Pria dengan tinggi sekitar 175 cm itu kini tengah terduduk lemas, menatap hampa lantai kayu di bawahnya. Ia menyeka wajahnya dengan tangan, sebagai bentuk ekspresi dari rasa kecewa yang tengah menjalar di tubuhnya.
"Gue mau balik, lo pada mau bareng gak?" Ia berjalan menghampiri meja ketiga temannya dengan gontai.
"Makasih, tapi gue bawa mobil. Silvia juga katanya bareng gue aja, yaudah gue duluan ya." Eka dan Silvia bangkit dari duduknya secara bersamaan, saling memberi kode agar segera menarik diri dari tempat itu.
"Kalo lo Nu?" Ia kini beralih menatap Wisnu yang tengah fokus pada fitur di ponselnya.
"Eh, gue bareng lo aja deh Al. Sekalian gue mau ketemu Asa." Wisnu dan Alfariel beranjak menuju parkiran setelah Wisnu menyeruput habis green tea coffee miliknya. Maklum, ia masih salah satu pelajar SMA, otomatis apapun yang ia beli tidak boleh dihambur-hamburkan.
Mereka menempuh perjalan sekitar empat puluh lima menit untuk bisa sampai di rumah, keadaan rumah yang masih menyala juga menandakan bahwa sang pemilik rumah masih berada dalam alam sadar yang nyata.
"Sendirian aja lo mblo." Wisnu berjalan menghampiri Asa yang tengah bersandar pada pagar balkon, membuat lelaki tersebut sedikit tersentak.
"Eh, udah balik lo. Gimana sukses kan? Alfariel diterima?" Wisnu menghela nafasnya sesaat setelah mendengar pertanyaan dari Asa.
"Gak." Wisnu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, mengerti bahwa keadaan sekitarnya sekarang mulai tidak baik-baik saja.
"Gue cuma takut gak bisa jagain dia nanti." Asa menyunggingkan senyum tipisnya seraya menatap foto profil Nada di ponselnya.
"Gue paham."
"Lo gak paham, kalo lo paham harusnya sekarang Alfa sama Nada udah jadian." Suara Asa terdengar parau ditelinga Wisnu, dan entah sejak kapan Wisnu pun jadi muram sendiri.
"Lo harus tau, sampe kapan pun lo itu temen terbaik gue." Wisnu menatap langit hitam diatasnya, enggan memperlihatkan kesedihan yang sedang memancar di wajahnya.
"Gue mungkin bakal kangen kali ya sama lo?" Perkataan Asa barusan seketika membuat pemain basket berbintang di sekolahnya tersentak, dan percayalah bahwa kini Wisnu sedang menangis dalam pelukan Asa.
"Jangan pernah tinggalin gue." Kata Wisnu seraya mengeratkan pelukannya.
*****
Nada mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali sebelum ia benar-benar sadar dari alam mimpinya, hari ini ia sangat tidak ingin pergi ke sekolah akibat kelelahan setelah melewati sepanjang malam dengan menangis.
"Shit." Gerutunya dalam hati, dengan hati berat ia pun melangkah menuju kamar mandi dengan gontai.
"Pagi sayang, gih sarapan dulu." Sapa Indah dengan senyuman yang mengembang diwajah, dan hanya dalam beberapa sekon sepiring nasi goreng pun telah tersedia dihadapannya.
"Mama kenapa sih? Kok buru-buru banget?" Tanya Nada di tengah-tengah acara menyantapnya.
"Hari ini mama harus jemput klien penting di bandara, papa juga katanya ada rapat pagi. Jadi kamu berangkat bareng sama Robi aja ya, mama gak bisa nganter."
"Kalo gitu aku mending bawa mobil sendiri aja deh, males tau mah kalo harus lama-lama sama abang." Ia bergegas menyudahi sarapan paginya, hendak mengambil kunci mobil yang berada di ruang tamu saat Andri turun dari lantai dua.
"Berangkat bareng sama saudara itu bagus tau dek, itung-itung menjaga keharmonisan keluarga." Timpal Andri yang ternyata mendengar percakapan mereka dari lantai atas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nada untuk Asa
Teen FictionMungkinkah cinta pandangan pertama itu benar-benar ada? Seorang Asa Arfiyansah yang menyukai teman satu sekolahnya hanya karna pertemuan singkat di toko musik, akankah akhirnya bahagia?