Untuk wanitaku tersayang,
Jangan khawatir lagi. Aku akan selalu melindungimu. Akan kupastikan orang yang menyakitimu mati dengan cara mengenaskan.
Salam cinta dariku,
Orang yang memuja dirimu
***
Sekali lagi Freddy melirik kertas berisi pesan yang diketik rapi dari kotak mengerikan yang ditemukan Ratna. Pandangannya beralih pada kotak itu yang masih tergeletak di atas meja kerja Ratna, dengan beberapa tim ahli forensik yang mencoba mengumpulkan bukti dan mencari sidik jari.
Jantungnya serasa dikoyak ketika jeritan itu terdengar. Secepat kilat Freddy menuju tempat Ratna diikuti beberapa pegawai. Ratna sudah terduduk di lantai dengan memeluk lutut. Pandangannya fokus pada kotak berwarna cokelat di atas meja, dengan air mata yang terus mengucur.
Freddy yang pertama maju untuk melihat. Dia tertegun selama beberapa detik menatap isi kotak itu hingga tidak sempat mencegah pegawai lain yang penasaran untuk melihat isi kotak. Alhasil, jeritan demi jeritan terdengar mengalahkan suara alarm kebakaran.
Sambil mengusir orang-orang itu keluar dari ruangan Ratna, benak Freddy memikirkan apa yang harus dilakukannya. Hal pertama yang ingin dilakukan Freddy adalah membawa pergi Ratna dari sana lalu mendekapnya erat. Namun dia sadar tidak bisa melakukan hal itu. Jadi dia memilih meminta orang lain untuk menemani Ratna sementara dirinya menghubungi kantor polisi.
Freddy menggelengkan kepalanya pelan untuk mengenyahkan jeritan Ratna setengah jam yang lalu dari benaknya. Dia harus fokus.
"Freddy, bagaimana keadaan kekasihmu?" tanya Komandan Toni.
Freddy mendesah. "Aku belum melihatnya lagi sejak polisi datang. Jadi, kau yang menangani kasus ini?"
Toni mengangguk. "Iya karena kasus ini masih berkaitan dengan kasus sebelumnya." Kali ini Toni yang mendesah. "Malang sekali nasib wanita itu. Dia melarikan diri karena takut mendapat hukuman penjara, tapi malah harus terbunuh dengan cara mengenaskan."
"Apa saja yang sudah kau dapat sejauh ini?"
"Pisau yang dibiarkan tertancap di puncak kepala korban diduga merupakan pisau yang dia gunakan untuk melukai Ratna. Tapi kami belum bisa memastikan sebelum membawanya ke lab dan melihat apa pisau yang sebelumnya masih ada atau telah dicuri."
"Ada kemungkinan pisau itu dicuri? Dari kantor polisi?"
Toni mengangguk.
"Kalau begitu kasus ini menjadi lebih rumit dari sekedar kecemburuan seorang wanita. Selain itu apa lagi yang kau dapat?"
"Sebelum dibunuh, korban diduga dipaksa melakukan oral sex."
"Lalu tubuhnya? Belum ada petunjuk dimana tubuhnya berada?"
"Kami belum mengetahuinya." Lagi-lagi Toni mendesah. "Kurasa instingmu benar tentang hal ini. Kasus yang menimpa kekasihmu lebih rumit dari yang terlihat. Seharusnya kau ikut secara resmi dalam penyelidikan mengenai kasus ini."
Kerutan di kening Freddy yang sudah tercipta sejak tiga puluh menit terakhir semakin dalam. Kembali lelaki itu menggelengkan kepalanya—berharap bayangan kepala Mina di dalam kotak dengan mata membelalak dan lidah terjulur, serta pisau yang menancap di puncak kepalanya—bisa terhapus dari memorinya. Freddy sendiri tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Ratna setelah melihat potongan kepala itu. Sementara dirinya sendiri yang terbiasa berhubungan dengan mayat masih bisa merasa ngeri.
"Freddy,"
Freddy menoleh ke sumber suara. Segera dia memberi hormat begitu mengetahui bahwa yang memanggilnya adalah pak Nugroho, atasan Freddy di kepolisian wilayah tempat Freddy bertugas. Beliau yang biasa memberi arahan dan pembagian tugas bagi para tim penyidik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Polisi Penggoda (TAMAT)
Romance[CERITA MASIH LENGKAP SAMPAI END] Bertemu polisi berwajah tampan di pagi yang cerah, merupakan sebuah anugerah bagi semua wanita. Tapi tidak bagi Ratna. Pertemuan itu membuat harinya kacau hingga ia merasa seperti di neraka. Bahkan belum cukup denga...