06'-TELAT

104 12 2
                                    

"Udah nih, udah sampe depan kelas lo. Gue balik ya, bentar lagi bel. Nanti pulang sekolah gue anter, jangan pulang dulu sebelum gue jemput." Asa lalu melepas genggaman tangannya ke Nada.

"Lo itu ngajakin gue pulang bareng, atau maksa gue buat pulang bareng lo sih?" Jawab Nada lalu mencubit pelan pipi Asa.

"Ih, dede. Mukul-mukul kakak, dede genit deh." Asa lalu balas mencubit pipi Nada membuat gadis tersebut meringis.

"Jahat, dendaman." Tawa mereka pun pecah, membuat pasang mata yang ada di sekitarnya tertawa. Termasuk Eka, Silvia, dan Wisnu yang mengintip dari dalam kelas.

"Udah, udah malu diliatin orang. Gue balik ya, dah!" Tanpa menunggu jawaban lagi, Asa lalu pergi meninggalkan Nada di belakangnya.

Ketika masuk ke dalam kelas, Nada melihat kedua sahabatnya sedang menatap ke arahnya. Begitu pun dengan Wisnu yang menatapnya dengan mulut yang terbuka.

"Kenapa? Ada yang salah dari gue? Apa baru ngeliat cecan?" Tanya Nada sinis kepada dua orang temannya dan satu orang mantan temannya itu.

"Akhirnya, Nadaku punya gebetan juga. Gue hampir aja mikir kalo dia ini gak normal." Kata Silvia kepada Eka ketika Nada telah sempurna duduk.

"Udah ya, mending belajar. Bentar lagi bel dan abis ini pelajaran sejarah." Nada yang malas di ejek, memilih untuk membuka-buka bukunya. Walaupun, di dalam otaknya ia tidak dapat menangkap satu materi apapun.

Pelajaran sejarah berlangsung lancar tanpa halangan, walaupun tiap menitnya selalu ada saja murid yang menguap karena mengantuk. Memang guru sejarah mereka, bu Lela termasuk guru lama. Karena itu metode pembelajarannya termasuk kuno, dan karena itu pula materi pembelajarannya sulit dicerna oleh murid jaman sekarang.

Bel pulang berbunyi tepat dua jam setelahnya, menciptakan riuh ricuh dari tiap kelas. Tidak peduli meski di depan mereka masih ada guru yang sedang menerangkan. Mereka beranjak berhamburan keluar setelah memasukan buku kedalam tas, meninggalkan murid-murid lain yang terjebak dalam piket kelas.

"Nad, mau bareng gak?" Tanya Eka ketika selesai memasukan buku-bukunya ke dalam tas.

"Gak, duluan aja. Gue kan piket dulu, nanti lama lagi."

"Emang mau janjian sama siapa sih? Biasanya juga gue tungguin, malah lo yang minta tungguin. Terus ada badai apa nih, lo jadi berubah gitu?" Nada yang mengerti maksud dari perkataan Eka barusan hanya menghela nafas.

"Gue gak janjian sama siapa-siapa Eka, lagian kasian temen tercinta gue selalu nungguin gue tiap piket. Lagian kan ada mas-mas gojek yang selalu siap nganterin gue kemana pun." Kata Nada sambil menunjukan senyum terbaiknya

"Yaudah, gue balik duluan. Jangan minta jemput ya."

"Iya, Firginia Eka. Hati-hati di jalan teman." Setelah mendengar jawaban dari Nada, Eka pun pergi meninggalkan kelasnya.

Setelah tugas piketnya selesai, Nada memilih untuk segera pulang. Namun saat ia hendak memesan gojek, sebuah motor ninja merah berhenti tepat di depannya.

"Kan udah gue bilang, pulangnya bareng gue aja. Gimana sih, yaudah yuk naik." Kata Asa sesudah membuka kaca helmnya. Nada menepuk dahinya bukan karena ia lupa tapi lebih karena sifat Asa yang memaksanya.

"Gue bisa pulang sendiri kok, tinggal mesen gojek. Lagian nanti ngerepotin lagi." Belum sempat ia hendak menghindar, Asa sudah lebih dulu menggenggam tangannya.

"Yaudah anggep aja gue mas-mas gojek kalo gitu. Nih, pake helmnya ya mba." Asa lalu memberikan helmnya yang lain ke Nada.

"Hfft!" Asa yang dapat mendengar dengusan kasar dari Nada tertawa.

Nada untuk AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang