0.46 - Gunting Batu Kertas [END]

182K 13.7K 4.5K
                                    


Hanin mengikat rambutnya tinggi dan rapi. Ia agak memanyunkan bibir, berusaha menenangkan diri setelah kerusuhan tadi. Gadis itu melirik ketika Aryan datang menghampiri membawa dua gelas bubble tea. Kini duduk di meja bundar depan salah satu kafe di area jalan pertokoan Jl Adira C III.

"Rasa Milo kesukaan Nona Hayunggi, biar kaleman," kata Aryan membuat Hanin mendelik kecil, mengerti cowok ini menggodanya.

Hanin mengalihkan wajah. Merutuk dan benar-benar baru sadar sudah lepas kendali tadi. Lagian juga.... Ngapain sih berantem rebutin Aryan!?!??!!??! Hanin yang selama ini punya gengsi tinggi dan arogan, jadi cewek-cewek barbar yang rebutan cowok tengil.

"Hanin," panggil Aryan memajukan diri, membuat Hanin makin menggigit bibir merasa malu dan menjauhkan wajahnya dari pandangan pemuda ini. Aryan memandangi itu lekat, tersenyum tanpa sadar.

"Makasih ya."

Hanin tersentak. Gadis berambut sebahu itu menolehkan kepala refleks, melebarkan mata tak mengerti kenapa tiba-tiba cowok ini berterima kasih. Pakai intonasi lembut yang tulus.

Aryan yang tatapannya dibalas jadi tersenyum lebar meringis. "Entahlah. Pertama kalinya ada yang belain gue kayak gini. Ngelindungin gue sampe segininya. Gue..." Aryan diam sejenak, agak meredupkan kelopak mata dan menatap Hanin dalam. "Gue ngerasa jadi lebih berharga."

Hanin membulatkan mata. Gadis itu tertegun. Ia meneguk ludah, berusaha mengendalikan diri dan berdehem agak mengangkat dagu menatap cowok ini lurus.

"Elo mau jujur sama gue?" tanyanya membuat Aryan mengangkat alis.

"Hm. Gue sayang sama lo," jawab Aryan percaya diri begitu saja, membuat Hanin langsung melotot kecil. Menabok keras lengan pemuda itu membuat Aryan merintih kaget.

"Serius," kata Hanin galak.

"Ya ini kan gue juga serius," kata Aryan merintih kecil. "Emang mau nanya apa?"

Hanin mendengus. Ia meraih bubble tea sesaat, menyedotnya mencoba menguasai diri lagi. Gadis itu menggigit bibir kecil sebelum kembali serius menatap Aryan.

"Elo ngerasa bahagia nggak sih jadi Aryan yang kayak gini?" tanya Hanin lebih merendahkan intonasi tanpa sadar, bersikap hati-hati dan perlahan. Tapi tetap saja membuat pemuda itu menegak kaget tak siap.

"Hm?" Aryan mengangkat alis, berusaha tetap tenang.

Hanin memandang pemuda ini lekat. "Elo ditakuti. Elo dipandang buruk. Elo bodoamat dan seakan hidup lo tanpa beban. Tapi kenapa tiap ada orang lain berbuat salah, elo ngelempar diri lo buat nutupin itu," kata Hanin membuat Aryan makin membisu.

Hanin menarik nafas dalam, menghembuskan pelan dan menatap Aryan makin serius tapi juga lembut. "Cewek tadi bersikap agresif karena percaya lo nggak bakal kesinggung. Temen-temen lo selalu ngomong sembarangan tentang lo karena tau lo nggak peduli. Semua orang seakan nggak mikirin tentang perasaan lo," kata Hanin melirih, membuat Aryan makin terdiam. "Karena lo selalu bodoamat sama diri lo sendiri."

Aryan terperangah. Pemuda itu melebarkan mata, hilang kata begitu saja. Hatinya terasa menghangat mendengar suara lembut gadis itu.

Hanin mendesah pelan, agak merunduk kini. Menurunkan suara agak mencicit, "sebenarnya bukan cuma cewek tadi... Gue juga pengen negur semua teman-teman lo yang selalu seenaknya. Kenapa mereka nggak pernah mikir kalau lo juga bisa tersinggung," katanya jadi mengomel kecil.

Bibir Aryan tersenyum samar begitu saja. Pemuda tampan itu berusaha mengendalikan diri. Merasa tersentuh tapi berusaha mempertahankan diri tetap tenang. Walau hatinya benar-benar merasa leleh. Apalagi ekspresi gadis ini yang benar-benar merasa terganggu.

2A3: Attention ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang