Setelah memarkirkan motornya di garasi, Asa bergegas menuju ruang keluarga rumahnya. Suasana sepi menyambutnya, membuat rumah ini seperti dua kali lipat lebih besar dari aslinya. Ia lalu duduk bersandar di sofa sembari memijat kepalanya yang terasa pusing.
Sejak ia melihat pengumuman mading tadi pagi, ia terus-terusan saja memikirkan tentang Nada. Seakan tidak terima dengan hubungan yang dijalin oleh Nada dan Farras. Padahal, jika disangkut-pautkan dengannya, memangnya siapa Asa yang ikut campur dalam percintaan Nada.
Asa menghela nafas kasar, lelah dengan pemikirannya sendiri. Seseorang yang beberapa hari ini hadir di hidupnya justru pergi begitu saja meninggalkan segalah gundah-gulana dalam diri Asa.
"Agh!!" Geram Asa kesal, ia berkali-kali mengacak rambutnya sendiri. Membuat style rambutnya yang rapih kini berubah jadi tidak jelas.
"Kamu udah pulang ya?!" Tanya seorang wanita separuh baya dari arah dapur yang kini sedang berjalan mendekat ke arahnya sembari membawa segelas es jeruk nan segar di tangannya.
Asa buru-buru menyalami tangan ibunya itu setelah ia duduk di sampingnya, lalu menghabiskan es jeruk tersebut dalam satu kali tegukan.
"Ma, Asa capek. Mau ke kamar dulu." Ia lalu beranjak pergi ke kamarnya. Meninggalkan ibunya itu bersama segelas bekas es jeruk yang telah habis di minumnya.
Ia melepas kemeja sekolahnya, meninggalkan kaus berwarna hitam yang melekat sejak tadi pagi. Lalu menghempaskan tubuhnya dengan kasar. Melirik jam yang kini menunjuk pukul 15:35 WIB, lalu membuka ponselnya yang menandakan ada notifikasi pesan yang masuk.
Wisnu Dwi P.:"Gue gak kuat!!"
Asa terkekeh setelah membaca pesan dari Wisnu, ingin sekali rasanya mengirimkan satu pukulan tepat di pipi temannya itu.
Asa Arfiyansah:"Lebay!:/"
Wisnu Dwi P.:"Jahhhatttt."
Asa Arfiyansah:"Bacot! Berisik njing."
Wisnu Dwi P.:"Kasar:("
Asa Arfiyansah:"Ganggu bege, kenapa sih?!"
Wisnu Dwi P.:"Gue mau ngajak balikan Eka, tpi gimana ya ngomongnya biar di terima?"
Asa tercengang melihat jawaban dari Wisnu, tidak menyangka dengan perbuatan yang akan Wisnu lakukan.
Asa Arfiyansah:"Bego! Udah punya Rima juga, playboy kampungan dasar!!"
Wisnu Dwi P.:"Kudet, udh putus keles. Please lah biar gue move on gitu, masa dia udah sama Farras tapi gue jomblo."
Asa Arfiyansah:"Maksudnya?"
Wisnu Dwi P.:"Ya dia pacaran sama Farras sekarang."
Asa seketika membeku di tempat, teringat dengan pengumuman tadi di sekolah. Jika Farras berpacaran dengan Rima lalu apa artinya hubungan Farras dengan Nada. Tak terasa tangannya kini mulai kebas, ingin sekali rasanya memberi satu bogeman keras di pipi mulus Farras.
Asa merasa ingin sekali rasanya pergi ke rumah Nada, lalu membeberkan segala apa yang telah Farras lakukan padanya. Tapi yang paling ia takuti adalah bagaimana jika Nada justru marah kepadanya atau yang paling mungkin bagaimana jika Nada tidak mempercayai dirinya.
Entah apa yang mendorongnya, Asa sangat tidak terima jika gadis yang ia cintai tersakiti. Betul, Asa telah mengakui bahwa ia mencintai Nada, walaupun ia harus meyakinkan dirinya sendiri berulang kali.
*****
Hari ini Nada pergi ke sekolah menggunakan mobilnya, enggan untuk di antar jemput oleh Farras. Memang Nada senang bisa mendapatkan seorang pacar seperti Farras, tapi dia tetap saja tidak nyaman jika berada dekat dengan Farras.
Setelah memarkirkan mobilnya, Nada beranjak pergi menuju kelasnya. Suasana di sekolahnya masih sangat sepi, hanya beberapa anak yang baru datang. Lapangan pun tampak lengang, belum ada murid-murid yang biasanya bermain basket sembari menunggu bel.
Tetes-tetes hujan masih terus turun, menandakan gerimis yang menyerang sejak pagi belum juga berhenti. Koridor kelas sebelas pun terasa lembab dan dingin, membuat Nada memeluk dirinya sendiri.
"Nih,biar gak kedinginan. Pake aja jaket gue." Kata seseorang di belakang Nada, ia lalu menyelimuti tubuh Nada dengan jaket miliknya. Membuat Nada yang belum siap menerima perlakuan itu sontak menahan nafasnya.
Nada menghela nafas lega. "Gue kira siapa, ternyata lo Sa."
"Lagian dari tadi meluk-meluk diri sendiri, kayak jomblo aja." Asa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, merasa aneh dengan perkataannya sendiri barusan.
"Yang jomblo tuh siapa ya? Gue sih no!" Jawab Nada sambil menunjukan senyum meremehkan ke arah Asa.
"Biarin, yang penting bahagia. Dari pada lo gak jomblo tapi sengsara." Lagi, rasanya ingin sekali Asa mengunci mulutnya agar tidak mengeluarkan kata sembarangan. Rasa bersalahnya pun menambah saat ia melihat ekspresi Nada yang terlihat muram setelah mendengar perkataannya.
"Eh, jangan baper dong! Bercanda keles, gue gak ada balon nih!" Kata Asa berusaha menghibur Nada sedangkan yang dihibur hanya menunjukan senyum kecilnya.
"Gapapa, emang sih lo suka ngeselin! Jaket lo gue bawa dulu ya, dah!!" Ia lalu melambaikan tangan ke arah Asa, lalu kembali menyusuri koridor yang menuju kelasnya.
"Hai, Nad!!" Sapa Eka dengan senyuman nya yang mengembang.
"Hai juga! Kenapa sih?! Seneng amat?" Ia lalu menaruh tasnya di sebelah Eka, dan kembali menatap gadis tersebut menunggu jawaban dari pertanyaannya.
"Sepupu gue, Talitha. Mulai hari ini dia bakal sekolah di sini. Terus, sorry nih ya. Gue sama Wisnu udah resmi balikan." Kata Eka cengengesan.
"Gapapa juga sih, gue sebagai temen ngedukung aja. Asal dia gak nyakitin lo lagi sih."
"Ini jaket siapa Nad?" Tanya Eka sambil memegangi jaket yang masih terpasang di tubuh Nada.
"Asa." Jawab Nada singkat.
"Kok Asa?"
"Suka-suka abangnya lah! Udah sih gak usah ngomongin dia, terus gimana tuh sama sepepu lo? Dia masuk kelas mana?" Tanya Nada mengalihkan pembicaraan.
"Kelas dua belas IPA."jawab Eka, tiba-tiba ia pun teringat sesuatu. "Oh ya, berarti dia bakal sekelas sama Farras dong!" Goda Eka ke Nada, lalu memukul pelan lengan Nada.
"Sekelas sama Rima juga berarti." Mereka berdua pun saling tatap, mengerti kondisi yang mungkin akan terjadi.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Nada untuk Asa
Teen FictionMungkinkah cinta pandangan pertama itu benar-benar ada? Seorang Asa Arfiyansah yang menyukai teman satu sekolahnya hanya karna pertemuan singkat di toko musik, akankah akhirnya bahagia?