14'-PACAR BARU

49 9 1
                                    

Bel pulang sudah berbunyi sekitar 10 menit yang lalu dan Nada kini masih terjebak dalam jadwal piket hariannya, ia mengusap peluh akibat kelelahan setelah menyapu satu ruang kelas XI-1 sendirian.

Sebetulnya, ada enam orang yang bertugas untuk piket hari ini. Namun,  hanya Nada, Audrey dan Ceacil yang siap siaga menjaga kebersihan kelas.

"Liat aja besok, kena deh tuh cowok bertiga. Gue sumpahin, besok bu Gita marah-marah ke mereka." Audrey yang terlanjur kesal memberikan sumpah serapahnya untuk Satria, Dandi dan Zian, membuat Ceacil dan Nada yang berjalan beriringan disampingnya jadi tertawa.

"Ya, gak usah sewot gitu kali Dy. Gue aja yang kesel kayak lo biasa aja." Kata Ceacil tidak mau kalah.

"Lo berdua sih enak cuma nyapu sama ngepel, gue coba bolak-balik ke tong sampah sekolah yang baunya kayak apaan tau!" Audrey kini mendramatisir, dadanya jadi naik turun karena menahan amarahnya yang sudah tidak dapat dibendung.

Saat mereka bertiga asik bercengkrama sambil berjalan menuju gerbang sekolah, sebuah tangan terjulur menarik lengan Nada menjauhi Ceacil dan Audrey.

"Gue bawa pulang duluan ya temen lo!" Teriaknya dari kejauhan.

"Lo ngapain sih, pake ngadain acara buat nganterin gue pulang segala?" Tanya Nada saat mereka berdua telah masuk ke dalam mobil.

"Pake dulu safety beltnya." Nada menghela nafas berat, lalu dengan malas ia pun melakukan apa yang dikatakan Alfa.

"Udah kan? Yaudah, sekarang jawab pertanyaan gue tadi." Kata Nada bersungut-sungut.

"Gue mau ngajak lo ke suatu tempat, langsung gue anter balik pas udah selesai." Setelah Alfa berucap tidak ada lagi percakapan diantara mereka, masih saling tidak enak hati atas kejadian semalam.

Nada membelalak kala melihat pemandangan dari tempat yang ingin ditunjukan Alfa padanya, menatap pria tersebut dengan tatapan yang sulit dijelaskan.

"Sumpah, ini keren banget! Ini lo yang buat?!" Pekik gadis tersebut kegirangan.

"Kakek gue yang bikin ini semua di rumah, katanya supaya gue sama Asa gak sering-sering main ke luar." Ia terkekeh mengingat akan perkataan kakeknya, sedangkan Nada tampak kaget setelah mendengar dua nama yang disebutkan oleh Alfa.

"Asa? Emang lo siapanya dia?" Tanya Nada dengan ekspresi terkejutnya yang tampak jelas.

"Lo kenal sama Asa?" Bukannya menjawab, Alfa justru balik bertanya kepada orang disebelahnya.

"Ya, gue kenal dia dari Wisnu." Jawab Nada ragu, enggan untuk memberitahukan kronologi yang sebenarnya.

"Kalo gue kenal dia karena kita saudaraan lah."

Tubuh Nada sedikit bergetar setelah mendengar jawaban dari Alfa, ia merasa bahwa ditempat seluas bumi kenapa semua harus ada hubungannya tentang Asa.

"Udah lo duduk dulu sana di ayunan, gue mau ngambil minum dulu buat kita berdua." Setelah Alfa pergi, Nada terus memandangi taman dengan kolam air mancur yang terpampang jelas di depannya dengan tatapan kosong. Dalam pikirannya saat ini hanya muncul satu nama seseorang yang selama beberapa hari belum ia temui sama sekali.

"Eh, iya?" Nada gelagapan saat merasakan ada sesuatu yang mengguncang tubuhnya, ia menoleh dan menemukan Alfa duduk disampingnya sambil membawa dua gelas es jeruk ditangannya.

"Ngelamun aja, nanti kesambet aja." Gumam Alfa seraya memberikan nada humor disuaranya.

Setelah dirasa cukup, Nada pun meminta Alfa untuk mengantarnya pulang. Banyak sekali percakapan diantara mereka sejak tadi, bahkan obrolan mereka masih berlanjut hingga mobil jazz hitam milik Alfa berjalan menuju rumahnya.

"Makasih ya Fa, gak kebayang ternyata lo orangnya asik. Padahal gara-gara kejadian semalem, gue sempet gak mau lho temenan sama lo." Raut wajah Alfa berubah ketika mendengar ucapan darinya, Nada yang menyadari perubahan dari Alfa seketika jadi bingung sendiri. "Bukan gitu juga sih maksud gue, tapi maaf ya kalo omongan gue salah."

Alfa terkekeh melihat ekspresi serba salah dari Nada, lalu tanpa seizin gadis tersebut ia mengusap puncak kepala Nada dengan lembut. "Gapapa, gue juga gak marah. Ngomong-ngomong soal semalem, gue juga minta maaf karena udah buat lo bingung sekaligus malu."

Nada turun dari mobil milik Alfa dengan perasaan campur aduk antara senang atau deg-degan, ah Nada jadi pusing sendiri.

*****

Seperti kebanyakan murid lainnya, hari senin merupakan hari dimana sekolah dimulai lebih pagi. Otomatis, pasti akan banyak murid yang terlambat.

Nada merutuki dirinya sendiri saat melihat gerbang sekolahnya sudah ditutup, ia berganti menatap Robi dengan sendu berharap kakaknya tersebut iba dan membiarkannya bolos untuk hari ini.

"Gak, gue gak bakal ngizinin lo bolos. Apalagi, pasti gue nanti yang kena omel." Suara Robi terdengar tegas justru membuat perasaan Nada menjadi kecewa, dan dengan wajah yang cemberut ia pun turun dari dalam mobil.

Nada menghentikan langkahnya kala melihat sesosok pria dengan balutan seragam rapihnya sedang memeriksa dan mencatat murid yang terlambat datang, dan entah dapat dorongan darimana ia pun berani menampakan diri di depan Farras.

"Gita Nada Andiani, dari kelas IPA XI-1." Dengan latangnya Nada bersuara, membuat pria di depannya ini menoleh ke sumber suara.

"Eh, lo Nad. Langganan banget ya telat, eh baru dua kali deh." Farras tersenyum ke arah Nada, senyuman yang membuat gadis tersebut ingin muntah seketika.

"Yaudah, gue masuk." Belum sempat ia melangkah tangan panjang milik Farras menahannya, membuat Nada mau tak mau memberhentikan langkahnya.

"Ikut gue sebentar yuk, upacara juga masih lama." Nada membututi Farras dibelakangnya, ia berusaha melepas genggaman pria tersebut namun hasilnya nihil.

"Udah deh, tinggal ngomong mau lo apa aja susah banget! Yaudah buruan mau ngomong apa?!"

"Gue mau kita balikan." Singkat namun menusuk, mungkin ini perumpamaan yang tepat bagi ucapan Farras barusan.

"Jadi cowok punya harga diri dikit kek, lo pikir gue mba-mba customer yang senantiasa nurutin mau lo! Lo tuh gak lebih dari seorang bajingan tau gak?! Sok-sok good boy padahal mah bad boy!" Ucap Nada sarkastis, entah kenapa ia menjadi semakin benci dengan ketua OSIS disekolahnya ini.

"Gue nyesel ninggalin lo demi orang lain, gue mau kita kayak dulu." Farras berlutut seraya memegangi tangan Nada dihadapannya, ia mengeluh karena dirinya semakin tidak kuasa melihat apa yang pria itu lakukan deminya.

"Sorry gue gak bisa."

"Kenapa?"

"Karena gue udah punya pacar."

"Siapa?" Nada seketika diam, tidak terpikirkan akan jawaban dari pernyataannya sendiri.

Namun, tiba-tiba saja Alfa datang bagai dewi penyelamat. Memunculkan sebuah ide gila dalam pikiran Nada, ia tersenyum penuh kemenangan dan dengan lantang ia menyebutkan nama Alfa sebagai kekasih barunya.

"Dia pacar baru gue, namanya Alfariel Chandrana." Ia menggandeng tangan Alfa tanpa persetujuan, membuat pria tersebut jadi bingung sendiri.

*****

Gak ngerti lagi sama jalan ceritanya😂😂... semoga masih mau baca ya😆😆

Nada untuk AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang