05'-BERTEMAN

107 11 5
                                    

Brak!

Hentakan meja barusan membuat orang yang duduk di sana merasa kaget, bahkan semua pasang mata yang ada di kelas jadi ikut memperhatikan. Namun, lain dengan Eka dan Silvia yang menahan tawanya karena ekspresi kaget dan bingung dari Wisnu.

"Nad, lo apa-apaan sih?!" kata Wisnu kebingungan.

"Gak, tadi ada nyamuk di meja lo. Makanya gue pukul, padahal gue berharap nyamuknya ada di pipi lo." setelah itu Nada pun berjalan ke tempat duduknya di ikuti Eka dan Silvia.

"Jadi, kapan sepupu lo dateng ke Indonesia?" kata Nada memulai percakapan.

"Kemarin sore, pas lo udah pulang."

"Kalo lo liat pasti lo iri, udah cantik, baik, matanya pasti bikin cowok satu sekolah kita suka." kata Silvia antusias.

"Emang kenapa matanya? Bengkak?" tanya Nada polos.

"Bapak lo tuh bengkak. Dia tuh kan bule, pasti lo tau kan orang bule biasanya matanya biru." Silvia pun mengambil ponsel di saku bajunya dan menunjukan sesuatu ke Nada.

"Nih,ini orangnya. Cakep kan, namanya Talitha Moelena." sambung Silvia.

"Ka, dia kan sepupu lo. Kok, tauan Silvia sih."

"Sialan lo njir." Silvia yang berniat melempar snacknya ke Nada malah mengenai Wisnu.

"Allah, Sil, Nad gue tau lo semua marah sama gue. Tapi gak usah balas dendam juga kali. Lagian, masalah gue sama Eka tuh cuma salah paham." kata Wisnu menjelaskan.

"Apasih, orang gak sengaja. Geer amat jadi orang. Sini, balikin snack gue!" lalu Silvia berjalan menghampiri Wisnu dan mengambil kasar snack miliknya.

"Selow, bos ku."

"Nu, gc ke lapangan. Udah di tungguin anggota basket lainnya tuh!" seorang murid laki-laki dengan name tag kelas yang sama dengan Nada datang dari arah pintu.

Bukan, dia bukan murid baru. Dia juga bukan murid kelas ini yang baru datang. Ia adalah murid laki-laki yang pernah berurusan dengan Nada.

"Gak, usah gitu juga kali ngeliatin Asanya." kata Silvia memergoki temannya itu.

Oh, namanya Asa.

"Apaansih. Orang gue cuma-" kata Nada menimbang-nimbang kalimat selanjutnya.

"Sini!!" sambung Nada sambil memberikan kode lewat jari telunjuknya agar Eka dan Silvia mendekat.

"Oh, jadi Asa tuh cowok yang waktu itu ketemu sama lo di toko musik."

"Ya gitu." kataku datar.

"Dan lo, satu sekolah sama dia. Jangan-jangan jodoh kali ya?" Eka yang seolah-olah meledek menyenggol lenganku pelan.

"Apaansih." aku yang sudah malas dengan topik pembahasan mereka pun memilih membaca pesan yang ada di ponsel ku.

*****

Pelajaran fisika kali ini telah berjalan selama dua jam, dan sudah membuat Nada bosan dari awal jam pelajaran pertama. Pasalnya, materi kali ini sangat-sangat membuat ia merasa ingin teriak-teriak.

Apaansih, ngapain coba ngitung Gaya benda jatuh dari atas. Kurang kerjaan banget. Batin Nada, lalu mengambil makanan yang ada di kolong mejanya.

"Apa?!" kata Nada ketika Eka menyenggol pelan lengannya.

"Lo gak takut apa? Gimana kalo ketauan?" Eka yang kesal melihat kelakuan Nada pun mengambil makanan yang di pengang temannya itu.

"Balikin ya Ka, gue laper." kata Nada sambil memegangi perutnya dan memasang tampang melas.

"Yaudah nih." dari matanya, Eka dapat melihat bahwa Nada saat ini sedang senyum penuh kemenangan ke arahnya.

Dengan tampang melas gue aja, Eka bisa luluh. Apalagi Zayn Malik, nangis -nangis kali ya dia minta gue jadi pacarnya. Batin Nada.

Bel istirahat kedua pun berbunyi, yang juga menandakan pelajaran fisika telah berakhir. Beberapa anak memilih menggunakan waktunya untuk ke masjid, ada yang memilih ke kantin, ada juga yang hanya memilih diam di kelas.

"Eh, apa-apaan nih?!" Nada yang tiba-tiba tangannya di tarik seseorang merasa kaget bercampur panik.

"Udah ikut aja." kata orang itu tanpa menoleh. Walaupun tidak melihat wajahnya, Nada tahu ini suara siapa. Dan entah kenapa Nada menurut saja dengan perkataan orang yang 20 centi lebih tinggi dari dia.

"Nih, tolong obatin ya. Sakit, tadi kena bola." ketika sudah sampai di UKS, orang tersebut meminta untuk di obati.

"Lo tuh apaan sih. Udah narik orang sembarangan, minta di obatin lagi" protes Nada.

"Bawel, dasar cewek!"

"Bodo, gue ini!"

"Yaudah!"

"Yaudah gak usah ngegas!"

Setelah pertengkaran itu, mereka berdua bungkam, tidak ada percakapan lagi diantara mereka hingga acara diobati dan mengobati selesai.

"Udah nih, udah selesai." lalu pergi menyimpan obat ke dalam kotak P3K.

"Makasih, kenalin nama gue Asa." Kata Asa menjulurkan tangan.

Selama beberapa detik Nada tertegun dibuatnya. Beneran nih dia ngajak gue kenalan?

"Gue tau kok nama lo, nama gue Nada." Nada pun membalas uluran tangan Asa. "Gue balik ke kelas dulu ya? Kalo masih sakit lo di sini aja." Namun ketika hendak pergi tangannya di tahan oleh Asa.

"Gue anterin ke kelas." Tanpa menunggu jawaban, Asa menggandeng tangan Nada menuju ke luar UKS. Mungkin Asa juga tidak tahu bahwa sekarang pipi gadis tersebut mulai memerah karena malu.

Nada untuk AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang