"Gue sendirian aja deh," kata Hanin berdiri dari duduknya membuat Jiyo dan Jesya mengangkat wajah. "Kalian kan belum selesai."
"Ha? Beneran lo? Yang lain deh sih Yena atau Jane," kata Jesya menolehkan kepala ke kanan kiri di perpustakaan itu.
"Nggak papa. Cuma ke koperasi bukan ke Korea Utara," sahut Hanin tenang, kemudian berjalan pergi.
Gadis jangkung itu keluar dari perpustakaan, menuruni tangga dan melangkah di koridor yang sepi. Ia merapikan rambut pendeknya, memainkannya sesaat dan berjalan tenang sendiri.
Sampai ia mendengar suara derap kaki membuat gadis itu mengernyit dan membalikkan tubuh.
Hanin mengangkat alis tinggi, terkejut melihat sosok Aryan berlari dengan panik. Aryan sendiri juga melebarkan mata menyadari ia menuju gadis itu yang berhenti di koridor.
Aryan sempat menoleh ke belakang, tapi ketika dekat dengan Hanin pemuda itu meraih lengan gadis itu, memaksanya berbelok dan ikut berlari membuat Hanin memekik kaget.
"Woi apaa—hmpt..." Mulut Hanin sudah dibungkam telapak tangan cowok itu, ditarik dengan lengan satu lagi mengurungnya. Punggung Aryan tersandar rapat ke dinding, menyudut pada dinding belakang sekolah dan tiang di sampingnya. Lengannya merengkuh pundak Hanin, dengan tangan satu lagi menutup bibir gadis itu.
Merasa tiba-tiba dipeluk dari belakang, Hanin membelalak dan membeku. Bulu kuduknya meremang, dengan tubuh merapat pada dada tegap Aryan. Punggungnya merasakan detak jantung cowok itu yang berderu cepat, bahkan terlalu cepat. Nafasnya juga terdengar terengah, coba ia tahan menenangkan diri. Hanin melirik, melihat Aryan beberapa kali mengintip dari balik pilar dengan wajah panik. Gadis itu jadi bengong seakan hilang nyawa.
Sampai semenit kemudian, Aryan menghela nafas panjang dengan lega merasa situasi aman. Ia tanpa sadar menempelkan pipi ke kepala Hanin, masih mencoba menenangkan dirinya yang terengah-engah.
Hanin terdiam. Tubuhnya jadi kaku, mengerjap-ngerjap memegang lengan Aryan dengan kedua tangan. Ia bisa merasakan hawa hangat dari cowok ini yang kelelahan bersandar padanya. Tubuh keduanya masih merapat dengan pelukan belakang Aryan.
Aryan perlahan menurunkan telapak tangan yang menutup mulut Hanin, agak menjauhkan diri merunduk memandang gadis itu yang perlahan menolehkan kepala.
Ketika tatapan keduanya beradu, Aryan tersadar dan melengos pelan. Ia jadi melepaskan rengkuhannya dan menegakkan tubuh, menjauh dari gadis itu yang mengangkat alis menatapnya.
"Lo sadar nggak kalau lo narik orang yang sama sekali nggak ada hubungannya sama lo?" tanya Hanin datar, membuat Aryan mendecih kecil.
"Gue refleks."
"Lo maling ya jadi dikejer?" tanya Hanin menyeletuk.
Aryan memberikan tatapan tajam pada gadis itu sesaat, "itu Pak Jay. Berisik lo," katanya kasar, kemudian beranjak ingin pergi.
Hanin mendelik, merasa tersinggung. Gadis itu langsung maju menarik lengan Aryan memaksanya berhenti. "Lo udah narik gue seenaknya, terus pergi gitu aja?" tanya Hanin memerotes.
Aryan mendecak, "maaf. Puas?" katanya jutek, kembali ingin beranjak.
Hanin kembali mengambil lengan cowok itu dan menggenggamnya. Namun yang ada gadis itu jadi terkejut. Hawa hangat tadi kini terasa jelas. Kulit cowok ini terasa panas. Hanin jadi mendongak, tersadar wajah Aryan tak secerah biasanya.
"Apalagi sih? Mau ikut gue bolos?" tanya cowok itu membuyarkan pikiran khawatir Hanin sesaat tadi.
Aryan mendengus kecil, melepaskan pegangan Hanin dan kembali berbalik. Ia merasa terengah kembali melangkah pergi dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
2A3: Attention ✔✔
Ficção AdolescenteKetika yang dijuluki Mean Girl idaman para cowok ketemu si Bad Boy pujaan hati para cewek. Pasti bakal rame banget ya? Apalagi yang satu kasar, yang satu galak. Seperti harimau ketemu macan. Si cowok arogan, sementara si cewek keras kepala. Mereka i...