6. Keadilan Bagi si Buron

60 2 0
                                    

Kapten Shosenq di dalam kafilahnya berubah menjadi seseorang yang begitu ramah. Ia tidak menyia-nyiakan setiap kemungkinan untuk saling mengenal satu sama lain dengan Sifra. Ia berbicara dengan begitu sopan dan baik, sehingga Sifra merasa sedikit—sangat sedikit—tertarik akan dirinya.

Kereta kuda dan rombongan kembali melanjutkan perjalanan, dan akhirnya sampai di sebuah bangunan yang megah, pilar-pilarnya tinggi menjulang ke langit, patung-patungnya berdiri kokoh seperti gunung-gunung. Tulisan-tulisan yang terpatri disana ditulis dengan tinta yang menyala sehingga setiap orang bisa membacanya dan mengetahui kejayaan bangsa Mesir.

"Jika kau tidak keberatan, aku harus masuk terlebih dahulu. Aku harus melaporkan kepada Yang Mulia Firaun bahwa kau telah datang..." kata Kapten Shosenq.

"Tidak, aku sama sekali tidak keberatan..." jawab Sifra, lalu Kapten Shosenq turun dari kafilahnya, tapi lengan kirinya dicengkeram oleh Sifra. "Tunggu, Tuanku..."

"Ada apa, Nyonya?"

"Sebenarnya ada apa ini sehingga Raja Diraja memanggil hamba ke istananya?"

"Sebenarnya aku sendiri tidak begitu mengetahui apa yang ingin dikatakannya kepada kalian. Mungkin ucapan terima kasih, atau pemberian hadiah kepada kalian. Ah, iya. Sebelum aku lupa. Bolehkah aku mengetahui siapa nama rekan-rekan Nyonya?"

"Puah dan Hapmose..."

"Dan kau 'Sifra'?"

"Ya..."

"Jadi Sifra, Puah, dan Hapmose?" Tanya Kapten Shosenq sekali lagi.

"Tepat, Tuanku."

"Baiklah, tunggu disini. Setelah aku bertemu dengan Firaun aku akan kembali."

Kapten Shosenq memasuki gerbang utama. Ia berjalan lurus di antara pilar-pilar gading. Aula pertemuan Firaun berada di ujung koridor itu, tapi ia belok ke kanan dan memasuki sebuah pintu. Ia membukanya dan di ujung ruangan itu ada seseorang yang sedang sibuk berkutat dengan ratusan lembar papirus.

"Tuan, aku sudah menemukannya..., memang benar seperti informasi yang kita dapatkan. Ia melarikan diri ke Goshen..." kata Kapten Shosenq.

"Goshen..."

"Bersama dengan dua wanita, para bidan Ibrani itu..."

Orang di belakang meja itu mulai geram, dan memukul-mukul mejanya.

"Hapmose—Bunuh dia di depan umum atas perintah dariku, Panglima Besar Tefnakht. Aku berikan padamu cincin perintah yang sah dari jariku sendiri. Hukum dia di pusat keramaian di kota dimana dia ada sekarang,"

"Heliopolis..."

"Perintahkan seratus prajurit untuk berjaga-jaga di sekitar Heliopolis agar jangan ia keluar dari sana tanpa dijatuhi hukuman mati. Buat hukuman mati paling kejam supaya semua orang disana bisa melihat perbuatan keji yang telah ia lakukan kepada putra sulungku! Aku mau dia melihat kekejian yang dapat aku lakukan terhadapnya dan keluarganya—pertama-tama, bawa keluarganya secepat mungkin dan penjarakan mereka di penjara Heliopolis, tanpa diketahui oleh Hapmose, dan pada hari penyataan murkaku, keluarkan mereka untuk pertama-tama dibunuh dihadapan matanya dulu. Dia harus membayar penuh!!"

"Baik Tuan. Hamba mohon diri." Kapten Shosenq menundukkan kepalanya.

"Pergilah dengan selamat..." Panglima Tefnakht kembali berkutat dengan kertas-kertas itu.

"Tapi Tuanku, yang kau telah janjikan padaku..."

"Aku akan mengaturnya dengan Firaun, kalau memang benar ia menyetujuinya, bahkan temannya itu bisa dibawa kemari, dan kau akan menikahi gadis itu. Anggap saja ini sebagai hadiah karena kau telah menemukan pembunuh anakku..." urai Panglima Tefnakht dingin.

The Crimson BraceletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang