"Woy, Wisnu Dwi Panca!! Di panggil bu Lala tuh, di Kantor." teriak Silvia ketika memasuki kelas.
"Oke siip, nanti pulang sekolah gue ke sana. Bilangin Sil sana ke bu Lala."
"Ye, emang gue babu lo." lalu Silvia melangkah pergi ke tempat duduknya.
"Kan, lo ketua kelas. Harus tanggung jawablah." protes Wisnu sambil memperlihatkan tatapan jahilnya ke Silvia.
"Bodo ah!!" Silvia yang malas melayani kejalihan Wisnu, lebih memilih memalingkan wajahnya sampai seseorang memanggil namanya.
"Ah, lo Nad. Kenapa?" tanya Silvia kepada Nada yang sedang memperhatikannya.
Nada yang tidak tahu harus berbicara apa, hanya terus memperhatikan teman di depannya. Yang lama kelamaan, juga membuat Silvia risih.
"Yaudah, kalo lo masih bingung. Pikirin dulu aja, mau ngomong apa. Gue pergi dulu ya." namun ketika Silvia hendak berdiri, Nada menahan tangannya.
"Jangan pergi dong, Sil. Gue mau cerita nih." kata Nada sambil cengengesan.
"Yaudah, cepet mau cerita apa?" Silvia yang tadi ingin pergi, karena melihat wajah memelas Nada jadi mengurungkan niatnya.
"Jadi gini,gue tu-." ucapan Nada yang sebenarnya belum selesai pun terpaksa terpotong karena bel masuk.
"Yah, udah bel. Nanti kita lanjut lagi ya Nad. Udah sana balik fokus ke depan!!" kata Silvia memperingatkan.
Derap langkah kaki, menggema sepanjang koridor kelas sebelas. Yang juga menandakan bahwa pak Danu, guru IPA mereka dalam beberapa detik akan masuk ke kelas mereka.
"Selamat siang." sapa pak Danu ke murid-muridnya, "Saya absen dulu ya." sambungnya.
"Afiyah Syakira."
"Hadir pak!"
"Firginia Eka."
"Ada pak!"
"Gita Nada Andiani"
Pak Danu yang tidak mendengar sautan dari nama yang di sebut, menyapu pandangannya untuk mencari orang yang dia cari.
"Gita Nada Andiani!!!" teriak pak Danu yang berhasil membuat Nada sadar dari lamunannya.
"Saya pak!" jawab Nada gelagapan.
"Kamu kenapa Nad, sakit?"
"Gak, gak sama sekali kok pak. Tadi saya gak sengaja ngelamun." jelas Nada.
"Yasudah, ayo kita lanjutkan pelajaran kita."
*****
Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 20 menit yang lalu, koridor kelas sebelas pun juga sudah sepi, hanya ada beberapa anak yang mungkin sedang kerja kelompok atau iseng saja.
Tapi lain dari dalam kelas XI.10, alunan demi alunan terdengar serasi dari senar gitar yang dipetik Asa.
"Woy, pacaran aja lo!" Teriak Wisnu dari luar kelas, pertanyaan Wisnu barusan justru membuat Asa menyerngit tidak mengerti.
"Duh, susah ya ngomong sama lo. Lo tuh kemana-mana bawa gitar, coba gitu sekali-kali bawa cewek."
"Tanpa cewek hidup gue udah bahagia kok, apalagi kalo ada gitar gue ini. Bagus ya? Gue baru beli ini kemaren lu Nu."
"Please deh, gak usah berusaha mengganti topik gitu." sindir Wisnu.
"Terus gue harus gimana? Lo kan tau gue kaku, lagian gue gak tertarik pacaran. So, ngapain pacaran kalo gak niat" jelas Asa dengan santainya, lalu bangun dan mengambil tasnya.
"Gue mau keluar ganti baju, mau ikut gak lo? Bentar lagi basket nih, gc nanti keburu males gue." kata Asa sambil bersandar di ambang pintu.
"Yuk lah, lagian gak seru ngomongin cewek sama lo."
"Benda apa tuh cewek?" Tanya Asa sok polos.
"Sial!" Asa yang tahu Wisnu hendak melayangkan kepalan tangannya langung menghindar, dan tertawa ketika melihat Wisnu kesakitan.
"Jangan lari woy!!" Pekiknya seraya terus mengejar Asa di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nada untuk Asa
Teen FictionMungkinkah cinta pandangan pertama itu benar-benar ada? Seorang Asa Arfiyansah yang menyukai teman satu sekolahnya hanya karna pertemuan singkat di toko musik, akankah akhirnya bahagia?