"Hmm." Talitha berdeham, berniat mencairkan suasana yang sejak tadi terkesan awkward diantara dirinya dan juga Asa. "Lo gak berniat ngajak ngobrol gue gitu?" Tanyanya sambil membuka bungkusan makanan yang tadi sempat diberikan oleh seseorang petugas PMR kepadanya.
Talitha membuang nafas berat setelah beberapa saat pertanyaannya belum juga dijawab oleh Asa, entah kenapa perasaannya sedikit kecewa karena di acuhkan seperti itu oleh orang di hadapannya.
"Gue ngerti kalo lo lagi males ngomong, jadi gue gak bakal nanya apa-apa lagi ke lo." Asa terkekeh mendengar ucapan dari gadis di hadapannya, apalagi tampang juteknya yang terlihat menggemaskan karena kesal.
"Pengen banget ngobrol sama gue, hah?!" Pertanyaan tiba-tiba yang dilontarkan Asa membuat bubur yang sedang dimakannya nyangkut di tenggorokan, bahkan ia sampai gelagapan mencari minum yang padahal berada diatas nakas tepat di sebelahnya.
"Bener-bener mau bunuh gue lo ya?!" Talitha menatap Asa dengan tatapan penuh jengkel, tidak terima karena pria tersebut hampir mencelakakan dirinya sampai dua kali. "Gue kena bola dan berakhir disini karena lo, keselek makanan juga karena lo. Lo punya dendam masa lalu atau gimana sih?!" Hardiknya sambil memukul-mukul lengan pria tersebut yang masih terlihat datar saja tanpa ekspresi.
"Yaudah iya, terserah lo aja. Ini, dimakan lagi buburnya sebelum dingin." Asa menjulurkan sesendok bubur di tangannya, Talitha yang mendapat perlakuan istimewa yang tiba-tiba itu sempat terperangah sesaat sebelum akhirnya menyambut suapan tersebut dengan senang hati.
"Buburnya jadi makin enak kalo disuapin sama lo, rela deh gue makan bubur tiap hari." Celoteh Talitha sambil menunjukan tatapan jahilnya.
*****
Nada melangkah menyusuri koridor lantai satu yang akan membawanya menuju kantin, karena saat ini KBM masih berlangsung ia berfikir mengisi perut adalah hal terbaik yang dapat dilakukan. Masalah bu Gita yang mengeluarkannya dari kelas ditambah kedekatan Talitha dengan Asa yang membuatnya cemburu semakin membuat Nada lapar.
"Aduh, sial banget sih gue hari ini. Padahal masih pagi lho, tapi udah bener-bener bikin mood gue rusak." Gumam Nada merutuki nasib sial yang menghampirinya saat ini.
Ia memperhatikan sekeliling kantinnya dengan sesakma, walaupun belum jam istirahat tetapi sudah banyak murid yang datang ingin mengisi perut mereka atau sekedar nongkrong. Ia merogoh handphone di sakunya dan mengetikan sesuatu di kolom obrolan chatnya dengan Eka.
G. Nada: anti istirahat langsung ke kantin ya, bete gue disini sendirian:((
Ia menopang dagunya menggunakan kedua tangan sembari menunggu bel istirahat tiba, sekarang baru pukul 09:15 yang menandakan bahwa ia masih harus menunggu lima belas menit lagi.
"Anjir!" Nada terperanjat dari tempatnya ketika merasakan sesuatu menempel di pipinya, ia menoleh dan menemukan Alfa yang sedang membawa dua botol minuman dingin di masing-masing tangannya.
"Gila apa lo?! Gimana kalo gue kena serangan jantung gara-gara di kagetin?!" Hardiknya sambil mencubit lengan Alfa gemas, tanpa disadari keduanya telah menjadi pusat perhatian dari beberapa pasang mata yang ada di sana karena saling kejar-kejaran.
"Udah, ampun!!" Lirih Alfa yang sudah lelah menghindar dari cubitan Nada, ia mengambil botol minuman yang dibawanya tadi dan meneguk isinya hingga setengah. Rasa hausnya seketika hilang ketika cairan tersebut mengalir di kerongkongannya. "Ternyata cubitan lo pedes juga ya, kayaknya langsung biru-biru nih gue abis ini." Celetuk Alfa bermaksud meledek, namun siapa sangka bahwa Nada masih mendendam dan memberikan tatapan tajamnya kepada lawan bicaranya tersebut.
"Tau amat, gue gak di gaji ini buat ngeladenin orang kayak lo. Bodo ah, mending lo balik ke kelas ini masih jam belajar tau." Nada mengibas-ngibaskan tangannya sebagai isyarat menyuruh Alfa untuk segera pergi, namun bukannya menghindar ia justru menangkup kedua tangan Nada yang otomatis membuat posisi duduk mereka menjadi hadap-hadapan.
"Enggak, males banget gue balik ke kelas. Udah pusing otak gue ngehadepin pelajaran ekonomi, mending gue disini nemenin lo." Gumam Alfa sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Najis lo, jijik banget gue liat muka lo!"
"Biarin, yang penting gue ganteng." Ucap Alfa penuh percaya diri, ia tertawa melihat ekspresi Nada yang seperti ingin muntah mendengar pengakuan dirinya sendiri.
*****
Bel pulang yang sudah ditunggu-tunggu akhirnya datang juga, menciptakan suasana riuh dari tiap kelas yang ada di sekolah ini. Begitupun dengan Nada yang langsung memasukkan buku-bukunya di dalam tas, namun pergerakannya terhenti saat ponsel disaku roknya berbunyi.
Alfariel Chandrana: Pulang bareng gue yak, gue tunggu di parkiran ;))
Nada mendengus pelan lalu melirik ke arah Alfa yang ternyata juga sedang menatapnya sambil melambaikan tangan.
Setelah dipastikan semua barangnya masuk ke dalam tas Nada buru-buru melangkah menyusuri koridor menuju parkiran, ia mempercepat langkahnya ketika melihat Alfa berada dalam kerumunan murid lainnya.
"Halo fans." Ucap Nada bersemangat hingga refleks memukul lengan cowok tersebut sampai meringis. "Ups! Sorry, gak sengaja gue." Ia ikutan meringis melihat pria di hadapannya mengusap-ngusap bagian yang dipukul tadi, tapi tidak dapat dipungkiri ada perasaan senang tersendiri hingga membuatnya mengembungkan pipi karena menahan tawa.
"Dasar sadis." Cibir Alfa sambil melihat sinis ke arah Nada.
Alfa menghampiri Nada yang sedang berdiri menunggunya sambil bersandar di bagian pintu mobil, ia memang menyuruh gadis tersebut untuk menunggu karena harus membicarakan sesuatu dengan anggota basket lainnya.
"Kelamaan ya? Sorry, tadinya gue mau izin pulang duluan tapi gak bisa." Alfa mengeluarkan kunci mobil dari sakunya, lalu membukakan pintu dan menyuruh gadis tersebut masuk.
"Jadi, kenapa nih tiba-tiba ngajak gue pulang bareng?" Nada menoleh menatap Alfa yang sedang sibuk melajukan mobilnya di jalanan. "Oh, apa lo mau ngomongin sesuatu sama gue?!" Tebaknya dengan penuh semangat.
Alfa terkekeh sesaat sebelum akhirnya menjawab pertanyaan dari gadis itu. "Tebakan lo bener banget."
"Hah?! Maksudnya?! Jad-jadi tebakan gue bener?!" Nada mendramatisasi, ia jadi linglung sendiri sekarang.
"Ya, sebenernya-" Alfa menarik nafasnya sesaat, memberi jeda pada kalimatnya yang semakin membuat Nada ingin tahu setengah mati. "Sebenarnya gue mau minta maaf atas kejadian semalem, dan gue tau banget Asa gak bermaksud ngomong gitu. Dia cuma masih bingung sama perasaannya sendiri, tapi gue harap tolong jauhin dia mulai sekarang."
Ia sempat termanggu beberapa saat berusaha menyerapi perkataan yang diucapkan orang di sebelahnya, ia menarik nafas dalam sebelum menatap Alfa lagi. "Emangnya kenapa?" Tanyanya lirih.
"Karena kalo lo terus suka sama dia, lo cuma akan ngebebanin dia." Jawab Alfa halus.
"Kenapa ngebebanin?! Lo pikir gue cewek matre hah?! Atau cewek yang protektif sama pacarnya?!" Nada mulai histeris, entah apa penyebabnya tapi yang jelas ada sesuatu di dalam hatinya yang membuat ia meledak-ledak seperti ini. "Jawab Alfa! Jawab gue sekarang!"
"Karena dia selalu merasa bersalah kalo ngeliat lo sedih!!" Bentakan dari Alfa yang belum pernah dilihat sukses membuat Nada bungkam dan bergetar ditempatnya. "Dia selalu mau buat lo bahagia, tapi bahkan lo gak pernah sekali pun ngasih kesempatan buat dia. Jadi mending lo lepasin dia, biarin dia nentuin orang yang bener-bener layak baginya." Sambung Alfa setelah emosinya mereda.
"Oke, kalo itu demi kebaikan dia gue terima."
*****
Sebenernya gue lagi galau karena gak pandai pertahanin karakter apa lagi bikin suasananya ngena sama kalian:((
Jangan lupa di vote ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Nada untuk Asa
Teen FictionMungkinkah cinta pandangan pertama itu benar-benar ada? Seorang Asa Arfiyansah yang menyukai teman satu sekolahnya hanya karna pertemuan singkat di toko musik, akankah akhirnya bahagia?