menyentuh tanda tag poto, "si Hanin tuh kan---EH?!"
"WOI WOI YANG INI!" heboh Yuta menunjuk poto yang paling pojok atas.
Aryan mengumpat, "iya yang ini, anjir," katanya melihat poto seorang cowok tampan berwajah blesteran dengan Hanin di sebelahnya sedang menyeringai menggigit sedotan di gelas es kopi mereka.
Hoshi mengernyit, memajukan diri. "LAH?!"
"Apa? Apa?" tanya Jeje sambil makan.
"Ini mah temen futsal gua! Anak sekolah depan!" kata Hoshi membuat semua melebarkan mata. "Kalah elo mah, Ming! Kalah!"
"Ck, siapa sih?" tanya Yena jadi gregetan sendiri.
Hoshi melengos, "Ini Mark. Yang kemaren tanding futsal di sini."
. . .
Hanin menopang dagu, merenung di pelajaran akhir itu tak memerhatikan guru di depan. Gadis itu menggigiti bibir, merasa aneh kenapa jadi kepikiran cowok dekil sialan itu.
Sebenarnya... Aryan tuh maunya apa sih?
Awalnya nargetin Cleo, terus sekarang tiba-tiba ngasih tanda naksir Hanin.
Kan rese.
Kenapa nggak sekalian mamanya Hanin juga diincer?
Tapi, sakitnya Aryan hari ini membuat Hanin jadi lebih melunak. Hanin melengos, membatin sendiri ternyata cowok yang belagak jadi brandal sekolah itu lemah. Namun hatinya malah jadi khawatir ternyata pemuda itu memang manusia biasa yang mudah sakit.
Apa karena minum alkohol semalam ya? Aryan pasti pulang larut malam dan minum banyak. Stress banget emang?
Lalu juga sikap ketusnya tadi saat Hanin berusaha membantunya. Jelas pemuda itu marah dan ingin menjauh. Apa dia sesakit hati itu kah? Teringat laporan Bobi bahwa Aryan melihat Mark datang ke rumahnya. Ataupun saat Hanin membatalkan pergi ke Mixme karena ada dia di sana.
Tapi.... ah. Cowok brandal yang hobinya gonta ganti pacar itu sudah terlalu sering Hanin temui. Seperti Aryan, tak ada yang beda dari cowok itu.
Apalagi yang ada, Aryan malah seperti menantang Hanin untuk berkelahi bukannya menunjukkan perasaannya.
Memang, pemuda itu penuh pesona. Gaya dan wajahnya cool, walau jelas ada seringai tengil khas pembuat onar.
Hanin tak menampik sejak awal menatapnya kala itu ia merasa terpana. Apalagi saat Aryan tersenyum kecil, ataupun saat tadi cowok itu memejamkan mata terlelap.
Aryan menghidupkan sesuatu yang Hanin tak tau apa itu. Perasaan hangat tapi kadang juga terbakar. Tertarik tapi juga bertentangan. Seperti ada banyak hal yang membuat Hanin jadi ingin tau, sebenarnya apa yang terjadi.
Pada tujuan pemuda itu sebenarnya, ataupun pada hatinya sendiri.
a/n:
awas aja ada yg nanya lagi ini mark yang mana. kan udah dibilang anak kelas dua belas. mark lee cimit mah jadi anak gua
yg gak tau dan mau tau, google aja mark tuan oke dadah
KAMU SEDANG MEMBACA
2A3: Attention ✔✔
Teen FictionKetika yang dijuluki Mean Girl idaman para cowok ketemu si Bad Boy pujaan hati para cewek. Pasti bakal rame banget ya? Apalagi yang satu kasar, yang satu galak. Seperti harimau ketemu macan. Si cowok arogan, sementara si cewek keras kepala. Mereka i...