Sudah tersedia di playstore dengan kata kunci aya emily plus 10 extra bab.
Tersedia juga di Karyakarsa Aya Emily. Bisa pilih untuk baca extra babnya saja.
Happy reading ❤
----------------------------
Ratna mulai mengurangi laju motor maticnya ketika mendekati lampu merah. Sesekali ia melirik jam tangan sambil menghitung dalam hati. Kalau ia mengendarai motornya dengan kecepatan normal tanpa halangan, dia masih memiliki waktu lima menit di kantor sebelum rapat dimulai.
"Selamat pagi, Nona."
Ratna tersentak kaget ketika mendadak seorang polisi sudah berdiri di sampingnya di tepi jalan yang masih menunggu lampu merah berubah hijau. Ratna bingung sambil menatap kanan kiri untuk memastikan polisi itu benar berbicara padanya.
"Iya Anda, Nona." Polisi dengan wajah yang lumayan tampan itu menegaskan. "Tolong menepi kesini." Polisi itu memberi isyarat dengan tangannya.
Jantung Ratna mulai berdetak kencang karena panik. Dia masih melirik kanan kiri sambil mengendarai motornya menuju tempat yang ditunjuk polisi itu.
Apa sedang ada operasi polisi? Tapi tidak ada kendaraan lain yang disuruh menepi selain dirinya hingga membuat beberapa orang menatapnya penasaran.
Ratna menelan ludah dengan panik. Sejak hari minggu kemarin Ratna membantu pengurus panti Kurnia tempatnya dibesarkan. Sebagian besar anak disana terserang demam berdarah. Mereka semua sibuk untuk membawa anak-anak itu ke rumah sakit dan memastikan anak-anak yang lain tidak tertular.
Itu sebabnya Ratna berangkat terburu-buru hingga melupakan dompetnya, tempat KTP, SIM dan surat-surat kendaraan berada. Ratna baru menyadarinya ketika sudah setengah jalan dan tidak ada waktu lagi untuk kembali. Rapatnya hari ini jauh lebih penting.
Begitu sampai di dekat polisi itu, Ratna segera mematikan mesin motor lalu menatap si polisi dengan tampang memelas. "Salah saya apa ya, Pak? Saya merasa sudah mematuhi semua peraturan lalu lintas."
Polisi itu menatap Ratna dengan wajah datar. "Anda mengemudi di atas batas normal, Nona. Perbuatan semacam itu bukan hanya akan merugikan diri Anda sendiri melainkan juga pengemudi lain."
Dahi Ratna sedikit mengernyit. Dia memang sedikit mengebut tadi. Tapi itu dilakukannya di daerah yang ia tahu tidak dijaga polisi dan cukup jauh dari sini. Lagipula setiap hari Ratna selalu melakukannya. Bahkan orang lain ada yang mengemudi lebih cepat darinya.
"Benarkah, Pak? Saya merasa sudah mengemudi dalam batas normal." Ratna berusaha berkilah.
Polisi itu mengeluarkan buku kecil dari sakunya membuat Ratna semakin panik. "Yah, Anda mengemudi dalam batas normal hanya di daerah sini, kan? Karena Anda tahu ada polisi yang menjaga disini." Gumam polisi itu seperti membaca pikiran Ratna. "Tolong keluarkan surat-surat Anda."
Jantung Ratna bergemuruh di dadanya. "Eh, anu, Pak. Tadi, saya terburu-buru. Jadi dompet saya yang berisi surat-surat tertinggal."
Polisi itu menatap Ratna sambil mengangkat sebelah alis. "Kalau begitu terpaksa Anda harus menemani saya karena saya akan menahan kendaraan anda."
Ratna kembali menelan ludah dengan susah payah. "Saya mohon, Pak. Saya sudah terlambat ikut rapat di kantor. Lain kali saya tidak akan mengulanginya."
Polisi itu memukul-mukulkan buku kecilnya ke telapak tangan. Dia terlihat sedang mempertimbangkan permohonan Ratna. "Baiklah. Sebagai gantinya berikan saya nomor kontak beserta nama Anda."
Wajah Ratna memucat. Oh, tidak! Apakah dirinya akan terkena masalah serius?
"Untuk apa?"
"Kalau Anda keberatan, bukan hal yang sulit untuk menulis sebuah surat tilang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Polisi Penggoda (TAMAT)
Romance[CERITA MASIH LENGKAP SAMPAI END] Bertemu polisi berwajah tampan di pagi yang cerah, merupakan sebuah anugerah bagi semua wanita. Tapi tidak bagi Ratna. Pertemuan itu membuat harinya kacau hingga ia merasa seperti di neraka. Bahkan belum cukup denga...