Ratna ingin mendengus kesal mendengar ucapan Freddy, namun dia tidak sanggup melakukannya. Bibirnya malah melengkung membentuk senyuman. Mengikuti dorongan hati, wanita itu merebahkan kepalanya di bahu Freddy. Menikmati kehangatan yang menguar dari tubuh lelaki itu.
Tinggal seminggu lagi. Setelah itu dia akan kembali dalam kesendiriannya. Jadi, apa salahnya kalau dia mencoba menikmati keberadaan seseorang yang bisa dijadikannya tempat bersandar?
"Merasa lebih baik?" tanya Freddy serak.
Ratna mengernyit mendengar suara Freddy lalu mendongak menatap mata abu-abu itu. "Kau tidak terserang flu, kan? Sudah beberapa kali aku mendengar suaramu serak."
Freddy tersenyum. "Mungkin karena aku haus."
"Baiklah, ayo ke sana." Ajak Ratna sambil menggandeng lengan Freddy.
Freddy mengambil segelas sampanye, menghabiskan dalam sekali tegukan lalu meraih gelas lain. Ratna melepas lengan Freddy untuk mengambil piring lalu mulai memilih hidangan. Kesempatan itu tidak disia-siakan Freddy. Tangannya yang bebas ia gunakan untuk merangkul pinggang Ratna. Dengan ibu jarinya lelaki itu membelai kulit telanjang Ratna.
"Jangan kira aku tidak tahu kalau jemarimu sedang menggerayangi punggungku." Ucap Ratna tanpa mengalihkan pandangan dari stroberi berlapis cokelat yang sedang ia tata di piringnya.
"Darl, ini bukan menggerayangi. Hanya membelai. Nanti kalau kita sudah di rumah, aku akan menunjukkan padamu seperti apa 'menggerayangi'."
Pipi Ratna merona. "Dasar mesum. Memangnya lenganmu sudah cukup kuat untuk melakukannya?" ejeknya.
"Kau menantangku, Darl?"
Ratna menoleh menatap Freddy karena suara lelaki itu berubah makin serak. Namun dia menyesali perbuatannya ketika melihat mata Freddy berubah berwarna abu-abu pekat seperti awan mendung. Bedanya awan mendung menguarkan udara dingin, tapi mata Freddy terasa membakar, membuat Ratna terjebak dalam kobarannya.
"Permisi,"
Ratna tersentak lalu segera mengalihkan pandangan pada orang yang berdiri di sampingnya. Wanita itu mencoba mengulas senyum pada Pak Tio yang telah mengganggu suasana sensual tadi.
"Ternyata ini benar-benar dirimu, Ratna. Aku sungguh tidak menyangka."
Ratna hendak menjawab namun Freddy mendahului. "Oh, jadi Anda mengganggu kami hanya untuk mengatakan hal itu pada kekasih saya?" ucap Freddy tajam. Dia tidak menyukai tatapan lapar orang itu yang ditujukan pada Ratna.
Pak Tio merasakan aura permusuhan yang ditunjukkan kekasih Ratna. "Tidak. Tadi saya ingin mengambil makanan itu tapi tidak bisa menjangkaunya."
Ratna tersenyum meminta maaf lalu menyingkir memberi jalan.
"Aku serius. Kau terlihat sangat memukau, Ratna. Seharusnya kau lebih sering merias diri dan menggunakan rok ketika ke kantor daripada celana kain longgar yang biasa kau gunakan." Saran pak Tio sambil tersenyum ramah.
"Maksudmu supaya kau bisa puas memandangi dada dan bokong keka—"
Freddy tidak bisa melanjutkan ucapannya karena Ratna menyumpal mulut lelaki itu dengan stroberi berlapis cokelat.
"Maksudku bukan seperti itu." Jelas pak Tio buru-buru.
"Jangan khawatir. Saya mengerti maksud Anda." Ucap Ratna ramah lalu memasukkan jemarinya yang berlumur lelehan cokelat ke mulut. Wanita itu sama sekali tidak menyadari bahwa perbuatannya membuat semua kaum adam dalam ruangan itu menelan ludah.
Freddy yang menyadari suasana di sekitarnya segera merenggut tangan Ratna lalu menggenggamnya erat. "Cepat habiskan makananmu lalu kita pulang."
"Jangan buru-buru. Nanti masih—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Polisi Penggoda (TAMAT)
Romance[CERITA MASIH LENGKAP SAMPAI END] Bertemu polisi berwajah tampan di pagi yang cerah, merupakan sebuah anugerah bagi semua wanita. Tapi tidak bagi Ratna. Pertemuan itu membuat harinya kacau hingga ia merasa seperti di neraka. Bahkan belum cukup denga...