"Udah Nad, tenang. Gue ngerti gimana perasaan lo sekarang, mungkin emang takdirnya barang itu bukan jadi milik lo." Eka yang merasa kasihan kepada temannya itu berusaha menenangkan.
Setelah kejadian tadi di toko musik, Nada yang saat itu sedang kesal memilih untuk pergi ke rumah Eka dan menceritakan apa yang terjadi.
"Ya, tapi kan gimana, nyesek gitu tau. Lo tau kan, gue udah niat belinya dari sebulan yang lalu." kata Nada dengan suara seperti bebek karena hidungnya yang tersumbat.
"Dimana-mana kalo lo mau beli sesuatu ya, pake uang. Kalo lo cuma modal niat mana mau penjualnya ngasih barang kekita." mungkin ini terdengar sedikit kasar, tapi percayalah di pikiran Eka dia sudah bingung harus mengatakan apa ke Nada.
"Ya, yaudahlah." jawab Nada menyerah.
"Nah, gitu dong. Jangan lupa nih ya, bersihin tisu lo yang menumpuk ini." lalu Eka beranjak keluar dari kamar.
"Ka, gue kan lagi sedih. Masa lo jahat banget sih sama gue, gue kan temen lo." kata Nada dengan wajah memelas.
"Bodo, gak ngurusin." Eka yang sebenarnya sudah berada di lantai bawah tetap menyahuti kata-kata Nada barusan dengan sedikit berteriak.
"Huft, semangat Nad." lalu Nada mulai merapihkan apa yang menjadi bekas dari kegalauannya.
Apa gue terlalu lebay. Dan cowok itu-
Entah apa yang terjadi kepada Nada, tiba-tiba saja bayangan pria itu muncul. Dadanya terasa sesak, ketika ruangan itu seperti di penuhi bau minyak wangi si pria.
"Lebay, gila lebay banget! Ngapain coba mikirin hal yang nggak jelas." kata Nada berbicara sendiri.
"Mikirin apa sih?" Eka yang ternyata sudah dari tadi di sampingnya, sontak membuat kaget Nada hingga terpeleset.
"Mikirin apa sih Nad? Cerita dong, kepo nih." kata Eka yang sekarang sedang membantu Nada berdiri, sedangkan yang dibantu malah mengusap-usap bokongnya yang sakit.
"Gapapa, cuma kebayang cowok ya ketemu di toko musik tadi." lalu Nada mengambil bungkusan coklat yang di pegang Eka.
"Wah, jangan-jangan lo jodoh lagi sama cowok itu!" Eka yang terlihat antusias dari topik pembicaraan sekarang, justru berbalik sikap dengan Nada.
Apaan coba jodoh-jodoh, kenal aja gak.
"Naluri aja deh,gue aja gak kenal dan belum tentu ketemu lagi."
"Kan, siapa tahu. Eh, kok diabisin sih coklatnya!" Eka yang kesal pun, berniat melemparkan bantal ke arah Nada. Tapi, lemparan Eka melesat karena Nada menghindar.
"Gak kena, wle." kata Nada sambil menjulurkan lidah ke arah Eka.
*****
"Nad, kantin yuk. Laper nih, nanti kalo gue sakit gimana?" Rengek Eka kepada Nada yang sedang menyalin catatan.
"Duluan aja sana sama Wisnu, nanti gue nyusul kalo udah selesai." Kata Nada sambil mengibas-ngibaskan tangannya yang menandakan agar Eka cepat pergi.
"Gausah ngusir gitu kali, yaudah gue duluan ya." lalu Eka pergi menuju ke kantin bersama Wisnu meninggalkan Nada yang masih berkutat dengan catatannya.
"Untung masih sempet istirahat. Mana sih Eka?" Nada menyapu pandangannya ke segala arah untuk mencari dimana keberadaan Eka dan Wisnu.
"Hai, genks. Ya, udah mesen duluan." Kata Nada lalu duduk menghadap Wisnu dan Eka.
"Abis lo lama, udah keburu laper gue." kata Wisnu sambil memegangi perutnya.
"Emang dasar lo aja yang badak. Gue ke mang Iis dulu." Kata Nada sembari bangun dari duduknya.
"Kembaliannya berdua aja ya, mba, mas." Kata mang Iis kepada dua orang di depannya. Yang merasa di tunjuk pun menoleh ke arah berlawanan.
"Lo?" Kata Nada dengan suaranya yang terdengar gemetar.
"Hai, jadi lo sekolah di sini juga?" Sedangkan Asa yang menyadari ketegangan di antara mereka berusaha mencairkan suasana walaupun itu nihil.
Selama beberapa detik, terjadi kesunyian di antara mereka berdua. Yang perempuan, masih tidak percaya dengan apa yang terjadi. Sedangkan yang pria masih menunggu jawaban atas pertanyaannya barusan.
"Gue, gue duluan." Dalam hitungan sekon Nada meninggalkan tempat itu dengan perasaan yang campur aduk.
Kenapa, kenapa gue harus satu sekolah sih sama dia!!!
"Nad, kenapa lo? Kok pucet gitu?" tanya Wisnu ketika Nada telah duduk kembali.
"Gak, gapapa. Yuk lanjutin makan nya bentar lagi bel tuh." Kata Nada sambil menunjuk jam di tangannya.
Selama makan Nada hanya membisu dalam diam, itu justru membuat kedua teman di depannya kebingungan.
"Nada kenapa deh Nu?" Tanya Eka kepada Wisnu.
"Gak tau, udah nanti juga baik lagi." Jawab Wisnu santai.
"Dasar gak pedulian."
"Tapi kan cinta."
"Najis!" walaupun sebenarnya Eka jadi salah tingkah sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nada untuk Asa
Teen FictionMungkinkah cinta pandangan pertama itu benar-benar ada? Seorang Asa Arfiyansah yang menyukai teman satu sekolahnya hanya karna pertemuan singkat di toko musik, akankah akhirnya bahagia?