Nada menghempaskan tubuhnya di kasur setelah melepas sepatunya asal, sudah sejak tadi ia tidak sabaran ingin cepat-cepat sampai di rumah. Tak terasa, matanya mulai membentuk kristal bening kala mengingat perkataan Asa di roof top tadi.
"Apa se-egois itu sampe bikin lo gak mau deket-deket lagi sama gue?" Gumamnya sambil menutup mulut dengan tangan agar isakannya tidak sampai terdengar dari luar. "Emangnya salah gue gitu kalo Farras nembak gue duluan? Gue juga gak mau terus terjebak sama perasaan aneh ini, tapi bahkan lo gak ngerti kalo semuanya butuh waktu."
Ia sudah mati-matian menahan agar tangisannya tidak menjadi-jadi, namun semakin ingin dilakukan bayangan tentang kejadian tadi terus saja terngiang di kepalanya. Sampai akhirnya Nada tertidur karena kelelahan menangis.
Jam beker yang sudah berbunyi sejak lima belas menit lalu akhirnya berhasil membangunkan Nada dari tidur nyenyaknya, matanya seketika melebar ketika melihat angka yang ditunjuk oleh jarum jam tersebut.
"Mampus, telat deh gue!!" Pekiknya sambil berlari menuju kamar mandi.
Nada melangkah menuju ruang makan sambil sesekali menyisir rambutnya yang baru dikeramas dengan jari, ia tidak peduli dengan penampilannya yang kelewat tidak rapih.
"Pagi ma, pa, kak." Sapaan singkat yang diucapkannya membuat aktifitas di meja makan berhenti sesaat, bahkan ayahnya yang biasanya tidak peduli kini ikut menatap dirinya.
"Pagi." Balas keluarganya itu bersamaan.
"Ka-kamu kenapa?" Tanya Indah terbata-bata, ia terlihat sangat syok melihat penampilan anaknya. "Gak biasanya begini."
"Iya, tadi aku bangun kesiangan. Jadi buru-buru, takut telat." Jawab Nada cengengesan, sedangkan Indah hanya memutar mata melihat kelakuan anaknya.
"Mending benerin dulu baju kamu, sarapannya nanti aja di sekolah." Perintah Indah sambil memasukan dua buah sandwich ke dalam kotak bekal.
Keadaan jalanan kota Jakarta yang padat membuat mobil yang dikendarai Nada terjebak di dalam kemacetan, ia berulang kali menatap jam mungil di tangannya yang semakin bergerak mendekat ke angka tujuh.
Sepuluh menit kemudian, ia sampai bersamaan dengan gerbang yang akan ditutup. Berlari-lari kecil menyusuri koridor yang akan membawanya menuju kelas. Namun tepat di belokan terakhir kelasnya ia tidak sengaja menabrak seseorang , yang membuat dirinya mau tidak mau jatuh terduduk di lantai.
"Aduh!!" Ringisnya sambil berusaha bangun dan membersihkan rok bagian belakangnya. "Kalo jalan pake ma-" Nada tercengang melihat sosok orang yang berada dihadapannya, niat ingin memarahi orang yang menabraknya pun diurungkan.
Mereka sempat beradu tatap selama beberapa detik, Nada yang menunggu permintaan maaf dari lawan bicaranya sedangkan Asa yang menatapnya dengan tatapan datar. Sampai akhirnya ia menghela nafas, dan kembali membuka pembicaraan.
"Gue mau ke kelas, kayak orang bego aja disini kalo diem-diem juga. Hidup gue gak didedikasi buat nungguin lo minta maaf, bye!" Ucap Nada sarkastis sebelum akhirnya benar-benar pergi meninggalkan Asa yang terpaku di tempatnya.
*****
Sudah hampir setengah jam Asa menunggu kedatangan Wisnu di kelas XI-1 IPA, keadaan kelas yang mulai ramai membuatnya sedikit tidak nyaman karena ini bukanlah kelasnya.
Mana sih, itu orang. Lama banget, kayak keong.
"Morning my bro, udah nunggu lama ya? Sorry, biasalah orang keren jadwalnya padet." Ucap Wisnu tidak merasa bersalah sama sekali, ia lalu menaruh tasnya asal di kursi dan ikut duduk berdampingan dengan Asa di meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nada untuk Asa
Teen FictionMungkinkah cinta pandangan pertama itu benar-benar ada? Seorang Asa Arfiyansah yang menyukai teman satu sekolahnya hanya karna pertemuan singkat di toko musik, akankah akhirnya bahagia?