2. Musik Klasik

56 20 5
                                    

Jam menunjukkan pukul sebelas saat Ethan selesai mandi dan ia tertidur secara tidak sengaja hingga terbangun pada pukul dua siang.

Alarm alaminya berbunyi, ia kelaparan.

Ia memandang ke sekelilingnya. Mencari telepon dan begitu menemukannya, ia segera memesan makanan untuk diantar ke tempatnya.

Sambil menunggu, Ethan meneliti tiap sudut dan jengkal desain kamarnya.

Ada kamar mandi, bilik tempat tidur, ruang baca dan bersantai, tempat berjemur di balkon luas, dan dapur kecil lengkap dengan alat, bahan dan sebuah lemari pendingin.

Ini gila, pikir Ethan.
Detail-detail kecil yang tidak terpikirkan juga tersedia disana. Dimulai dari alat jahit manual, kotak persediaan P3K, dan sekotak alat kontrasepsi.

Di bagian kamar mandi, ada persediaan handuk, perlengkapan mandi lainnya, dan sebuah mesin cukur elektrik. Meskipun ia yakin orang-orang jelas ragu menggunakan mesin cukur yang disediakan oleh Lembaga Keamanan berstandar Hotel Internasional.

Tulisan Asprenderoux terukir indah diatas tempat tidur. Itu adalah nama tempatnya berpijak saat ini. Tak lama kemudian, ketukan di pintu terdengar dan Ethan bergegas menjemput pesananannya. Seusai membayar, ia pun melakukan jamuan makan siang romantis bersama Pizza kesayangannya.

"Helo, seksi. Siap menggugah seleraku ?"

Saat potongan terakhir makanan tersebut menyentuh lidahnya, puaslah ia akan segalanya saat itu. Ethan melirik jam dinding dan terdiam begitu waktu menunjukkan pukul tiga sore. Ia berdiri dan dengan satu gerakan luwes, sihirnya telah mengubah pakaiannya menjadi baju santai yang cocok dengan suasana pulau. Ia pun keluar dan mengunci kamarnya, berjalan di sepanjang lorong yang ramai sambil sesekali memperhatikan tiap orang yang berpapasan dengannya. Apakah mereka tamu hotel ? Atau bagian dari Lembaga Keamanan yang disebut-sebut oleh saudarinya ?

Ah, saudarinya.

Hal tersebut mengingatkan Ethan untuk merogoh saku mencari ponsel dan menghubungi Juliet sesegera mungkin.

"Ya, Ethan !" Sapa suara riang di seberang sana. "Apa kau butuh sesuatu ?"

"Apa kau sibuk ?"

"Tidak juga. Ada apa ?"

"Aku ingin bertemu dan membicarakan banyak hal yang tertunda bersamamu."

"Ow, romantis sekali."

"Berhentilah. Itu menjijikan, kau tahu. Suara kepriaan-mu itu membuatku merinding !"

. . .

Ethan merobek lengan bajunya dan menyembunyikannya dalam kepalan kedua tangannya. Suara kaok terdengar dan Ethan menelentangkan kedua tangannya tinggi, bertenggerlah seekor Gagak hitam di lengan kirinya dan burung tersebut terbang didalam ruangan setelah Ethan menghentakkan tangannya kuat.

Decak kagum memenuhi ruangan.

Ethan bertepuk tangan dan dengan gerakan seolah sedang menjungkirbalikkan sebuah meja, berterbanganlah ke udara semua kertas yang terhampar di meja panjang menjadi burung Merpati putih.

Semua itu nampak nyata, dan untuk membuktikannya, Ethan berhasil mencabut sehelai bulu Merpati dan menyerahkannya kepada salah seorang dari penonton demonstrasi gratisnya.

"Ia Ilusionis yang kubicarakan. Sempurna bukan ?" Ujar Tn. Alisdair sambil merengkuh bahu Ethan.

"Memang menakjubkan dan berbakat. Tapi ia terlalu muda."

GLASS MEMORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang