10b

51.8K 4.5K 272
                                    

Sejak dua hari yang lalu lelaki itu memperhatikan aktifitas di sebuah rumah megah. Dia mulai menghafal kegiatan apa saja yang dilakukan penghuni rumah itu pada jam-jam tertentu untuk melancarkan aksinya.

Dari bawah pohon besar di seberang jalan rumah itu. Dia bisa dengan jelas melihat kegiatan di halaman rumah. Beruntung aksi yang ingin dilakukannya hanya berkisar di halaman. Tentu saja, dia masih harus melewati pagar tinggi yang mengelilingi rumah. Namun itu bukan masalah. Dia hanya perlu memperkirakan waktunya.

Jam enam tepat, mobil yang biasa digunakan Tuan Besar pemilik rumah telah dikeluarkan dari garasi. Lelaki itu sudah hafal bahwa Tuan Besar selalu mengendarai mobilnya sendiri tanpa bantuan sopir. Tinggal menunggu pelayan lelaki yang bertugas memarkir mobil di halaman dari garasi masuk kembali ke rumah, lalu lelaki itu bisa melakukan aksinya.

Waktu yang ditunggu telah tiba. Lelaki di bawah pohon itu memberi kode pada salah satu anak buahnya, sementara dirinya sendiri mulai berjalan santai layaknya pejalan kaki.

Tidak ada yang aneh dengan penampilan lelaki itu. Celana jins, sepatu kets dan jaket bertudung. Penampilannya malah terlihat seperti remaja yang memang biasa lalu lalang di jalanan depan rumah megah itu. Tapi siapa yang bisa menduga, di balik jaketnya dia membawa tang dan sebuah revolver yang terselip di pinggang, sekedar berjaga-jaga jika aksinya diketahui.

Sekitar lima menit setelah lelaki itu sampai di pagar samping rumah, anak buahnya datang ke gerbang depan rumah itu, meminta penjaga yang berada di pos satpam depan rumah untuk keluar. Dia bertinda seolah akan menanyakan sesuatu.

Sementara itu, si lelaki sudah mulai memanjat pagar samping yang tertutup rimbunan pepohonan hingga tidak mungkin ada yang melihat dari jalan. Perbuatannya beresiko karena jika dia tidak beruntung, mungkin ada seseorang dari dalam rumah yang menatap ke pagar samping. Tapi bagi si lelaki, tentu itu bukan masalah. Ada revolver yang menemaninya hingga dia bisa membunuh hanya dengan sedikit menjentikkan jari.

Yah, memang. Dia bisa membunuh kapan saja hanya dengan sebuah revolver atau menyuruh anak buahnya, tapi sensasi menegangkan tentu tidak bisa dia dapatkan.

Sampai di halaman rumah, dengan mengendap lelaki itu menghampiri mobil yang terparkir. Tidak butuh waktu lama untuk memutus kabel rem mobil itu dan merusak tangki bensin hingga bocor. Setelahnya dia segera keluar dengan cara yang sama seperti dia masuk tadi. Sambil bersiul riang, lelaki itu kembali berjalan santai menuju mobil yang telah menunggunya sekitar dua ratus meter dari rumah itu.

***

Freddy baru saja menghentikan mobilnya di halaman Keegan Corp. ketika dering ponselnya berbunyi. Alisnya saling bertaut bingung menatap caller id di layar ponselnya.

"Halo, Ma. Ada apa menghubungiku sepagi ini?"

"Papa kecelakaan, sayang. Mama sendirian di rumah sakit sementara Gabriel sedang memeriksa Papa. Mama tidak bisa meminta Nindy untuk ke sini karena Nayla takut rumah sakit. Bisakah kamu meminta Ratna menemani Mama?"

Bahkan Freddy belum benar-benar bisa menyerap berita yang disampaikan mamanya tapi malah sang mama sudah nyerocos berbicara.

"Maksud Mama apa? Bagaimana Papa bisa kecelakaan?"

Ratna sampai menutup mulut dengan kaget mendengar pertanyaan Freddy. Tapi dia memilih diam dan terus mendengarkan.

"Mama pusing, sayang. Bisakah kau langsung ke sini saja? Nanti Mama jelaskan di sini."

"Baiklah, Ma. Aku segera ke sana."

Freddy segera menutup ponselnya lalu memutar balik mobil kembali ke jalan raya.

Polisi Penggoda (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang