Esok harinya, saat Nada hendak menuju bangku tempat duduknya ada pemandangan aneh yang terlihat. Gerombolan kelas dua belas yang diketuai oleh Farras sedang berbincang-bincang di daerah bangku tempat duduknya dan Eka. Nada mengernyit bingung, untuk apa anak kelas dua belas tersebut berada di kelasnya. Atau lebih tepatnya sedang menunggu siapa mereka di situ.
Gerombolan tersebut yang menyadari akan kedatangan Nada menoleh, membuat gadis tersebut menjadi gugup sendiri. Farras yang saat itu sedang duduk di tempatnya langsung bangun dan berjalan mendekat ke arah gadis tersebut, sedangkan Nada yang melihat arah jalan Farras memilih untuk mundur hingga tubuhnya menyentuh tembok dan kehabisan ruang.
"Kok lama sih datengnya? Padahal gue udah dari tadi nungguin lo." Kata Farras sambil lebih mendekatkan dirinya ke arah Nada, membuat aroma tubuhnya seperti bersatu dengan udara yang Nada hirup.
"Lo, eh kakak nyariin saya? Kenapa ya?" Tanya Nada senormal mungkin berusaha agar menutupi segala kegugupan miliknya.
Farras terkekeh mendengar ucapan Nada yang memanggilnya dengan kakak. Seulas senyum mengembang di wajahnya sekarang, membuat gadis di hadapannya ini semakin mati rasa.
"Pertama, please jangan panggil gue kakak. Kedua, lo harus di hukum karena telat kemaren." Tukas Farras tegas, ia lalu mengeluarkan setangkai bunga mawar merah dari balik punggungnya. Membuat gadis tersebut mengernyit bingung tidak mengerti.
"Hukumannya lo harus jadi pacar gue, titik gak pake koma." Ia lalu mencubit pipi Nada gemas, membuat jantung gadis tersebut seperti ingin meloncat keluar dari balik seragamnya.
"Tap-tapikan gak adil, masa karena telat doang aku harus jadi pacar kakak." Protes Nada ke Farras yang hanya di jawab dengan tatapan tajam namun teduh miliknya.
"Mendingan mana? Jadi pacar saya atau bersihin WC selama seminggu?" Diam, tidak ada jawaban dari Nada. "Kalau gitu saya anggep kamu mau jadi pacar saya." Lanjut Farras.
"Yaudah, aku balik dulu ya ke kelas. Nanti pulang sekolah kamu bareng aku aja, kita ketemu di parkiran nanti." Kata Farras lembut, tapi mampu membuat Nada terhipnotis dan menganggukan kepalanya.
Seulas senyum lagi-lagi terukir di pipi Farras, dan tanpa berlama-lama Farras pun pergi meninggalkan Nada yang tiap langkahnya tertinggal jauh di belakang.
Nada menghela nafas lega ketika Farras diyakini telah pergi jauh, ia sangat tidak menduga bahwa hal ini akan terjadi. Walaupun ada rasa senang dalam benak Nada bahwa ia dapat menjadi kekasih dari murid primadona di sekolah tanpa harus bersusah payah.
"Sumpah demi apa Nad?!" Tanya Eka mendramatisir ketika baru datang, ditatapnya Nada lekat-lekat tanda bahwa ia ingin segera mendapatkan penjelasan.
"Apaan sih ka, coba jelasin dulu ada apa?"
Eka mencodongkan tubuhnya mendekat ke arah Nada, mencoba merahasiakan sesuatu yang sebenarnya satu sekolah udah tahu.
"Lo pacaran ya sama Farras?" Kata Eka tepat di telinga Nada. Perkataan Eka pula yang sekarang membuat Nada juga jadi mendramatisir.
"Tau dari mana lo Ka?!"
"Tadi ada pengumumannya di Mading sekolah." Nada lagi-lagi dibuat frustasi. Jika Farras membuat pengumuman hubungan mereka, ia akan menjadi topik pembicaraan yang menarik bagi murid-murid lain.
"Ahh!!" Gerutu Nada sebal, ia lalu membenamkan wajahnya ke dalam tangan. Berfikir untuk menenangkan diri beberapa saat, apalagi bel masuk akan segera berbunyi.
Jam pelajaran pertama adalah fisika, membuat otak Nada yang telah penuh oleh peristiwa tadi pagi justru ditambah oleh rumus-rumus. Usaha yang di lakukannya sebelum bel masuk sia-sia, karena seberapa keras dia berusaha menenangkan diri justru semakin membuatnya stress.
Pak Danu yang melihat Nada tidak berkonsentrasi telah berulang kali memperingatkan, dan berulang kali pula Nada melakukan kesalahah.
Di dalam pikirannya saat ini hanya ada sebuah nama yang memenuhi otaknya yaitu Asa. Entah mengapa ia merasa takut kalau-kalau Asa tahu hubungannya dengan Farras, bagaimana jika Asa akan menjauhinya. Tapi di otaknya pula ia berfikir jika Asa marah apa urusannya dengan dia.
Bel istirahat pun berbunyi, waktu yang seharusnya digunakan untuk makan atau apalah justru ia gunakan untuk mengerjakan tugas tambahan dari pak Danu karena tidak memperhatikan tadi. Di satu sisi ia merutuki nasibnya, tapi di sisi lain ia senang setidaknya ia tidak perlu bertemu dengan Farras maupun Asa. Untungnya ia memiliki teman seperti Eka dan Silvia yang selalu mendampinginya di saat sulit.
*****
Bel pulang sekolah berbunyi, menggema di tiap sudut sekolah. Nada menghela nafas kasar, mengingat akan perintah Farras agar pulang bersamanya. Ia lalu merapihkan buku-bukunya dengan malas dan bergegas turun setelah selesai.
"Hai!" Sapa Farras sambil merangkul bahu Nada, ia lalu membukakan pintu mobilnya dan mempersilahkan pacarnya itu masuk.
Dari bangku pengemudi Farras tidak henti-hentinya menatap Nada, membuat gadis tersebut menjadi risih sendiri.
Mereka tiba di rumah Nada tepat setengah jam kemudian, tanpa singgah terlebih dahulu Farras langsung melajukan lagi mobilnya.
"Siapa dek? Kok gak di ajak masuk dulu?" Tanya Robi ketika Nada telah masuk ke dalam rumah.
"Temen, nanti ngeribetin kalo di ajak masuk." Jelas Nada, ia lalu bergegas menuju kamarnya di lantai dua. Malas jika harus menerima pertanyaan dari kakaknya itu yang bisa setebal novel.
Setelah berganti pakaian, Nada membaringkan tubuhnya di atas kasur. Berusaha mengatur detak jantungnya yang tidak stabil sejak pagi, memijat-mijat dahinya yang terasa pusing. Hingga telepon genggamnya berbunyi menandakan ada nontifikasi dari chat line-nya.
Firginia Eka:"Nad, masa Wisnu ngajak balikan gue."
Nada menghela nafasnya, lalu mengetikan sebuah pesan balasan untuk Eka.
Gita Nada A.:"Saran gue jangan mau Ka, itu cuma modus."
Setelah menjawab pesan dari Eka, ia membuat mode telepon genggamnya menjadi diam. Berharap agar tidak ada orang yang akan mengganggunya beberapa saat. Hingga akhirnya ia terlelap tanpa sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nada untuk Asa
Teen FictionMungkinkah cinta pandangan pertama itu benar-benar ada? Seorang Asa Arfiyansah yang menyukai teman satu sekolahnya hanya karna pertemuan singkat di toko musik, akankah akhirnya bahagia?