15'-MUNDUR

52 8 0
                                    

"Oh, jadi tadi itu lo bilang ke Farras bahwa kita pacaran." Alfa manggut-mangut mengerti setelah Nada menjelaskan kronologi kejadian yang sebenarnya dan kenapa namanya disebut-sebut tadi. "Eh, tapi gue gak nyangka kalo lo ternyata mantannya dia. Wah, populer juga lo disekolah ini!" Alfa yang terlanjur senang refleks memukul pundak Nada, membuat gadis tersebut sedikit terdorong ke depan.

"Najis tau gak, udah-udah gak usah ngomongin dia. Masa lalu itu gak usah diinget-inget, jangan sampe mencemarkan masa depan kita yang cerah." Ia mengibaskan tangannya di depan wajah, seolah ada matahari yang tengah bersinar di depannya.

Ucapan puji syukur terdengar bergemuruh dari kelas XI-1 IPA saat Nada dan Alfa baru saja memasuki kelas, mereka kegirangan setelah mengetahui bahwa guru bidang study saat ini sedang dinas luar. Tanpa intruksi, tiga puluh tujuh siswa serentak berhamburan keluar menuju lapangan. Sorak-sorai menggema menyuarakan dukungan masing-masing, memberikan semangat bagi para pemain dilapangan.

"WISNU!! SEMANGAT!!" Pekik Eka bermaksud menyemangati pacarnya yang ikut bertanding.

"AYO, ALFA!! GUE DUKUNG LO!!" Kini giliran Nada dan Silvia yang bersuara, menyemangati Alfa di tim lawan.

Jelang babak terakhir tim Alfa berhasil mencetak gol, menciptakan euforia dari sudut penonton yang mulai bergemuruh.

"Sumpah, tadi lo main bolanya keren banget." Eka mengacungkan jempolnya di udara, ia lalu melirik pria yang hanya memakai kaos hitam ditubuhnya sedangkan seragam miliknya ia sampirkan dipundak. "Gak kayak yang disamping gue."

"Yaelah, gue kan gak jago futsal. Coba kalo basket, udah pasti tim gue yang menanglah!" Wisnu yang tidak terima diremehkan mengelak, yang justru mengundang tawa dari Nada dan Silvia didepannya.

"Iya menang, menang-gung malu." Refleks mereka semua tertawa setelah mendengar jawaban dari Silvia, untungnya keadaan koridor saat itu sedang sepi jadi tidak banyak orang yang memperhatikan tingkah laku mereka.

"Eh, gue jadi nginget kejadian Wisnu yang jatoh tadi kan." Nada makin tertawa geli mengingat kebodohan yang Wisnu lakukan dilapangan.

"Iya, yang dia nginjek bola kan!" Balas Silvia tidak kalah geli, ia lalu menghapus matanya yang berair akibat terlalu banyak tertawa.

"Udah-udah kasian, lo semua mau pada pesen apa? Biar gue yang mesenin." Tanya Eka saat mereka telah berada di kantin dan memilih meja yang diinginkan.

"Gue mau bakso sama es jeruk!" Pekik Nada tidak sabaran seraya mengusap-ngusap perutnya yang seakan sudah bernyanyi. "Laper, tadi belum sempet sarapan dirumah."

Eka terkekeh beberapa saat, lalu di detik berikutnya ia beralih fokus kepada Silvia yang duduk di bangku seberang Nada. "Kalo lo Sil?"

"Gue samain aja, tapi gue minumnya jus mangga." Jawab Silvia acuh tanpa menoleh sedikit pun, ia masih fokus dengan sesuatu dilayar ponselnya.

Silvia yang sedari tadi tampak fokus pada sebuah perangkat digital kini mampu membuat ketiga teman disebelahnya mengernyit bingung, pasalnya gadis dengan lesung pipi ini terus saja tersenyum ketika melihat ponsel miliknya.

*****

Nada menghela nafasnya bosan, sudah selama dua puluh menit ia menunggu Alfa yang akan mengantarnya pulang. Gadis yang dagunya sedang bertumpu pada kedua tangan ini seketika berdiri tegak saat Alfa menghampirinya.

Nada untuk AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang