"Aww!!"
Mina menjerit ketika tubuhnya didorong ke lantai kotor sebuah gudang. Dia tidak mengerti apa yang terjadi. Setelah dia menikam Ratna malam itu, Mina bergegas pulang untuk membersihkan darah Ratna dari tubuhnya lalu segera pergi hanya berbekal beberapa barang yang ia butuhkan.
Kekesalan masih berkecamuk dalam dirinya karena ia tidak memiliki kesempatan untuk membunuh Ratna. Seandainya ia tidak mendengar langkah kaki seseorang, dia pasti sudah menghabisi Ratna.
Mina memang tidak memiliki riwayat sakit jiwa. Begitupun keluarganya. Namun sebagai seorang wanita, dia bisa berbuat nekat jika lelaki yang dicintainya berpaling pada wanita lain.
Tanpa pikir panjang, malam itu Mina langsung menaiki bis malam yang menuju ke luar kota. Dia berencana akan bersembunyi selama beberapa waktu. Setelah situasi mulai aman, Mina akan menghubungi pak Tio untuk menjalin kembali hubungan mereka. Tentu saja ada kemungkinan pak Tio menolak. Jika itu terjadi, Mina tidak akan segan-segan menghabisi pak Tio dan keluarganya. Kalau dirinya tidak bisa memiliki pak Tio, maka tidak ada seorangpun yang boleh memilikinya.
Semua berjalan sesuai rencana hingga Mina sampai di kota tujuannya. Dia sedang menelusuri jalanan di kota tersebut untuk mencari penginapan. Mendadak sebuah mobil van berhenti di sampingnya. Dua lelaki berpakaian gelap turun. Salah satunya membekap hidung dan mulut Mina dengan sapu tangan berbau aneh. Sedangkan yang lain menahan rontaan Mina sekaligus menariknya ke dalam mobil van.
Kejadian yang begitu tiba-tiba itu membuat Mina tidak sempat menghindar selain meronta-ronta tak berarti. Selanjutnya kegelapan mulai menyelimuti dirinya setelah rasa pening yang menyengat menyerang akibat menghirup aroma aneh dari sapu tangan yang membekap hidungnya.
Kini Mina menelan ludah dengan panik menatap sekelilingnya yang gelap. Siku dan pantatnya terasa ngilu karena di hempaskan ke atas lantai.
"Hei, siapa kalian? Kenapa kalian membawaku ke sini?"
Hanya kesunyian yang menjawab pertanyaan Mina. Dia tidak tahu dimana dirinya berada. Orang-orang yang tadi membawanya langsung pergi begitu tubuhnya terhempas ke lantai.
Tubuh Mina menegang waspada ketika suara sepatu menapak lantai terdengar mendekat ke arahnya. Dia berusaha menajamkan pendengaran untuk mencari sumber suara. Mina ingin lari, tapi tidak tahu ke arah mana dia harus berlari.
"Si—siapa kau?"
Suaranya bergetar. Selain suara langkah itu, debar jantung dan nafas Mina yang memburu memenuhi pendengarannya.
Mendadak suara langkah itu menghilang. Refleks Mina menghitung dalam hati, menunggu apa lagi yang akan terjadi selanjutnya. Dalam hitungan ke tiga belas, suara besi yang seolah dilemparkan ke tumpukan besi lain terdengar. Begitu tiba-tiba dan nyaring hingga membuat Mina terlonjak kaget. Belum hilang rasa kagetnya, mendadak lampu menyala.
Mina mengerjap-ngerjapkan mata beberapa kali untuk menyesuaikan penglihatannya. Begitu ia bisa melihat dengan normal, matanya refleks tertuju pada sebuah meja di salah satu sudut ruangan. Dari tempatnya bersimpuh, Mina bisa melihat berbagai senjata tajam tergeletak di atas meja tersebut. Mulai dari pisau, belati, samurai, hingga revolver berbagai ukuran.
Namun bukan itu semua yang membuat Mina terkesiap. Melainkan seseorang yang sedang menyandarkan pinggulnya dengan santai di sisi meja itu. Tubuh orang itu menghadap Mina. Namun pandangannya fokus pada pisau di tangannya yang sedang ia bersihkan dengan kain handuk.
"Mr. Maxwell Bennedict?" tanya Mina ragu sambil bangkit berdiri secara perlahan.
Mendadak mata orang itu menatap tajam ke arah Mina. Sorot matanya berubah. Tidak lagi ramah seperti yang Mina ingat di kantor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Polisi Penggoda (TAMAT)
Romance[CERITA MASIH LENGKAP SAMPAI END] Bertemu polisi berwajah tampan di pagi yang cerah, merupakan sebuah anugerah bagi semua wanita. Tapi tidak bagi Ratna. Pertemuan itu membuat harinya kacau hingga ia merasa seperti di neraka. Bahkan belum cukup denga...