0.22 - Topeng Cantik

117K 14.6K 3.2K
                                    



Hanin menarik nafas, menghembuskan pelan. Gadis cantik berambut sebahu itu masih kikuk, memegangi minuman di tangannya duduk berhadapan dengan Mark yang memandangnya lurus. Keduanya duduk di depan minimarket Taman Sari dekat rumah Yoyo.

"Kamu bener nggak papa?" tanya Mark sekali lagi untuk memastikan.

"Hm," Hanin mengangguk, walau tak benar-benar memandang Mark. "Ini bukan masalah besar. Tau sendiri Joy anaknya emang suka berlebihan gitu, jadi cuma lebay aja," katanya menggerak-gerakkan jari di bibir gelas minuman dinginnya.

"Kalau gitu nggak papa dong aku mau liat," kata Mark membuat Hanin merutuk refleks, "mau tau aja yang ganggu kamu gimana."

"Nggak usah ah kak," elak Hanin segera, mendecak kecil. "Anaknya jelek, nyebelin. Nggak usah diladenin lah," kata Hanin mengibaskan tangan kecil.

Mark diam lama. Memandangi Hanin membuat gadis itu agak jengah. "Tapi kamu kok panik?"

Hanin tersentak. Membelalak kecil menegak, "...ha?"

"Kamu kayak nyembunyiin gitu," kata Mark masih tak percaya, "kamu diancam ya sama dia?"

"Nggak astaga," Hanin mulai bingung harus mengelak apa lagi. "Mana berani dia ngancem aku," katanya percaya diri.

Mark mengangkat alis, "atau kamu baper sama dia?" tanyanya berusaha terdengar santai seakan pertanyaan sambil lalu.

Cowok dengan garis wajah blesteran itu melebarkan mata. Yang tak lama ekspresinya berubah perlahan. Melihat Hanin yang nampak tersentak kemudian terdiam sendiri.

Mark mengerjap. Ia menipiskan bibir, menghela nafas pelan. "Oh... kamu suka? Jadi nggak mau aku datang?" tanyanya membuat Hanin mengalihkan wajah dan merutuk kecil.

"Nggak gitu, kak...." Hanin mulai mengkerut, mencicit kecil mengelak.

Mark agak memiringkan kepala memandangi Hanin lekat, "jadi gimana?" tanyanya masih dengan nada tenang.

Hanin melirik. Langsung menegak dan lega melihat kepala Hanbin menyembul keluar, membuka pintu minimarket diikuti Jesya, Jay, dan Yoyo mengekor. Tadi mereka memang di dalam, sibuk pilih jajanan. Alasan ke Mark untuk sekalian ngadem.

"Mark mau mampir ke rumah dulu nggak? Ambil brownies gue lah satu kotak siapa tau elo bisa rekomen ke anak sekolah depan," kata Hanbin sudah sok akrab dan maju.

"Ke rumah gue aja, deket noh. Mau apa aja ada," kata Jay malah tak mau ketinggalan, "masuk dikit aja entar ada tulisan Toko Ahmad, dah toko gue. Isinya penuh—"

"Udah, ke rumah gue aja," potong Jesya segera, sampai maju satu langkah membuat Yoyo dan Hanbin segera menarik ransel gadis itu dari belakang membuat Jesya memekik kecil tertarik.

Hanin hanya memberikan tajam ke arah teman-temannya mengancam, kemudian segera memasang wajah manis lagi sambil berdiri memandang Mark. "Kak, duluan ya. Nanti aku pulangnya dianter mereka kok," katanya meringis kecil.

Yoyo mengulum bibir ke dalam, gatal ingin menyeletuk. Begitupula Hanbin yang hanya bisa mengepalkan tangan menahan untuk tidak mengatai Hanin yang terlihat menyeramkan jadi manis begini.

Mark ikut berdiri, kemudian mengangguk. "Nanti aku telpon ya," katanya sambil meraih tas.

Hanin tersenyum kecil. Walau lirikannya menangkap Hanbin, Yoyo, Jesya, sampai Jay bergerak-gerak aneh seakan gatal ingin menghujatnya.

"Duluan," kata Mark menepuk lengan Hanbin yang balas menyeringai ke arahnya. "Jagain Haninnya," pesannya pada yang lain, sebelum berbalik menuju motornya terpakir.

2A3: Attention ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang