09'-SELINGKUH

59 10 3
                                    

Tubuh Nada sedikit bergetar setelah mendengar apa yang dikatakan Asa barusan, ia juga masih berusaha untuk menyerap perkataan Asa di otaknya.

"Masa sih?" Tanyanya tidak percaya. Sebenarnya, Nada enggan untuk mempertanyakan hal tersebut. Namun, rasa penasaran dan cemburu yang ia miliki ternyata jauh lebih besar.

"Iya, serius! Lo kok gak percayaan gitu sama gue sih?!" Kata Asa geregetan. Nada menelan ludahnya, takut akan tatapan dingin dan menusuk namun serius dari Asa. Belum pernah mendapatkan tatapan seperti itu dari pria manapun. Yang paling Nada sesali adalah ketika tidak dapat menemukan sedikit pun tanda-tanda bahwa apa yang di katakan Asa adalah bohong.

Semua ini berawal ketika Nada yang hendak pergi ke toilet tidak sengaja bertemu dengan Asa. Asa lalu mengajaknya untuk berbincang-bincang sebentar di taman sekolah, tidak disangka bahwa apa yang akan dikatakan Asa adalah mengenai Farras.

"Pacar lo, Farras. Dia ternyata selingkuh dibelakang lo sama Rima." Kurang lebih begitu kata-kata Asa yang masih terngiang di pikirannya sampai saat ini.

"Gue, gak suka dibohongin Sa. Menurut gue ini udah keterlaluan, plus ini tuh gak lucu." Ia lalu bangkit dan hendak pergi meninggalkan tempat itu. Namun, tangan Asa lebih cepat menahannya dirinya. Alhasil, mau tidak mau ia pun duduk kembali.

"Gue bisa buktiin kok Nad." Bola mata Nada membelalak lebar, tangan kanannya yang gemetar saat ini sedang digenggam oleh Asa. Nada berdecak sebal karena tidak dapat menolak perlakuan Asa kepadanya.

"Yaudah, kalo gitu buktiin ke gue!" Nada akhirnya memberanikan diri untuk berbicara, menunjuk-nunjuk pria tersebut dengan jari mungilnya.

Asa terkekeh, lantas menatap gadis itu lagi. "Besok, jam tujuh malem gue jemput." Jelasnya.

"Yaudah, ngeliatinnya gak usah kayak gitu dong! Mau bunuh gue lo ya?!" Protes Nada sebal, ia lalu bangkit dan hendak pergi meninggalkan tempat itu untuk kedua kalinya. Namun, tangannya lagi-lagi di tahan oleh Asa.

"Jangan lupa ke toiletnya." Seketika tatapan dingin dari Asa berubah menjadi teduh, seulas senyum di pipinya juga terukir manis. Membuat Nada yang tadinya sebal menjadi lebih bersahabat.

"Ya, ya. Yaudah lepasin tangan gue, kebelet nih!" Ia lalu berlari meninggalkan Asa sendirian di taman, ketika genggamannya telah di lepas.

Nada kembali ke kelasnya setelah selesai dari toilet, semua mata mengarah kepadanya. Nada menggidik bahu tidak peduli, lantas pergi dan duduk di tempatnya. Selama jam pelajaran berlangsung ia sama sekali tidak berkonsentrasi, hanya memperhatikan tanpa menyerap ilmu yang di jelaskan oleh gurunya di depan.

Ia menghela nafas lega ketika bel istirahat berbunyi, lalu mengajak Eka dan Silvia untuk pergi ke kantin. Mereka bergegas beriringan menuju kantin, melewati kerumunan murid yang berhenti sembarangan di koridor. Memilih tempat duduk kosong, lantas memesan makanan mereka masing-masing.

"Nad, Nada liat deh!" Pekik Silvia heboh, ia menyenggol pelan lengannya dan Eka. Membuat kegiatan makan mereka terhenti, lantas melirik arah yang ditunjuk Silvia.

"Lho, itu kan..." Ucapan Eka terhenti, ketika melihat gerombolan Rima yang menghampiri Farras dan kawan-kawannya.

"Ya elah, wajar lah. Mereka kan sekelas, sama-sama senior juga kan." Sergah Nada dan segera menepis jauh-jauh pikiran buruknya akan Farras.

"Ya, iya sih. Tapi lo gak cemburu atau gimana gitu?" Tanya Silvia geregetan karena sikap Nada yang tidak peduli terhadap pacarnya sendiri.

"Yaudah sih, mereka yang pacaran lo yang ribet. Lagian, bener mereka kan sekelas." Cetus Eka sebal.

"Udah sih, elah. Berantem mulu, lagian gue yang ngejalininnya B aja." Kata Nada melerai kedua temannya itu. "Gimana tuh, sama sepupu lo? Ada di situ kan, gapapa tuh?"

"Yaudah kali ya, dilarang juga gue bisa apa." Jawab Eka seadanya.

*****

Asa mejemput Nada di rumahnya sesuai jadwal, melirik jam di tangannya yang sudah menunjukan pukul setengah delapan. Namun, gadis yang ia tunggu dari setengah jam yang lalu itu belum juga kunjung selesai.


"Udah yuk, udah selesai nih." Tanpa menunggu lama ia pun menarik lengan gadis dengan balutan dress pink ini menuju mobilnya.

"Apasih, gak bisa santai kali ya?! Di kira gak sakit apa?!" Nada lalu mengusap-ngusap tangannya yang mulai memerah.

"Bisa santai gak? Lagian lama, dikira orang gak kesel apa! Udah buruan masuk!" Asa lalu membukakan pintu mobilnya untuk Nada, lalu ikut masuk ke dalam bangku supir.

"Ish, elah kapan nyampe sih?! Ngantuk bege gue, lagian besok tuh sekolah! Besok kalo gue gak konsen gimana?! Belum lagi kalo diomelin guru bidang study, mati aja gue. Awas aja, kalo sampe boongin gue." Cecar Nada kesal karena tidak juga kunjung sampai.

"Sabar dikit woy, bentar lagi nyampe nih." Benar saja tepat setelah belokan terakhir mereka pun berhenti tepat di depan sebuah cafe.

"Yuk, masuk!" Ajak Asa ke Nada, lalu menggenggam jari jemari gadis itu masuk kedalam cafe tersebut. Memilih bangku yang kosong, lantas memesan makanan mereka masing-masing.

"Ish, betein banget deh. Buruan mana sih, mau balik nih gue." Kata Nada tidak sabaran, lalu menyapu penglihatannya keseluruh penjuru ruangan.

"Sabar dikit kali, orangnya aja belum dateng." Mata Nada melebar setelah mendengar penjelasan singkat dari Asa.

"Apaan coba?! Jemput gue jam tujuh, tapi orangnya aja sampe sekarang belum dateng! Lo kira gue gak ada pr apa?!" Nada yang mulai tersulut emosi, lalu bangkit dan pergi menuju ke luar cafe.

"Udah, udah gue mau pu..." Nada yang tadinya hendak pergi, seketika membeku di tempat. Saat melihat siapa orang yang kini sedang bergandengan tepat dihadapannya.

*****

Gue ngerti kalo ini cerita terlalu pendek :D

Nada untuk AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang