Jam menunjukkan pukul 08.14 pagi dan anehnya, Liguette dan Ethan duduk di salah satu pojok kafe untuk menikmati minuman mereka sambil bercakap-cakap layaknya kawan lama.
Ini adalah topik ke tujuh.
"Kau tidak melanjutkan sekolahmu ? Universitas lokal pasti menerimamu tanpa syarat melihat nilaimu itu."
"Tidak. Aku mendapat pendidikkan terpercaya di Asprenderoux."
"Tapi kau bilang, Asprenderoux jauh. Dekat wilayah Skotlandia, kan ?"
"Tidak masalah. Aku telah memilikki pekerjaan yang tepat dan tidak berkekurangan."
"Tapi tak ada gadis yang mencintai seorang ilusionis."
"Aku pun tidak berpikir untuk mencintai seorang gadis, Tuan."
"Kau yakin ? Jumlah wanita lebih banyak daripada pria di bumi dan kau menganggurkan para wanita dengan memilih menjadi bujangan selamanya ?"
"Pernikahan bukan kewajiban."
"Kau sungguh tidak menarik."
"Lantas kau menyebut dirimu itu apa ? Pria macho dari pulau kapuk ?"
Liguette tertawa pelan, lalu menyesap kopi hitamnya kembali.
"Aku harus tahu satu hal." Ujar Ethan.
"Apa yang ingin kau ketahui ?"
Ethan menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi lalu menghela napas panjang.
Ia duduk dengan tegak kembali dan menatap lurus ke arah Liguette."Kenapa kau menyerangku di gang itu ? Siapa yang menyuruhmu ?"
Untuk beberapa detik, Liguette tak merespon. Ia menatap mata Ethan dan tertawa, lagi.
"Aku sudah menduga akan muncul pertanyaan itu."
"Jawab saja. Kenapa dan siapa."
"Aku disuruh. Pekerjaanku sekarang adalah pembunuh bayaran."
"Siapa yang membayarmu ?"
"Seorang ilusionis tahun 1978. Fredrick Baker."
"Fredrick Baker ?"
"Kau tak tahu ? Ia saingan ketat ayahmu, Julian Alisdair. Mengetahui bahwa Alisdair memilikki seorang putra sang ilusionis, Tuan Fredrick ingin mengacaukan kalian. Entah itu sulapmu, atau ayahmu."
"Tapi ayah sudah tak bermain sulap. Akulah penggantinya."
"Untuk itulah aku ada disana untuk membunuhmu."
Ethan tertegun. Ia memikirkan kembali. Ia tidak mengenal siapa Fredrick Baker itu, ia juga tak ingin percaya pada Liguette seutuhnya. Pemuda itu hanya menyisir pinggiran rambutnya dan meneguk habis teh yang ia pesan sebelumnya.
Apakah Liguette memang target nomor 2 ? Atau tuan Fredrick itu ??
. . .
Bocah itu diam seribu bahasa. Ekspresi wajahnya mengeras dan ia tak lagi menatap mataku. Ia seperti berpikir, namun ia juga sesekali melihat jauh ke dalam mataku seolah mencari kebohongan.
Ia berdiri dari kursinya dan berjalan menembus kerumunan orang. Ia bahkan tak perlu meliuk, seolah ia memang menembus mereka tanpa perlu mencuri perhatian.
Ia pergi, aku membiarkannya. Mungkin ini bukan saat yang tepat untuk menuntut balasan.Hanya Tuhan yang tahu kemana ia pergi dan apa yang akan ia lakukan.
. . .
KAMU SEDANG MEMBACA
GLASS MEMORY
Mystery / ThrillerKisah dengan Tema Sirkus mungkin sudah beredar di pasaran. Begitu pula yang bergenre Misteri-Thriller-Horror. Glass Memory menyajikan kisah tersebut dalam sebuah Sirkus Supernova. Asprenderoux adalah lembaga keamanan swasta yang berwujud hotel binta...