0.11 - Patah?

126K 15.5K 2.3K
                                    


"Cewek lo kandangin yang bener, Njing," umpat Aryan sebal setelah membaca chat dari Yena, menoleh pada Junaid yang menipiskan bibir.

"Gue yang ngomong sama dia gue disini. Gue lupa, setan," balas Junaid tak terima. "Lagian emang gue sama lo sepaket itu apa? Ada gue pasti ada lo."

"Ya mikir aja si Rosi bilang June lagi sama temennya, ege," sahut Jeka mencolekkan potongan chicken pop ke saus. "Terus ya Jun, kan lo emang nggak punya temen selain kita."

"Bangsa-" umpatan Junaid terhenti ketika Jeka memasukkan potongan chicken pop ke dalam mulutnya. Berikutnya Junaid segera meraih tisu mengeluarkannya karena banyaknya sambal melumuri potongan ayam itu.

"Ck," Aryan mengacak rambutnya frustasi. "Kalau dia bener mikir gue ngegas kakaknya gimana?" tanyanya dengan wajah merasa bersalah.

"Udah lah, Ming. Cari yang lain aja," kata Jeka santai, memakan potongan chicken popnya. "Nggak bakal dapet lo. Percaya sama gue. Gue aja dilepeh."

"Yaiya lo ampas, goblok," kata Junaid penuh dendam, kembali menyedot smootie ice-nya.

Jeka mengumpat sesaat, "susah Ming. Tu anak batu. Gue dah rasain," kata Jeka mengurui.

Aryan melengos, membuang muka tak peduli.

"Ada dua kemungkinan nih pas gue deketin dia," kata Jeka lalu mengacungkan telunjuk, "Satu. Doi pernah sakit hati di masa lalu sampai dia nutup hatinya. Atau dua, dia udah naksir sama cowok lain."

"Tiga," lanjut Junaid membuat Jeka mendelik dan menoleh, "dia pernah sakit hati di masa lalu, dan sekarang ada orang lain yang udah bikin dia move on. Lo telat," katanya dengan tenang.

Mendengar itu Jeka jadi mengangguk setuju. "Keliatan sih. Hanin tuh hatinya kek udah ada yang punya."

Aryan melengos keras. Garis wajahnya menegang kaku, terkesan menyeramkan. Membuat Junaid dan Jeka yang melihat itu jadi terdiam sendiri. Menyadari Aryan sedang serius.

"Lo nggak suka? Emang lo beneran naksir dia?" tanya Junaid memberanikan diri bertanya tanpa basa basi.

Mata Aryan melirik, tapi tak menjawab dan kembali mengalihkan wajah.

"Cuih," seru Jeka langsung menjauhkan diri tak percaya. "Emang hati lo berfungsi?"

Aryan hanya melengos, masih tak mau menjawab. Cowok itu diam. Kemudian tiba-tiba beranjak dan berdiri membuat Jeka bersama Junaid kompak mengangkat wajah memandangnya.

"Gue ke rumah Hanin," pamit Aryan meraih hape di atas meja, kemudian segera melangkah pergi. Meninggalkan Junaid dan Jeka yang jadi menganga kecil.


. . .


Hanin duduk selonjor di sofa ruang tengahnya. Memanyunkan bibir merasa sebal Yena kini makin ikut-ikutan di tim si anak IPS. Apalagi duet dengan Bobi seperti tadi. Karena itu Hanin memang sudah curiga kenapa Yena dan Bobi ngegas banget pengen Hanin harus ikut.

Hanin melirik ketika layar hape di atas meja menyala, menampilkan personal chat dari Yena. Gadis jangkung itu mendesah, membuang muka tak mau membukanya.

Bodo, dia mau ngambek.

Udah cukup lah sekali aja dimainin, jangan lagi. Si Nino tuh udah jadi pelajaran buat Hanin. Ngomongnya suka, katanya naksir, tapi nyatanya? Pergi. Memperlaukan istimewa Hanin. Yang dimana juga bersikap sama ke sahabat Hanin sendiri, Haylie. Kan kurang ajar.

Apalagi cowok dekil satu itu. Ngegas banget tanpa rem seakan-akan Hanin satu-satunya wanita di dunia. Yang model gitu tuh wajib dibasmi.

Untung hati Hanin kebal.

2A3: Attention ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang