Hari yang baru terbit bagi Sifra dan Puah. Biasanya mereka mendengar panggilan pagi dari para mandor-mandor menggedor-gedor rumah-rumah lain, kini kamar mereka pun digedor-gedor dan mereka dipaksa keluar. Ini wilayah Goshen yang lain. Budak-budak disini tidak mengenal Sifra dan Puah, begitu juga dengan para mandor.
Para wanita dikerahkan untuk menjemput jerami yang disediakan oleh penyedia jerami, satu dinas yang ditugaskan khusus oleh Firaun untuk membantu pembangunan ambisiusnya.
"Setidaknya kita tinggal mengambil jerami ini. Bayangkan kalau kita sendiri yang harus mencari jerami itu..." keluh seorang budak wanita tua yang berbaris di belakang Sifra. Wanita itu selama beberapa jam terakhir terus membetulkan ikatan kain di kepala Sifra dan mengatakannya seperti 'bukan begitu, anakku,' atau 'selipkan ke sana lalu putar—bukan-bukan..' dan 'putar dan selip—yak! Putar—bukan-bukan begitu..'
Sifra, sambil terus membetulkan ikatan di kepalanya masih berdiri menunggu gilirannya mengangkat gelondongan jerami di atas kepalanya. Wanita ini benar, pikirnya. Seandainya mereka harus mencari jerami sendiri, proses produksi batu bata akan terhambat karena para Pembuat Bata harus menunggu jerami untuk diaduk bersama dalam adonan tanah liat. Dan jika kuota produksi menurun, berarti lebih banyak cambukan. Dan yang dicambuk bukanlah para budak, tapi para mandor, yaitu sesama budak yang dipekerjakan sebagai penanggung jawab kuota harian produksi.
"Hei daging busuk! Giliranmu!" kata petugas pengirim jerami, yang kemudian melempar segelondong jerami ke arah Sifra. Sifra hampir terjatuh ke belakang, potongan kecil jerami masuk ke dalam matanya dan sangat menyakitkan. Ia berjalan keluar barisan dan mengusap matanya, budak-budak yang lain melihatnya dan keheranan, ada seorang budak yang berani berjalan keluar dari barisan.
"Hei!" petugas pengirim jerami turun dari kereta dan berlari ke arah Sifra, dan menarik lengannya. "Kembali ke barisan atau kucambuk kau tanpa belas kasihan!"
"Baik, Tuan..." wanita yang berdiri di belakang Sifra tiba-tiba muncul dan menarik Sifra kembali ke barisan. "Kau harus kuat..." bisik wanita itu. "kita wanita budak—kita wanita yang kuat.."
Semakin lama Sifra makin bisa menahan sakit di matanya, tapi ia tidak bisa menghentikan sakit di hatinya dari apa yang dia lihat di matanya: anak kecil dengan kulit hitam legam karena cairan lemak mengangkat bata-bata kering dari Lapangan Penjemuran ke gerobak-gerobak untuk masuk ke gudang Firaun, budak tua yang tidak henti-hentinya mendapat cambukan dari seorang mandor karena ia salah menghitung bata, dan wanita yang diinjak dan diseret mandor yang lain karena terlihat berbicara dengan seorang budak.
"Kita budak, dan hidup para budak memang keras..." wanita yang berdiri di belakang Sifra seolah membaca kengerian di mata Sifra.
Mereka terus berjalan mengantarkan jerami ke Dipo Pembuatan Bata, satu lapangan luas penuh lumpur yang diangkut oleh budak laki-laki dari anak sungai Nil berpuluh-puluh meter jauhnya. Ia tahu ia tidak boleh melakukannya, tapi mata Sifra mencari-cari wajah yang ia kenal diantara lautan manusia yang membanting tulang dibawah terik matahari.
"Kalau aku adalah aku yang dulu, aku akan berkata 'Ra pasti mengutuk para budak ini'.. aku bersumpah demi apapun—ini siang yang sangat panas.." suara yang tidak asing bagi telinga Sifra mendekat, dan cedok air berisi air segar mendekat ke mulutnya.
"Puah? Kau jadi pembawa air?"
"Cepat minum, aku tidak boleh terlihat berbicara dengan siapapun..."
Sifra menenggak air dengan cepat, dan secepat itu juga Puah hilang dari pandangannya, bergerak ke tempat lain memberi minum para budak.
Mereka mulai bekerja sebelum matahari terbit, dan pulang ke rumah beberapa jam setelah matahari terbenam. Sifra tidak berhenti memijit bahu dan lengannya—tangan dan kakinya seperti mau putus. Urat-urat ototnya terasa seperti terkelupas di dalam tubuhya. Ia hanya bisa mengaduh sambil memasuki pintu rumah budak yang sempit.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crimson Bracelet
Fiction HistoriqueKisah yang belum pernah diangkat sebelumnya mengenai 2 wanita yang menyelamatkan hidup seorang bayi yang akan menjadi pemimpin besar. Telusuri kisah persahabatan dua gadis Mesir melewati perbudakan yang kejam, kisah cinta yang rumit, sampai konspi...