0.33 - Hanindya Malik

124K 13.3K 4.1K
                                    


Aryan menjauhkan diri, membuat Hanin tersadar dan membuka mata. Gadis itu membelalak, refleks mendorong Aryan menjauh dan menoleh kanan kiri dengan panik. Membuat Aryan malah tersenyum geli.

"Ini bangunan belakang, nggak ada yang lewat. Orang-orang sibuk di lapangan," kata Aryan tenang, membuat Hanin gemas ingin mencakar wajah tampan cowok itu.

Tapi Aryan malah makin menjadi, "atau pindah UKS? Di sana kosong karena Mbak Indah nggak a—ARGH ANJENG!"

Hanin langsung maju dengan kedua tangan meraih rambut cowok itu setelah tadi menendangnya. Ia menarik-nariknya bringas membuat Aryan sudah meronta-ronta minta dilepaskan. "EMANG HARUSNYA GUE NGGAK USAH BELAIN LO DI DEPAN MISTER SIMON!!!" amuk gadis itu dengan pipi memanas merah.

"IYA IYA INI SAKIT BENERAN! GUE BISA BOTAK!" teriak Aryan membendung amukan Hanin, langsung membuat gadis itu terlonjak dan otomatis menurunkan tangannya.

Hanin mendengus, masih merasa malu. "Lo tuh emang nggak bisa dibaikin tau nggak," kata Hanin sinis.

Aryan yang masih mengusap-usap kepala yang terasa berdenyut agak bersungut kecil, "tadi khilaf," katanya beralasan.

Hanin menggeram sebal, lalu melongok ke arah belokan turunan tangga. Melihat koridor sepi tak ada tanda kehidupan. Gadis itu menghela nafas, jadi merutuk dan menutup wajah dengan kedua telapak tangan.

"Tapi harusnya tadi cowok yang namanya Mark itu kebetulan lewat terus liat ya," celetuk Aryan membuat Hanin jadi menurunkan tangan, langsung menatapnya tajam. "Atau temen lo si Joy, seru tuh," katanya dengan riang.

Hanin mendengus, "lo mau botak samping atau depan?" tanyanya dingin, memberi ancaman. Walau jadi terpana ketika pemuda di depannya ini tertawa ringan.

"Makanya, jangan sok galak. Jadi pengen gue gangguin terus," sahut Aryan maju, menjulurkan tangan merapikan poni Hanin yang agak berantakan.

Hanin mengerjap, merutuki dalam hati karena pemuda ini bersikap seakan perlakuannya hanya tindakan biasa tanpa arti.

"Tadi lo bilang apa? Belain gue di depan Mr Simon?" tanya Aryan tersenyum miring. "Ah, lo udah sayang banget sama gue ya?" sambungnya tak bisa menyembunyikan ekspresi dan nada bahagia.

Hanin mendelik, lalu mendecak. "Emang bener ya, harusnya gue jauhin lo," katanya sinis, kemudian berbalik ingin pergi tapi lengannya ditarik Aryan sampai gadis itu kembali memutar tubuh menghadapnya.

"Lo tau kan nggak enaknya kangen? Jadi nggak usah sok jauh," ucap pemuda itu dengan suara serak yang dalam, membuat Hanin menggigit ujung bibir.

Hanin mendecih kecil, "bukannya lo yang ngindarin gue?" tanyanya menyudutkan.

"Ah, oh ya," Aryan mengerjap bodoh, "Wali kelas lo serem," katanya menyeletuk.

"Itu namanya berkarisma," sahut Hanin langsung membela. Dan berikutnya gadis itu merekah tersadar sesuatu. Matanya membelalak dan menarik nafas kaget.

"Wait...." Hanin mengerjap-ngerjap, bengong, membuat Aryan mengernyit. Yang kemudian perlahan gadis itu menarik kedua ujung bibir, jadi tersenyum malu. "Baru sadar.... Mister Simon.... Ngelindungin gue dari buaya..." cicit gadis itu memegang kedua pipi dengan telapak tangan, Aryan jadi tenganga.

"Gue dinotice..." gumam Hanin dengan haru juga bangga dengan diri sendiri. Hanin tertawa kecil dengan riang, "harapan gue biar nama gue bisa berubah jadi Hanindya Dominic mungkin bisa terwujud. Lucu, hihi."

"Hm. Lucu," ucap Aryan sarkas. "Nanti pernikahannya segedung sama gue mau nggak? Gue mau ngelamar Mbak Indah," celetuknya membuat garis wajah Hanin langsung berubah drastis.

2A3: Attention ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang