9. Salju dan Kabel

20 7 2
                                    

Setelah penangkapan Nicholas Reagan, Ethan baru mengetahui bahwa ia memilikki ruang kerja pribadi.
Oleh karena itu ia harus berbagi tempat dengan Miss Lyria, Ilmuwan gagal yang cukup nyentrik.

Seperti yang telah dijabarkan sebelumnya, Miss Lyria memakai kacamata berbingkai tebal, lipstik merah tua, pakaian ilmuwan yang kaku, sepatu hak 3 cm, dan rambut cokelat yang disanggul seadanya.

"Aku tidak mendengar kabar mengenai Nicholas Reagan." Ujar Miss Lyria dari mejanya.

"Oke," Ethan merapikan berkasnya. "Apa orang yang mati di mutilasi akan memberikan kabar ?"

"Maksudku, kabar darimu."

"Kabarku baik."

Miss Lyria memutar bola matanya. Wanita itu melanjutkan merapikan mejanya dengan diam, sambil mencuri pandangan ke arah Ethan untuk mencari perubahan mimik Ethan yang Oh-Ya-?-Bodoamat-!

"Nicholas Reagan, dan semua yang bersangkutan dengannya telah kukubur dalam peti mati. Aku meminta seorang nelayan untuk menghanyutkannua di tengah laut."

"Oh, aku sempat melihatmu menata suatu peti penuh bunga kuning cerah, apa itu sisi kewanitaanmu ?"

"Bukan." Ethan mendecakkan lidahnya. "Itu sisi kepedulianku."

Miss Lyria hendak melanjutkan bertanya saat melihat Ethan mengeluarkan seikat bunga Krisan diatas mejanya. Tapi pemuda itu bergerak lebih cepat dan menaruh bunga itu diatas kliping khusus. Memasukkannya ke dalam lapisan plastik lembar kliping yang didalamnya sudah tertata rapi nama dan foto seseorang.

Target No. 001, Nicholas Reagan.
05/06/17

Ternyata, Ethan sudah melakukan pengemasan yang mendetail dan rapi, ia juga memasukkan berkas-berkas identitas dan riwayat hidup Nicholas ke dalam kliping. Kliping itu ditutup. Sampulnya berwarna hitam dengan sapuan warna merah legam di beberapa sudut. Di tengahnya ada label nama, terukir indah dan familiar.

Sirkus Supernova

. . .

"Jadi, besok malam kita pergi lagi ?"

"Apa maksudmu, pergi lagi ? Ini sudah dua minggu, sejak dulu juga begitu !"

Jessica Garret dan Higashiyama Mikoto terus berdebat di meja kopi mereka.
Mikoto nampak bersantai seperti biasanya dengan rokok dan kopi hitam di depannya sementara Jessica duduk lesu di tempatnya menonton kopi susu pesanannya.

Kedai minuman dan jajan ringan milik keluarga Granger memang selalu menemani mereka. Roti milik mereka juga memiliki tekstur yang pas, pengunjung dapat memilih sesuai selera. Dan apabila seorang pembeli kebingungan, keluarga Granger akan membantu mereka menemukan roti yang pas untuk mereka.

Tuan Granger, pria gemuk berusia 54 tahun, masih tetap fit dan bugar kesana-kemari mengantar pesanan makanan ringan atau sekadar roti bagi anggota sirkus yang bersantai di kedainya pada pagi hari.

"Nona Garret, ini dia roti pisang cokelat pesananmu."

"Terima kasih, Tuan Granger."

"Mikoto-san, kau tidak ingin roti ?"

Mikoto menggeleng. Lalu, saat Tuan Granger pergi, Jessica Garret menoleh kepada Mikoto lagi, dengan tampang yang masih lesu dan memelas.

"Mikoto-san, aku paling suka disini. Di Amsterdam. Kemana kita pergi selanjutnya ?"

"Acak. Kau tahu, salah satu dari kita akan terpilih untuk memutar bola dunia."

GLASS MEMORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang