01'-PROLOG

201 16 0
                                    

"Lo tuh apa-apaan sih, gue tuh udah dari tadi nemuin barang ini. Dan sekarang, lo dateng gitu aja ngambil barang gue!!" kata seorang perempuan yang kini wajahnya nampak memerah karena menahan amarahnya yang mungkin ditujukan padaku.

Kerena teriakannya pula yang membuat kami berdua menjadi pusat perhatian dari beberapa pengunjung yang kebingungan.

"Hm, gini ya. Ini kan tempat umum jadi saya juga punya hak, lagipula benda yang kamu pegang itu udah saya bayar. Artinya, barang itu udah jadi milik saya." balasku berusaha menjelaskan agar gadis di hadapanku ini mengerti.

"Gak peduli. Kalo gue gak mau ngasih gimana?"

Mungkin itu sia-sia, entah karena dia yang tidak mau mengerti atau ia yang tidak mengerti. Intinya, dia tidak mau melepaskan gitar yang sebenarnya sudah ku beli.


"Ok, gini deh. Kalo lo gak percaya, tanya aja ke mba kasir." aku yang sudah pasrah berusaha memberikan solusi terakhir.

"Yaudah!" tanpa aba-aba, gadis tersebut langsung menarik pergelangan tanganku kasar, bahkan sampai membuatnya terasa panas.

"Pelan-pelan kek, sakit njir. Nariknya tuh gak usah nafsu!" kataku dengan intonasi yang sedikit meninggi karena sudah mulai emosi.

"Berisik lo, kayak banci!"

Untung lo cewek, kalo cowok udah gue apain kali. batinku.

Tidak menunggu lama gadis itu pun menanyakan perihal yang menjadi permasalahan kami beberapa detik yang lalu ke penjaga kasir. Dan ketika mengetahui jawaban nya, aku dapat melihat dari sudut mataku akan perubahan ekspresi wajah perempuan di sebelah ku ini.

"Jadi, udah jelaskan." aku yang merasa sudah lelah pun mengusap pelan wajahku.

Hening beberapa saat, dari wajahnya aku dapat melihat bahwa ia sedang menahan agar air matanya tidak jatuh. Marah, kesal, kecewa mungkin itu yang sedang ia rasakan, aku yang merasa bersalah juga pun memilih untuk menenangkannya. Walaupun, di dalam hati aku berfikir ini terlalu berlebihan.

"Udah ya, gak usah nangis. Masih banyak kok barang yang yang lebih bagus dari ini." lagi, kami berada dalam diam. Dan dalam hitungam sekon gadis tersebut beranjak bangun dan pergi meninggalkan toko.

Pasti gue lagi yang salah.

Aku yang sudah frustasi pun, juga memilih meninggalkan toko.

*****

"Huft." Asa yang merasa sangat lelah karena pertengkaran di toko musik pun langsung merebahkan diri ketika sampai di rumah. Lalu, dalam hitungan sekon ia pun memejamkan matanya dan masuk ke alam mimpi.

Wisnu D. Panca:Haha... jangan2 lo jodoh lagi, kayak yang di novel-novel gitu.

Asa yang membaca balasan pesan dari Wisnu terkekeh. Dalam hatinya ia mengatakan bahwa betapa sialnya memiliki teman yang seperti Wisnu.

Asa Arfiyansah:Najis gila, lebay lo.

Wisnu D. Panca:Bodo, yang penting ganteng. Udah gue mau macul dulu, dadah.

Asa Arfiyansah:-_-

Setelah membalas pesan dari Wisnu, Asa memutuskan untuk memainkan alunan-alunan musik dari gitar barunya. Lagi, saat ia mulai memetik senar demi senar bayangan gadis yang ditemuinya tadi siang pun muncul.

Apaansi, ngapain coba mikirin dia. Gak mungkin banget gue suka sama dia, apalagi baru ketemu sekali. Tapi, kalo emang jodoh juga gak bakalan kemana. Asa yang mulai jenuh dengan pikirannya ini memilih untuk memainkan kembali ponselnya.

"Mending gue main angry birds aja deh. Daripada mikirin yang ga jelas gini."

Nihil, usaha yang Asa lakukan untuk menghilangkan bayangan gadis itu gagal. Karena walaupun matanya terfokus ke game di depannya, pikirannya terus dipenuhi bayangan dari gadis misterius yang ia temui tadi siang.

Gila, gila kenapa gue jadi cowok galau gini sih. Masa iya cinta pandangan pertama?

*****

Oke berhubung ini kali pertama gw bikin cerita di wattpad, maaf kalo alur ceritanya agak gak jelas.
Yang pasti sih nih cerita pendek banget, tapi pasti bakal dikembangin mungkin selanjutnya^_^\/

Nada untuk AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang