Twentyth: God, I'm Flying

1.6K 79 0
                                    

"KAMU nanti kalo udah gede jangan nakal ya, Nak. Mommy jewer lho nanti," ujar Cantika yang bernotabene sebagai Ibu Audy, menasehati Audy kecil yang tampan, yang kini duduk di pangkuannya.

Beliau berparas amat sangat cantik, terlihat dari garis wajahnya bahwa ia blasteran kebangsaan Jerman. Dan juga, Ayah Audy yang blasteran dengan kebangsaan Spanyol.

Ini adalah faktor utama yang membuat Audy bisa setampan seperti sekarang ini. Banyak orang-orang, menyebut Audy dengan sebutan 'Anak Bule' pada waktu dirinya masih memiliki hidup yang bahagia, hidup bersama kedua orang tuanya yang lengkap.

Sampai sekarang, ia tak mengerti dengan kenyataan yang ada di dalam hidupnya. 11 tahun yang lalu, ia mengerti suatu kebahagiaan. Setelah itu, tumbuh besar tanpa kebahagiaan hingga menjadi remaja seperti ini. Hanya lima tahun ia merasakan kebahagiaan yang sebenarnya, kebahagiaan yang sangat berarti dalam hidupnya.

Kini hilang di telan masa, membuatnya hampir hilang arah dan tak tahu harus berbuat apa. Bagaimana pun juga, pada saat itu ia masih sangat kecil untuk mengerti permasalahan dunia yang kejam ini.

Kini ia tahu alasan mengapa Peterpan tak pernah mau menjadi orang dewasa. Audy kecil yang besok kepasan akan menginjak umur 5 tahun pun mengangkat jari-jarinya membuat tanda 'Peace' kepada Ibunya, "I swear to God, Odey nggak akan nakal, Mommy." balasnya dengan logat balita bule yang menggemaskan. Dari kecil, Audy sudah di ajarkan untuk terbiasa memakai bahasa Inggris.

Cantika pun memeluk anaknya itu kedalam pelukannya dalam-dalam, dan tak terasa bahwa tetesan air mata bercucuran dari kelopak mata indahnya. Membuat Audy kecil yang merasa bahwa pundaknya perlahan basah pun menoleh, "Mommy? Are you crying?"

Cantika tersenyum, lalu menggeleng cepat, "Nggak kok, Nak. Mommy nggak nangis, tadi mata Mommy kelilipan rambut Audy. Nih liat, udah pada panjang kan." tukas Cantika yang membuat Audy kecil langsung percaya saja. Sekali lagi, pada saat itu ia masih sangat polos.

Semua anak kecil pasti seperti itu, sudah bagus jika Audy yang masih sekecil itu menanyakan keadaan Ibunya. Cantika kembali tersenyum, lalu terkekeh geli melihat anaknya langsung mencebikkan bibirnya ketika dirinya menolak untuk di ajak potong rambut.

"Kenapa, Nak? Nanti kalo rambut kamu nggak di potong, bisa jadi lebih panjang lagi lho. Nanti rambutnya berubah jadi kayak Chika, terus Audy dikira perempuan. Anak Mommy nggak ganteng lagi deh, tapi cantik." Chika, teman kecil Audy. Dan sangat terlihat menyukai Audy pada masanya.

Audy kecil menggeleng, "Tetap nggak mau ah, Mom. Tante itu seram—hiiii. Odey atuuut," balas Audy kecil mengedikkan bahunya ngeri, Tante yang dimaksudnya adalah Mbak-Mbak yang biasa memotong rambut Audy di salon khusus anak kecil.

Ia menganggap orang itu seram karena setiap ia potong rambut, pipinya selalu di cubiti tanpa ampun. Sampai pipinya itu memerah lalu menangis.

Cantika mengelus rambut Audy kecil seraya tersenyum sangat amat manis, dari manik mata bahagianya itu tersorot ada secuil kesedihan juga ikut bercampur disana, "Itu karena anak Mommy ganteng, jadi orang-orang pada gemas sama kamu, Sayang."

"Audy kalo udah besar nanti, kalo punya pacar jangan banyak-banyak ya, Nak. Nanti kasian pacar pertama Audynya jadi sedih."

"What is the meaning of pacar, Mom?"

Cantika kembali tersenyum, "Ya, pokoknya sih itu pesan Mommy buat Audy kalo nanti udah besar. Suatu saat nanti, Audy akan mengerti kok. Kan anak Mommy yang ganteng ini juga pinter." ada jeda, "Coba ulangin apa pesan Mommy ke Audy barusan?"

"Kalo Odey udah gede, Odey nggak boleh punya pacar banyak-banyak. Nanti pacar kesatu Odey jadi sedih. Ya kan, Mom?"

Cantika mengangguk, "Lakuin buat Mommy ya, Nak? Ok?"

Destiny [ON EDITING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang